Akhirnya Zoya terdiam untuk sesaat, gadis itu tidak tahu bahwa Kevin akan benar-benar mengerti tentang film tersebut.
Zoya kini terdiam seribu bahasa saat mencerna ucapan dari pria itu.
"Tuan,,, aku harus apa?."ucap Zoya bertanya.
"Buat Kevin tidak lagi meminta itu, jika tidak kamu akan tau akibatnya."ucap pria itu.
Adrian kini langsung meminta kepala pelayan untuk membuatkan sarapan pagi dan mengantarkannya ke kamar.
Kepala pelayan itu pun mengangguk setelah mendengar perintah itu berakhir.
"Kevin mama mau bicara sama kamu tentang yang kamu bahas tadi."ucap Zoya sambil meraih Kevin dan menggendong pria kecil itu.
"Mama mau kasih Kevin adik iya kan mam."ujar anak kecil itu Adrian yang kini hendak berlalu pun merasakan penasaran dengan apa? yang akan Zoya katakan pada Kevin saat ini.
"Adrian sengaja pura-pura memainkan handphone yang ia pegang tadi dan berpura-pura menghubungi seseorang.
"Kevin mama Zoya ada disini itu bukan buat Ade, tapi Mama Zoya datang buat menemani Kevin agar tidak kesepian lagi... Dan soal urusan asik seperti yang Kevin mau itu urusan papah dengan istrinya yang lain yang pastinya mama tidak bisa memberikan kamu adik. jadi apakah Kevin sudah mengerti."tanya Zoya, setelah berusaha untuk menjelaskan.
Sontak Adrian, mematung dan hendak berbalik ke arah mereka bertiga tapi dia kembali mengingat bahwa saat ini dia akan ketahuan sedang menguping.
"Kevin bingung mama kenapa? papah baru bisa memberikan Kevin adik tapi bersama dengan wanita lain. bukankah mama adalah istri papah."ujar Kevin.
"Zoya bukankah sudah aku bilang kamu harus hati-hati disini karena salah sedikit saja akan menjadi Boomerang untuk mu."ucap Andreas.
"Aku tidak melakukan apa-apa pada Kevin, aku hanya menemani dia menonton dan jika Kevin berkata seperti itu mungkin karena dia memang sangat cerdas jadi bisa mencerna apa? Yang dia lihat dengan tanggap dan cepat."ucap Zoya membela diri.
Kevin melirik pada kedua orang dewasa itu, dia tidak tahu apa? yang mereka bicarakan secara berbisik-bisik tadi hingga akhirnya Zoya kembali berkata.
"Mama hanya tidak bisa memberikan mu adik Kevin, jika Kevin terus meminta itu mama akan pergi saja dari sini."ucap Zoya lagi.
"Siapa? yang mengijinkan mu untuk pergi dari sini."ucap Adrian yang tiba-tiba berbalik kembali ke meja makan.
Adrian menatap lekat wajah Zoya yang kini terlihat bingung.
"Kau akan tetap disini sebagai ibunya Kevin."ucap Adrian tegas.
"Tapi bukannya aku harus pergi jika aku buat masalah tuan."ucap Zoya.
"Kau akan masuk penjara jika kau pergi dari sini."ucap Adrian lagi.
Zoya langsung terdiam karena kaget dengan ucapan Adrian bagaimana? bisa dia akan masuk penjara jika pergi dari rumah ini, sementara dia tidak punya kontrak perjanjian saat ini dengan siapapun apalagi secara tertulis.
Andreas melirik kearah Zoya yang pasti tengah ketakutan saat ini.
"Zoya,,, kasus pembunuhan itu masih di proses, dan pelaku yang sebenarnya belum tertangkap. jadi kamu harus tetap berada di sini karena biar bagaimanapun kamu adalah saksi mata untuk kasus kematian itu."ucap Andreas lembut.
"Tapi bagaimana? dengan Kevin aku sudah gagal mengasuh dia."ucap Zoya.
"Hmm,,, Zoya itu masalah kecil, kamu hanya perlu memberikan dia pengertian."ucap Andreas lembut.
"Tuan Adrian tidak akan mengampuni ku, jika seperti itu lebih baik aku pergi saja meskipun tidak membawa apapun."ucap Zoya yang bingung menghadapi sikap Adrian yang terlanjur dingin padanya.
"Jangan pedulikan kakak sudah kubilang kau hanya boleh melihat ku, bukan orang lain... hanya aku dan Kevin."ucap Andreas.
Adrian pun sudah berada di dalam kamarnya, pria itu kini tengah mengurus pekerjaan sambil menikmati sarapan paginya.
Sampai saat pria itu selesai mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda tersebut, akhirnya dia pun mandi dan bersiap untuk pergi ke tempat golf.
Pria itu sudah berjanji pada kliennya untuk bermain golf sambil membicarakan masalah bisnisnya.
Hingga saat ia keluar dari dalam kamar dengan stelan baju yang memang khusus digunakan untuk olahraga golf tersebut, Zoya yang sedang ada di ruangan keluarga bersama Kevin tengah mewarnai gambar hewan.
Adrian sempat menghampiri Kevin, dia berlutut sejenak di samping putra semata wayangnya itu.
"Papah pergi dulu ya, nanti mau dibawakan apa kamu dan mama."ucap Adrian selembut mungkin.
"Bawakan adik saja Pah, mama bilang papah bisa bawa adik dari luar seperti bawa Mama."ucap pria kecil itu.
"Zoya! apalagi yang kamu katakan terhadap putraku hingga dia tidak mau menurut."ucap pria itu.
Zoya pun hanya menggeleng, lalu kembali berkata."Tuan saya tidak bisa meyakinkan bahwa saya tidak bisa memberikan dia adik, ya sekarang jalan keluarnya hanya itu. anda bawa anak lain dari luar."ucap Zoya.
"Kau berani memerintah ku."ucap pria itu.
"Hmm.... tidak tuan tapi bukanya anda sendiri tahu jika Kevin menginginkan adik sejak lama jadi apa? salahnya anda dan istri anda."
"Stop Zoya! Jangan keterlaluan."ucap Adrian.
Zoya pun terdiam, sementara Kevin masih anteng dengan gambar yang sedang dia warnai saat ini dia tidak menyimak obrolan kedua orang dewasa itu.
"Kenapa? kau diam."ucap pria itu lagi.
Zoya tidak menghiraukan teguran pria itu lagi tapi dia langsung pergi dari ruangan itu.
"Zoya,,, aku belum selesai bicara."ucap Adrian lantang.
Namun gadis itu tidak menggubris Adrian yang kini tengah mengejarnya.
"Tunggu! aku bilang."ucap Adrian yang kini meraih lengan Zoya yang kini meringis kesakitan.
"Ada apa? ini kak."ucap Andreas.
"Dia berani membangkang."ucap Adrian singkat dan jelas.
"Kalian bukan anak kecil lagi, jadi kalian bisa bicara baik-baik."ucap Andreas.
"Andreas, sejak kapan kamu peduli terhadap semua urusan ku."ucap Adrian yang kini menatap lekat wajah adiknya.
"Bukan begitu kak, tapi Zoya orang baru di rumah ini... dia juga wanita. jadi mungkin hanya kitanya saja yang perlu beradaptasi dengan sifat dan karakter nya."ucap Andreas.
"Kamu membelanya."ucap Adrian lagi.
"Bukan begitu kak, aku hanya tidak ingin dia merasa terintimidasi di sini fikirkan lagi bagaimana? dengan Kevin nantinya apa? kakak tega melihat Kevin kesepian dan murung seperti sebelumnya."ucap Andreas yang kini membuat alasan.
"Ingat Andreas wanita itu adalah racun, kau tidak boleh terlalu dekat dengannya."ucap Adrian.
Sementara Zoya hanya diam mencerna ucapan Adrian, karena Andreas sudah tentu ada di pihaknya.
"Kita akan bicara empat mata."ucap Adrian yang langsung membawa Zoya ke sebuah ruangan.
Sementara Andreas hanya bisa menatap kepergian keduanya sambil menghela nafas panjang.
...🌼🌼🌼🌼🌼...
Hari-hari terlewati dengan rasa yang tak bisa diungkapkan oleh Zoya.
Sejak dia keluar dari dalam kamar itu, sikapnya benar-benar telah berubah seratus derajat.
Entah apa? yang mereka bicarakan berdua saat itu, yang jelas Zoya selalu menghindari kedua pria pemilik rumah itu.
Dia hanya akan berinteraksi dengan Kevin dan sesekali akan bertanya sesuatu pada pelayan rumah hal yang tidak dia mengerti.
Selebihnya dia akan mengurung diri di dalam kamar.
Hal itu membuat Andreas penasaran karena setiap kali dia ingin sarapan pagi bersama, Zoya tidak pernah muncul. gadis yang biasanya bangun lebih awal itu kini malah bangun lebih siang setelah kedua pria itu pergi dari rumah.
Meskipun sebenarnya Zoya tidak bangun siang tapi dia akan tetap berada di dalam kamar tersebut.
Sampai satu bulan berlalu, sejak saat itu Andreas semakin dibuat penasaran, saat itu dia sengaja pulang di jam makan siang agar dia bisa bertemu dengan Zoya. meskipun sebagai tuan rumah dia bisa saja langsung masuk kedalam kamar Zoya setiap pagi hari jika dia ingin sarapan bersama tapi nyatanya Zoya masih terus menghindari dirinya.
Entah itu tengah berada di dalam kamar mandi, ataupun sedang berada di walk in closed.
Hari itu tepat pada saat Zoya tengah menemani Kevin makan siang Andreas diam-diam datang bahkan meminta pelayan untuk tidak memberitahu kedatangannya.
Andreas yang berjalan kearah meja makan pun, kini terlihat oleh Zoya yang tiba-tiba bangkit hendak pergi. tapi tangan Andreas langsung menghentikan pergerakan Zoya.
"Kita harus bicara."ucap Andreas.
"Tidak tuan tolong jangan persulit keberadaan saya disini."ucap Zoya yang kini berpaling muka.
"Zoya,,, siapa? yang akan mempersulit mu! Dan lagi kenapa? panggilan mu padaku berubah lagi."ucap Andreas yang kini benar-benar merasa marah.
"Bukankah itu seharusnya yang saya lakukan sejak dulu, karena saya disini bukan siapa-siapa kalian status sosial kita jauh berbeda jadi tidak sopan jika saya memanggil anda dengan sebutan itu."ucap Zoya yang kini terlihat menahan tangisnya.
"Zoya katakan,,, apa? yang kakak katakan padamu saat itu hingga kamu berubah drastis seperti ini."tanya Andreas yang benar-benar menahan amarahnya karena wanita yang ia cintai dalam diam itu benar-benar telah berubah.
"Zoya!."ucap Andreas yang kini terlihat yang kini mulai tidak sabar.
"Maafkan saya tuan, yang dikatakan tuan besar menang benar, saya tidak seharusnya bersikap seolah seperti pemilik rumah disini yang bisa berinteraksi sesuka hati dengan tuan rumah, kecuali dengan Kevin karena saya masih menjadi pengasuhnya."ucap Zoya.
"Zoya... aku tidak suka kamu beranggapan seperti itu, aku bukan tuan mu Zoya meskipun kita tidak sedarah atau memiliki hubungan lainnya aku sudah menganggap mu sebagai bagian dari keluarga."ucap Andreas.
"Tidak tuan disini saya sama seperti pelayan lainnya jadi tolong berlakulah sama seperti pada mereka."ucap Zoya yang kini pergi tapi baru beberapa langkah perkataan Andreas membuat wanita itu berhenti di tempat.
"Oke jika itu yang kamu mau, mulai sekarang berlakulah seperti pelayan...layani aku setiap aku berada di rumah! entah itu menyiapkan pakaian Air untuk aku mandi dan membacakan buku dongeng yang aku belikan waktu itu setiap aku akan tidur."ucap Andreas tegas.
Zoya hanya mematung tanpa berkata apa-apa dan tidak pula menghadap ke arah Andreas.
"Tugas saya hanya mengurus tuan muda kecil."ucap Zoya seketika.
"Tapi bukankah tuan rumah berhak memerintah apapun seperti seharusnya."ucap Andres.
"Baiklah tuan."ucap Zoya.
"Siapkan makan siang untuk ku."ucap Andreas yang kini mengepalkan tangannya.
Dia benar-benar tidak ingin melakukan itu, tapi dia tidak ingin Zoya menghindari dirinya lagi. terserah jika dia ingin menghindari Adrian tapi tidak dengan ya.
Zoya pun pergi mengambil sesuatu dari dalam freezer, dia pun memang steak Wagyu dengan kentang yang ditaburi lada garam dan bumbu lainnya sambil menunggu makanan itu matang dia pun langsung membuat kopi untuk Andreas.
"Ikut aku ke kamar."ucap Andreas yang kini terlihat berjalan cepat.
"Kevin,, Mama ikut uncle dulu oke, nanti setelah selesai Mama kembali lagi."ucap Zoya lembut.
"Aku ikut mam."ucap Kevin.
"Baiklah sayang."ucap Zoya yang langsung menggendong Kevin.
Sampai tiba di dalam kamar Andreas langsung duduk di sofa panjang yang ada di sana, dia melepaskan sepatu dan melonggarkan dasinya.
"Siapkan air untuk aku mandi."ucap Andreas.
"Baik tuan."ucap Zoya.
Andreas kembali mengepalkan tangannya."Kevin duduk di sini."ucap Andreas sambil menepuk sofa di sampingnya.
Kevin pun diturunkan dari gendongan Zoya, setelah itu ia kembali berjalan menuju kamar mandi.
Niat Andreas ingin membuat Zoya jerah. dia pun berjalan menuju kamar mandi mengikuti langkah Zoya yang kini terlihat terburu-buru.
Sesampainya di sana dia melihat Zoya kebingungan karena di samping bathtub-e tidak tampak ada keran air seperti yang ada di dalam kamar mandinya.
"Kenapa? masih berdiri, kapan? kamu isi bathtub-e itu dengan air jika kamu berdiri terus."ujar Andreas.
"Disini tidak ada keran air tuan."ucap Zoya sambil terus menatap ke arah bathtub-e yang terlihat sangat luas dan nyaman itu.
"Kau perhatikan itu tombol."ucap Andreas.
"Ya aku lihat."ucap Zoya yang langsung memencet tombol yang ada di sana, tiba-tiba dari samping bathtub-e tersebut keluar kera keran air yang tersembunyi sekaligus shower yang kemudian mengeluarkan dua jenis air dingin dan panas.
Hingga akhirnya bathtub-e itu terisi air dan keran itu otomatis mati sendiri akhirnya Zoya pun membubuhkan sabun aroma terapi kedalam bathtub-e tersebut.
"Lepaskan pakaian ku."ucap Andreas.
"T tapi tuan."ucap Zoya yang kini menundukkan pandangannya.
"Bersikap lah patuh bukankah kamu memposisikan dirimu sebagai pelayan."ujar Andreas.
Zoya pun langsung bergegas meraih dasi, dengan wajah yang masih dalam posisi tertunduk dia melepaskan dasi dan jas milik Andreas tidak hanya itu dia juga melepaskan kancing kemeja milik pria itu setelah kancing tuksedo terlepas.
Sampai saat Andreas menghentikan pergerakan tangan Zoya yang kini menatap ke arahnya.
"Begini kah caramu memperlakukan tuan mu."ucap pria itu sambil menatap lekat wajah cantik itu.
"Saya tidak tahu harus bahwa."ucapan Zoya terhenti ketika bibir itu di bungkam dengan bibir Andreas yang kini tidak memberikan dia kesempatan untuk melepaskan ciuman tersebut meskipun Zoya terus memukul dada bidang Andreas.
Hingga Andreas puas dengan ciuman yang kini mewakili perasaannya yang teramat kecewa dengan sikap Zoya.
"Tuan!!."teriak Zoya saat Andreas melepaskan ciuman tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments