Bab 5

Akhirnya Zoya terdiam untuk sesaat, gadis itu tidak tahu bahwa Kevin akan benar-benar mengerti tentang film tersebut.

Zoya kini terdiam seribu bahasa saat mencerna ucapan dari pria itu.

"Tuan,,, aku harus apa?."ucap Zoya bertanya.

"Buat Kevin tidak lagi meminta itu, jika tidak kamu akan tau akibatnya."ucap pria itu.

Adrian kini langsung meminta kepala pelayan untuk membuatkan sarapan pagi dan mengantarkannya ke kamar.

Kepala pelayan itu pun mengangguk setelah mendengar perintah itu berakhir.

"Kevin mama mau bicara sama kamu tentang yang kamu bahas tadi."ucap Zoya sambil meraih Kevin dan menggendong pria kecil itu.

"Mama mau kasih Kevin adik iya kan mam."ujar anak kecil itu Adrian yang kini hendak berlalu pun merasakan penasaran dengan apa? yang akan Zoya katakan pada Kevin saat ini.

"Adrian sengaja pura-pura memainkan handphone yang ia pegang tadi dan berpura-pura menghubungi seseorang.

"Kevin mama Zoya ada disini itu bukan buat Ade, tapi Mama Zoya datang buat menemani Kevin agar tidak kesepian lagi... Dan soal urusan asik seperti yang Kevin mau itu urusan papah dengan istrinya yang lain yang pastinya mama tidak bisa memberikan kamu adik. jadi apakah Kevin sudah mengerti."tanya Zoya, setelah berusaha untuk menjelaskan.

Sontak Adrian, mematung dan hendak berbalik ke arah mereka bertiga tapi dia kembali mengingat bahwa saat ini dia akan ketahuan sedang menguping.

"Kevin bingung mama kenapa? papah baru bisa memberikan Kevin adik tapi bersama dengan wanita lain. bukankah mama adalah istri papah."ujar Kevin.

"Zoya bukankah sudah aku bilang kamu harus hati-hati disini karena salah sedikit saja akan menjadi Boomerang untuk mu."ucap Andreas.

"Aku tidak melakukan apa-apa pada Kevin, aku hanya menemani dia menonton dan jika Kevin berkata seperti itu mungkin karena dia memang sangat cerdas jadi bisa mencerna apa? Yang dia lihat dengan tanggap dan cepat."ucap Zoya membela diri.

Kevin melirik pada kedua orang dewasa itu, dia tidak tahu apa? yang mereka bicarakan secara berbisik-bisik tadi hingga akhirnya Zoya kembali berkata.

"Mama hanya tidak bisa memberikan mu adik Kevin, jika Kevin terus meminta itu mama akan pergi saja dari sini."ucap Zoya lagi.

"Siapa? yang mengijinkan mu untuk pergi dari sini."ucap Adrian yang tiba-tiba berbalik kembali ke meja makan.

Adrian menatap lekat wajah Zoya yang kini terlihat bingung.

"Kau akan tetap disini sebagai ibunya Kevin."ucap Adrian tegas.

"Tapi bukannya aku harus pergi jika aku buat masalah tuan."ucap Zoya.

"Kau akan masuk penjara jika kau pergi dari sini."ucap Adrian lagi.

Zoya langsung terdiam karena kaget dengan ucapan Adrian bagaimana? bisa dia akan masuk penjara jika pergi dari rumah ini, sementara dia tidak punya kontrak perjanjian saat ini dengan siapapun apalagi secara tertulis.

Andreas melirik kearah Zoya yang pasti tengah ketakutan saat ini.

"Zoya,,, kasus pembunuhan itu masih di proses, dan pelaku yang sebenarnya belum tertangkap. jadi kamu harus tetap berada di sini karena biar bagaimanapun kamu adalah saksi mata untuk kasus kematian itu."ucap Andreas lembut.

"Tapi bagaimana? dengan Kevin aku sudah gagal mengasuh dia."ucap Zoya.

"Hmm,,, Zoya itu masalah kecil, kamu hanya perlu memberikan dia pengertian."ucap Andreas lembut.

"Tuan Adrian tidak akan mengampuni ku, jika seperti itu lebih baik aku pergi saja meskipun tidak membawa apapun."ucap Zoya yang bingung menghadapi sikap Adrian yang terlanjur dingin padanya.

"Jangan pedulikan kakak sudah kubilang kau hanya boleh melihat ku, bukan orang lain... hanya aku dan Kevin."ucap Andreas.

Adrian pun sudah berada di dalam kamarnya, pria itu kini tengah mengurus pekerjaan sambil menikmati sarapan paginya.

Sampai saat pria itu selesai mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda tersebut, akhirnya dia pun mandi dan bersiap untuk pergi ke tempat golf.

Pria itu sudah berjanji pada kliennya untuk bermain golf sambil membicarakan masalah bisnisnya.

Hingga saat ia keluar dari dalam kamar dengan stelan baju yang memang khusus digunakan untuk olahraga golf tersebut, Zoya yang sedang ada di ruangan keluarga bersama Kevin tengah mewarnai gambar hewan.

Adrian sempat menghampiri Kevin, dia berlutut sejenak di samping putra semata wayangnya itu.

"Papah pergi dulu ya, nanti mau dibawakan apa kamu dan mama."ucap Adrian selembut mungkin.

"Bawakan adik saja Pah, mama bilang papah bisa bawa adik dari luar seperti bawa Mama."ucap pria kecil itu.

"Zoya! apalagi yang kamu katakan terhadap putraku hingga dia tidak mau menurut."ucap pria itu.

Zoya pun hanya menggeleng, lalu kembali berkata."Tuan saya tidak bisa meyakinkan bahwa saya tidak bisa memberikan dia adik, ya sekarang jalan keluarnya hanya itu. anda bawa anak lain dari luar."ucap Zoya.

"Kau berani memerintah ku."ucap pria itu.

"Hmm.... tidak tuan tapi bukanya anda sendiri tahu jika Kevin menginginkan adik sejak lama jadi apa? salahnya anda dan istri anda."

"Stop Zoya! Jangan keterlaluan."ucap Adrian.

Zoya pun terdiam, sementara Kevin masih anteng dengan gambar yang sedang dia warnai saat ini dia tidak menyimak obrolan kedua orang dewasa itu.

"Kenapa? kau diam."ucap pria itu lagi.

Zoya tidak menghiraukan teguran pria itu lagi tapi dia langsung pergi dari ruangan itu.

"Zoya,,, aku belum selesai bicara."ucap Adrian lantang.

Namun gadis itu tidak menggubris Adrian yang kini tengah mengejarnya.

"Tunggu! aku bilang."ucap Adrian yang kini meraih lengan Zoya yang kini meringis kesakitan.

"Ada apa? ini kak."ucap Andreas.

"Dia berani membangkang."ucap Adrian singkat dan jelas.

"Kalian bukan anak kecil lagi, jadi kalian bisa bicara baik-baik."ucap Andreas.

"Andreas, sejak kapan kamu peduli terhadap semua urusan ku."ucap Adrian yang kini menatap lekat wajah adiknya.

"Bukan begitu kak, tapi Zoya orang baru di rumah ini... dia juga wanita. jadi mungkin hanya kitanya saja yang perlu beradaptasi dengan sifat dan karakter nya."ucap Andreas.

"Kamu membelanya."ucap Adrian lagi.

"Bukan begitu kak, aku hanya tidak ingin dia merasa terintimidasi di sini fikirkan lagi bagaimana? dengan Kevin nantinya apa? kakak tega melihat Kevin kesepian dan murung seperti sebelumnya."ucap Andreas yang kini membuat alasan.

"Ingat Andreas wanita itu adalah racun, kau tidak boleh terlalu dekat dengannya."ucap Adrian.

Sementara Zoya hanya diam mencerna ucapan Adrian, karena Andreas sudah tentu ada di pihaknya.

"Kita akan bicara empat mata."ucap Adrian yang langsung membawa Zoya ke sebuah ruangan.

Sementara Andreas hanya bisa menatap kepergian keduanya sambil menghela nafas panjang.

...🌼🌼🌼🌼🌼...

Hari-hari terlewati dengan rasa yang tak bisa diungkapkan oleh Zoya.

Sejak dia keluar dari dalam kamar itu, sikapnya benar-benar telah berubah seratus derajat.

Entah apa? yang mereka bicarakan berdua saat itu, yang jelas Zoya selalu menghindari kedua pria pemilik rumah itu.

Dia hanya akan berinteraksi dengan Kevin dan sesekali akan bertanya sesuatu pada pelayan rumah hal yang tidak dia mengerti.

Selebihnya dia akan mengurung diri di dalam kamar.

Hal itu membuat Andreas penasaran karena setiap kali dia ingin sarapan pagi bersama, Zoya tidak pernah muncul. gadis yang biasanya bangun lebih awal itu kini malah bangun lebih siang setelah kedua pria itu pergi dari rumah.

Meskipun sebenarnya Zoya tidak bangun siang tapi dia akan tetap berada di dalam kamar tersebut.

Sampai satu bulan berlalu, sejak saat itu Andreas semakin dibuat penasaran, saat itu dia sengaja pulang di jam makan siang agar dia bisa bertemu dengan Zoya. meskipun sebagai tuan rumah dia bisa saja langsung masuk kedalam kamar Zoya setiap pagi hari jika dia ingin sarapan bersama tapi nyatanya Zoya masih terus menghindari dirinya.

Entah itu tengah berada di dalam kamar mandi, ataupun sedang berada di walk in closed.

Hari itu tepat pada saat Zoya tengah menemani Kevin makan siang Andreas diam-diam datang bahkan meminta pelayan untuk tidak memberitahu kedatangannya.

Andreas yang berjalan kearah meja makan pun, kini terlihat oleh Zoya yang tiba-tiba bangkit hendak pergi. tapi tangan Andreas langsung menghentikan pergerakan Zoya.

"Kita harus bicara."ucap Andreas.

"Tidak tuan tolong jangan persulit keberadaan saya disini."ucap Zoya yang kini berpaling muka.

"Zoya,,, siapa? yang akan mempersulit mu! Dan lagi kenapa? panggilan mu padaku berubah lagi."ucap Andreas yang kini benar-benar merasa marah.

"Bukankah itu seharusnya yang saya lakukan sejak dulu, karena saya disini bukan siapa-siapa kalian status sosial kita jauh berbeda jadi tidak sopan jika saya memanggil anda dengan sebutan itu."ucap Zoya yang kini terlihat menahan tangisnya.

"Zoya katakan,,, apa? yang kakak katakan padamu saat itu hingga kamu berubah drastis seperti ini."tanya Andreas yang benar-benar menahan amarahnya karena wanita yang ia cintai dalam diam itu benar-benar telah berubah.

"Zoya!."ucap Andreas yang kini terlihat yang kini mulai tidak sabar.

"Maafkan saya tuan, yang dikatakan tuan besar menang benar, saya tidak seharusnya bersikap seolah seperti pemilik rumah disini yang bisa berinteraksi sesuka hati dengan tuan rumah, kecuali dengan Kevin karena saya masih menjadi pengasuhnya."ucap Zoya.

"Zoya... aku tidak suka kamu beranggapan seperti itu, aku bukan tuan mu Zoya meskipun kita tidak sedarah atau memiliki hubungan lainnya aku sudah menganggap mu sebagai bagian dari keluarga."ucap Andreas.

"Tidak tuan disini saya sama seperti pelayan lainnya jadi tolong berlakulah sama seperti pada mereka."ucap Zoya yang kini pergi tapi baru beberapa langkah perkataan Andreas membuat wanita itu berhenti di tempat.

"Oke jika itu yang kamu mau, mulai sekarang berlakulah seperti pelayan...layani aku setiap aku berada di rumah! entah itu menyiapkan pakaian Air untuk aku mandi dan membacakan buku dongeng yang aku belikan waktu itu setiap aku akan tidur."ucap Andreas tegas.

Zoya hanya mematung tanpa berkata apa-apa dan tidak pula menghadap ke arah Andreas.

"Tugas saya hanya mengurus tuan muda kecil."ucap Zoya seketika.

"Tapi bukankah tuan rumah berhak memerintah apapun seperti seharusnya."ucap Andres.

"Baiklah tuan."ucap Zoya.

"Siapkan makan siang untuk ku."ucap Andreas yang kini mengepalkan tangannya.

Dia benar-benar tidak ingin melakukan itu, tapi dia tidak ingin Zoya menghindari dirinya lagi. terserah jika dia ingin menghindari Adrian tapi tidak dengan ya.

Zoya pun pergi mengambil sesuatu dari dalam freezer, dia pun memang steak Wagyu dengan kentang yang ditaburi lada garam dan bumbu lainnya sambil menunggu makanan itu matang dia pun langsung membuat kopi untuk Andreas.

"Ikut aku ke kamar."ucap Andreas yang kini terlihat berjalan cepat.

"Kevin,, Mama ikut uncle dulu oke, nanti setelah selesai Mama kembali lagi."ucap Zoya lembut.

"Aku ikut mam."ucap Kevin.

"Baiklah sayang."ucap Zoya yang langsung menggendong Kevin.

Sampai tiba di dalam kamar Andreas langsung duduk di sofa panjang yang ada di sana, dia melepaskan sepatu dan melonggarkan dasinya.

"Siapkan air untuk aku mandi."ucap Andreas.

"Baik tuan."ucap Zoya.

Andreas kembali mengepalkan tangannya."Kevin duduk di sini."ucap Andreas sambil menepuk sofa di sampingnya.

Kevin pun diturunkan dari gendongan Zoya, setelah itu ia kembali berjalan menuju kamar mandi.

Niat Andreas ingin membuat Zoya jerah. dia pun berjalan menuju kamar mandi mengikuti langkah Zoya yang kini terlihat terburu-buru.

Sesampainya di sana dia melihat Zoya kebingungan karena di samping bathtub-e tidak tampak ada keran air seperti yang ada di dalam kamar mandinya.

"Kenapa? masih berdiri, kapan? kamu isi bathtub-e itu dengan air jika kamu berdiri terus."ujar Andreas.

"Disini tidak ada keran air tuan."ucap Zoya sambil terus menatap ke arah bathtub-e yang terlihat sangat luas dan nyaman itu.

"Kau perhatikan itu tombol."ucap Andreas.

"Ya aku lihat."ucap Zoya yang langsung memencet tombol yang ada di sana, tiba-tiba dari samping bathtub-e tersebut keluar kera keran air yang tersembunyi sekaligus shower yang kemudian mengeluarkan dua jenis air dingin dan panas.

Hingga akhirnya bathtub-e itu terisi air dan keran itu otomatis mati sendiri akhirnya Zoya pun membubuhkan sabun aroma terapi kedalam bathtub-e tersebut.

"Lepaskan pakaian ku."ucap Andreas.

"T tapi tuan."ucap Zoya yang kini menundukkan pandangannya.

"Bersikap lah patuh bukankah kamu memposisikan dirimu sebagai pelayan."ujar Andreas.

Zoya pun langsung bergegas meraih dasi, dengan wajah yang masih dalam posisi tertunduk dia melepaskan dasi dan jas milik Andreas tidak hanya itu dia juga melepaskan kancing kemeja milik pria itu setelah kancing tuksedo terlepas.

Sampai saat Andreas menghentikan pergerakan tangan Zoya yang kini menatap ke arahnya.

"Begini kah caramu memperlakukan tuan mu."ucap pria itu sambil menatap lekat wajah cantik itu.

"Saya tidak tahu harus bahwa."ucapan Zoya terhenti ketika bibir itu di bungkam dengan bibir Andreas yang kini tidak memberikan dia kesempatan untuk melepaskan ciuman tersebut meskipun Zoya terus memukul dada bidang Andreas.

Hingga Andreas puas dengan ciuman yang kini mewakili perasaannya yang teramat kecewa dengan sikap Zoya.

"Tuan!!."teriak Zoya saat Andreas melepaskan ciuman tersebut.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11.
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 32
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 55
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 149
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 153
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 162
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 172
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
Episodes

Updated 200 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11.
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 32
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 55
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 149
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 153
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 162
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 172
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!