"Abang jahat, jika Abang melepaskan aku nanti kenapa? harus ada kehidupan ini."ucap Zoya sambil terisak.
"Aku pun tidak tega melihat kalian berdua terpisah gara-gara aku aku adalah monster yang tidak punya hati, monster yang sanggup menghancurkan kebahagiaan kalian berdua, tapi aku juga melakukan itu karena aku sangat mencintaimu. setidaknya biarkan anak kita hidup sebagai kenangan saat aku tiada nanti. tapi sebelum itu aku akan memastikan kalian benar-benar aman."ucap Adrian.
"Abang bicara apa? aku tidak mau mendengar itu, Abang aku tidak mau hidup lagi jika Abang pergi meninggalkan kami,,, aku tidak akan sanggup membesarkan anak kita sendirian, aku berjanji aku tidak akan membantah Abang, aku akan menurut dan akan tetap tinggal di rumah kita tapi satu pintaku jangan pernah berniat untuk melepaskan aku sekalipun itu untuk Andreas, aku sudah berusaha melupakan dia dan menerima Abang seutuhnya, tapi kenapa? Abang ingin membuang ku."ucap Zoya.
"Babe,,, aku tidak berniat untuk membuang mu, tapi jika kamu masih mencintai Andreas, aku tidak ingin menjadi penghalang bagi cinta mu,,, tapi aku mohon lahiran anak kita terlebih."
"Abang! aku tidak ingin lagi mendengarkan itu, aku tidak ingin kita berpisah,,, bagiku Abang adalah segalanya saat ini dan nanti jadi tolong jangan pernah pergi dari Zoya,,, Zoya mohon sama Abang Zoya mohon."ucap Zoya.
"Kamu tidak perlu memohon untuk itu babe, aku pun tidak akan pernah melakukan hal itu, jika kamu benar-benar telah beralih mencintai ku."ucap Adrian.
"Bukan beralih bang, tapi aku baru punya kesempatan untuk semua ini, aku tidak ingin kita berpisah,,, dan untuk Andreas aku berdoa semoga dia mendapatkan jodoh terbaik yang dikirimkan oleh tuhan untuknya."ucap Zoya.
Mereka pun kembali menikmati masa bulan madu mereka saat ini namun Adrian dibuat kewalahan saat ini karena Zoya begitu sensitif untuk hal-hal kecil sekalipun seperti saat Adrian lupa untuk memberi dia minum setelah Zoya memakan camilan di sore hari.
Akhir-akhir ini Zoya selalu menginginkan makan makanan pinggir jalan, sementara mereka tengah berada di pulau pribadi yang Adrian siapkan jauh-jauh hari karena rencana bulan madunya selalu tertunda.
"Babe,,, please maafkan Abang, tadi Abang tidak sengaja ingin melupakan itu, tapi Abang tadi mendadak ingin ke toilet."ucap Adrian.
"Abang tega Zoya sampai tersedak tau gak bagaimana? dengan bayi kita jika ikut tersedak."ucap Zoya yang saat ini memalingkan wajahnya sambil cemberut karena merasa sebal pada suaminya.
Sementara Adrian langsung menahan tawa, karena istri polosnya itu benar-benar sangat menggemaskan.
"Sayang,,, Abang jamin baby kita akan baik-baik saja karena saluran tempat tinggal baby berbeda tempat meskipun sama-sama berada di dalam perut."ucap Adrian.
"Benarkah, apa? Abang pernah melihatnya."tanya Zoya.
"Tentu saja pernah waktu ibunya Kevin hamil saat itu kami berdua pergi ke dokter dan aku pun melihat letak posisi putraku waktu itu."ucap Adrian.
"Duh sweet nya saat bilang berdua, aku jadi ingin meminta Andreas untuk menemaniku periksa."
"Babe,,, ada apa? dengan mu hari ini, aku tidak habis pikir."ucap Adrian.
"Tidak apa-apa Abang bisa istirahat jika lelah menemaniku dan membantuku mengurus semua kebutuhan ku, aku bisa ambil sendiri lagipula aku tidak sedang sakit."ucap Zoya.
"Babe,,,"ucap Adrian tidak suka dengan perkataan Zoya yang saat ini membuat dia merasa tidak berguna.
"Aku tidak ingin berdebat lagi aku mau tidur, Abang sebaiknya pergi saja."ucap Zoya.
"Heummm... maafkan Abang,. Abang tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu Babe."ucap Adrian lembut sambil mendekap istrinya dari samping.
"Abang jahat, Zoya tidak mau dekat-dekat dengan Abang lagi,sana Abang pergi hiks... hiks..."ucap Zoya yang berakhir dengan tangisan mood Zoya yang saat ini gampang berubah ubah membuat Adrian kewalahan menghadapi bumil yang satu ini.
Tapi pria dewasa itu tidak pernah mengeluh karena biar bagaimanapun juga ia sangat bahagia karena bisa mendapatkan anugerah terindah yang saat ini ada di hadapannya.
Sampai keesokan harinya Adrian dan Zoya memutuskan untuk kembali ke rumah, karena keduanya sudah penasaran ingin melihat jabang bayi yang ada di dalam perut Zoya.
Zoya sendiri merasa penasaran dengan jenis kelamin bayinya itu.
Kini keduanya sudah tiba di rumah, Zoya kaget saat melihat Andreas tengah menatap dirinya, pria itu terlihat menyimpan kemarahannya itu.
"Bagus jika kalian sudah pulang, sekarang kalian bisa perhatikan anak kalian terutama kakak karena putra mu sudah menjadi gila berkat kalian berdua."ucap Andreas yang kini pergi begitu saja.
"Apa? maksudmu Andreas kau bicara apa barusan."ucap Andrian.
"Kevin sudah tidak bisa di kendalikan semua ini berkat kalian berdua yang benar-benar sangat keterlaluan."ucap Andreas yang kini menatap Zoya.
"Dimana? dia."ucap Adrian.
"Di kamarnya."ucap Andreas lagi.
Adrian langsung pergi menuju kamar Kevin tanpa sadar telah meninggalkan Zoya yang kini mematung di tempatnya. dan Andreas memanfaatkan akan hal itu.
Zoya langsung terkejut kaget saat Andreas menarik tangannya, Andreas langsung membawa Zoya kedalam kamar lamanya.
Pria itu langsung menahan tubuh Zoya di dinding kamar dia mendarat ciuman yang sudah lama ia rindukan sejak hari perpisahan mereka, meskipun Zoya terus berontak.
"Eum....kak kamu apa-apaan lepas!"ucap Zoya yang kini terlihat berurai air mata.
"Babe kamu bahkan sudah melupakan cinta kita."ucap Andreas yang kini terlihat frustasi.
"Tapi aku sudah menikah kak, dan saat ini aku sudah memiliki bayi."ucap Zoya.
"Heummm.... bagaimana?jika itu anak kita, apa? kamu masih akan menolak untuk kembali bersama dengan ku."ucap Andreas.
"Tidak kak Andreas itu tidak mungkin, aku hanya berhubungan dengan Abang dan hari ini kami akan pergi ke rumah sakit untuk melihat bayi kami."ucap Zoya.
"Aku tidak menyangka bahkan kamu sudah sering melakukan hal itu selama ini."ucap Andreas semakin terbakar emosi.
"Aku sudah menikah dengan Abang dan sudah kewajiban ku untuk melayani suami ku kak."ucap Zoya.
Kalau begitu aku juga akan merebut mu dari Abang dan saat itu kamu juga akan berlaku sama dengan ku bukan."ucap Andreas.
"Tidak kak, aku mohon jangan lakukan hal itu, kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari ku."ucap Zoya.
"Bagiku tidak ada yang bisa menggantikan mu Zoya karena aku sangat mencintaimu aku akan berusaha untuk memisahkan kalian berdua."ucap Andreas.
"Jangan kak."ucap Zoya.
"Kenapa? tidak kamu adalah milikku dan Abang merampas mu dariku."ucap Andreas.
"Semua itu takdir kak, aku juga awalnya tidak terima semua ini, tapi kemudian aku sadar bahwa semua ini adalah takdir yang sudah digariskan oleh yang maha kuasa."ucap Zoya.
...🌼🌼🌼🌼🌼...
Adrian yang baru tersadar jika saat ini Zoya tidak ada di kamarnya, pria itu langsung mencari keberadaan Zoya, dan ternyata Zoya baru keluar dari arah dapur.
"Babe,,, kamu darimana?"ucap Adrian.
"Tadi Zoya haus Abang,,, sekaligus mencari camilan perut Zoya laper."ucap Zoya beralasan.
"Heummm... kamu mau makan apa? sayang ku."ucap Adrian.
"Tidak usah Abang, aku tidak tega mengganggu Abang yang sedang memiliki banyak masalah, aku ke kamar dulu, sekalian mau bersih-bersih."ucap Zoya yang berulang kali melirik ke arah lain.
Sebenarnya tidak perlu Zoya berkata jujur pun Adrian sudah tahu, dari aroma parfum yang kini menempel di tubuh Zoya Adrian tau Andreas sudah mendekati istrinya.
Zoya pun akhirnya pergi meninggalkan Adrian begitu saja, dia tidak peduli dengan tatapan mata Adrian, Zoya tidak melakukan dosa besar, semua karena Andreas dia tidak ingin membuat Adrian kecewa lagi.
Setelah selesai mandi dan menggunakan pakaian, Zoya langsung menghampiri Adrian yang tengah duduk di sofa yang ada di samping meja rias miliknya.
Zoya langsung menghampiri Adrian dan mengambil laptop itu lalu menyimpan laptop tersebut di atas meja rias, saat ini gantian dirinya yang naik diatas pangkuan Adrian.
Sementara pria itu hanya bisa menatap lekat wajah istrinya yang saat ini tengah cemberut padanya.
"Apa? lihat-lihat apa? aku tidak boleh seperti ini."ucap Zoya sambil menggerakkan pinggulnya di atas pangkuan Adrian dengan gerakan maju mundur dengan sengaja menggoda suaminya yang kini dalam mode datar.
"Turun, aku masih punya banyak pekerjaan."ucap Adrian dingin.
"Oh jadi pekerjaan lebih penting dari ku."ucap Zoya yang saat ini masih berada di atas pangkuan Adrian.
"Aku sudah memprioritaskan mu selama ini, dan aku juga harus mengurus perusahaan."ucap Adrian lagi.
"Oh,,, maafkan aku jika aku menjadi beban bagi mu."ucap Zoya yang kini bergerak turun.
Sementara Adrian hanya menghela nafas, bayangan pengkhianatan itu terlintas di pikirannya saat ini.
Zoya hendak pergi dia mengambil tas dan beberapa baju miliknya lalu ia masukkan kedalam tas.
Adrian yang melihat itu pun sadar jika saat ini Zoya telah salah faham dan dia langsung berdiri dan menghampiri Zoya lalu menghentikan pergerakan tangan Zoya.
"Apa? yang kamu lakukan heuhhhhh."ucap Adrian yang kini menarik lengan itu dengan kasar.
"Aku akan pergi agar tidak menjadi beban bagimu."ucap Zoya.
"Apa? aku pernah berkata seperti itu."ucap Adrian.
"Tidak, tapi aku cukup tau diri, sudahlah biarkan aku pergi."ucap Zoya lagi.
"Oh aku tau kamu melakukan ini semua karena ingin bebas bertemu dengan Andreas di belakang ku seperti tadi."ucap Adrian.
Sontak Zoya mematung di tempatnya, namun kemudian ia kembali berkata."Aku pernah mencintai dia, tapi itu jauh sebelum anak kita hadir,,, tapi jika kamu menganggap ku seperti itu. baiklah aku akan mewujudkan keinginan mu."ucap Zoya.
Adrian langsung menarik lengan Zoya dengan kasar."Jangan coba-coba melakukan hal itu, jika tidak aku akan memberikan pelajaran yang tidak pernah terlupakan seumur hidup mu."ucap Adrian.
Zoya pun hanya bisa menangis karena hatinya begitu sakit dituduh berkhianat oleh pria yang merupakan ayah dari janin yang dikandungnya.
"Aku akan pergi saja, aku tidak ingin terus-menerus seperti ini, sudah aku bilang aku ingin hidup sendirian saja di luar daripada harus terus ribut karena masalah ini."ucap Zoya.
"Babe,,, aku tidak mungkin menjauhi adikku, dan aku juga tidak mungkin membiarkan mu tinggal di luar sana."ucap Adrian.
"Tapi kita akan terus-terusan terluka dan aku mungkin tidak akan bisa bertahan."ucap Zoya.
"Babe,,, aku yakin kamu bisa, aku percaya dengan cinta mu."ucap Adrian.
"Aku tidak yakin dengan itu bang."ucap Zoya yang kini kembali membereskan pakaian itu kedalam tas tersebut.
"Mau kemana? kamu sayang aku tak akan mengijinkan mu keluar satu langkah pun."ucap Adrian.
"Aku akan keluar saat aku ingin keluar Abang, aku lebih baik pergi daripada harus terus menunggu hal itu terjadi."ucap Zoya.
"Aku bilang kamu tidak akan pernah bisa pergi kemanapun Zoya."ucap Adrian yang kini terlihat sangat marah.
"Lalu untuk apa? aku disini,,, aku hanya akan terus menjadi benalu dalam kehidupan kalian berdua, dan aku tidak ingin itu, biarkan mereka yang ada di luar sana membunuh ku saja."ucap Zoya.
"Zoya!!"teriak Adrian yang sudah kehabisan kesabaran,,, apalagi Zoya mengatakan hal yang sangat tidak ingin ia dengar.
"Aku tidak suka kamu bicara seperti itu,,, aku sudah melindungi mu dengan susah payah hingga aku mengorbankan kebahagiaan adikku bagaimana? bisa orang yang aku lindungi berbicara seenaknya seperti itu."ucap Adrian.
"Tapi aku yakin,,, kedua orang tua ku tak pernah meminta hal itu, jadi sebaiknya Abang lupakan saja semuanya,,, biarkan semua yang seharusnya terjadi tetap terjadi jangan menyulitkan diri sendiri dan jika aku harus mati, aku akan menganggap itu sebagai takdir."ucap Zoya.
"Kau,,,ada apa? dengan mu Zoya,,, apa? kamu tidak pernah berfikir bahwa selain aku memiliki hutang budi terhadap kedua orang tua mu, aku juga sangat menyayangi mu."ucap Adrian.
"Abang bohong,,, aku bahkan tidak lebih penting dari pekerjaan."ucap Zoya.
"Zoya sayang antara kehidupan rumah tangga dengan mengurus perusahaan, keduanya sama-sama penting,,, jika Abang tidak bekerja darimana? Abang bisa membelikan mu makanan yang enak, dan pakaian yang layak. juga tas yang bagus."ucap Adrian.
"Aku hanya ingin Abang bersama ku saat aku menginginkannya aku sedih saat Abang tidak mau aku ber-manja-manja pada Abang."ucap Zoya.
"Maafkan aku sayang,,, tapi tadi aku benar-benar sedang pusing dengan pekerjaan yang harus aku kerjakan."ucap Adrian.
"Baiklah, Abang bisa bekerja dengan tenang, hari ini aku akan memeriksa kandungan ku ke rumah sakit, Abang cukup berikan Zoya ongkos untuk naik taksi saja."ucap Zoya.
"Babe,,, kamu pikir aku akan membiarkan mu pergi sendiri, apalagi menggunakan taksi disaat seperti ini."ucap Adrian sambil menatap lekat wajah sembab itu.
"Tapi Abang sedang sibuk, aku bisa minta Andreas menemani ku untuk periksa kehamilan ku ini."ucap Zoya yang langsung membuat mata Adrian membulat sempurna.
"Coba ulangi lagi kata-kata mu."ucap Adrian yang terlihat sangat marah.
"Kenapa? apa? salahnya,,, bukankah Andreas adalah Uncle dari anak ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments