"Zoya, apa? kamu ingin aku menghukum mu."ucap Andreas yang kini menatap tajam kearah Zoya.
Andreas dia memang pernah melakukan kesalahan di saat itu, tapi kata-kata Zoya sungguh membuat dirinya tidak bisa menerima saat orang yang sangat ia cintai memojokkan dirinya.
"Sayang... aku pulang."ucap seseorang yang sedari tadi menjadi pembahasan utama antara Zoya dan Andreas.
"Kamu sudah kembali, lalu kenapa? datang kemari."ucap Andreas yang kini masih menatap lekat wajah Zoya.
Andreas seakan enggan untuk melepaskan pandangannya dari gadis itu.
"Kevin,,, kita bisa makan di dalam kamar."ucap Zoya.
"Baik mam..."ucap Kevin yang penurut itu.
"Hmm...tunggu ya, Kevin mau makan apa? Mama akan buatkan."ucap Zoya.
"Kevin mau makan capai kuah seperti yang mama buat waktu itu."ujar Kevin.
"Ah itu... baik'lah."ucap Zoya.
"Sayang, apa? kakak mu sudah memiliki istri lain yang saat ini bersama dengan Kevin."ucap Sindi.
"Dia, adalah."
"Saya adalah pelayan di rumah."
"Zoya!."teriak Andres.
"Dia adalah istri ku."ucap Adrian yang baru saja datang .
Adrian langsung duduk di samping Zoya yang kini terlihat menatap Adrian.
"Buatkan aku kopi sayang."ucap Adrian yang tiba-tiba menyentuh puncak kepala Zoya.
Sementara Andres kini mengepalkan tangannya, hatinya terasa ngilu.
"Zoya sayang apa? putra kita rewel."ucap Adrian.
"Eh...ti tidak kok mas."jawab Zoya.
"Hmm... syukurlah."ucap Adrian yang kini raut wajahnya berubah drastis.
"Sindi kamu bisa ikut sarapan pagi bersama dengan kakak dan kakak ipar ku yang baik hati tolong ikut aku untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai."alasan Andreas saat dia sudah tidak lagi bisa menahan diri karena terbakar cemburu.
"Tidak Andre... istriku sibuk melayani ku dan putraku, kamu bisa minta Sindi untuk mengurus semuanya."ucap Adrian dengan sengaja.
Andreas terlihat semakin kesal, dia langsung duduk di samping Zoya tidak peduli orang lain melihat kelakuannya seperti apa? yang jelas pria itu hanya ingin memberikan hukuman pada Zoya yang kini tengah menyiapkan kopi untuk Adrian.
"Taruh itu dan segera ikut aku."ucap Andreas.
"Tidak kak, aku sedang menjalankan tugas sebagai seorang istri tuan Adrian."ucap Zoya lirih.
"Zoya jangan membantah, kamu harus mengikuti kata-kata ku."ucap Andreas.
Zoya tidak lagi berkata apapun lagi, tapi dia hanya membuat sarapan pagi untuk mereka semua.
Andreas langsung pergi tanpa pamit pada semua orang yang ada di sana, dia benar-benar marah saat ini.
Tangan yang mengepal kuat itu ia hantam kan ke dinding berulang kali dia bahkan tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan dari luka yang terdapat di punggung tangannya, karena yang lebih perih ada di bagian ulu hatinya.
Dia tidak bisa terima Zoya diakui sebagai istri Adrian sang kakak, meskipun itu untuk penyamaran.
Sementara di luar, Sindi yang kini penasaran dengan Andreas. dia ingin menyusul pria itu kedalam kamar Andreas, namun Adrian menghentikan langkahnya.
"Kecuali istriku tidak ada yang boleh masuk kedalam kamar adikku."ucap Adrian tegas.
Langkah Sindi terhenti saat itu juga. Adrian langsung meminta Zoya untuk pergi mengambil mengantar sarapan pagi untuk Andreas.
Zoya pun membuat kopi dan sandwich isi tuna. setelah itu dia langsung pergi membawa nampan berisi sarapan pagi tersebut ke kamar Andreas.
Sesampainya di depan pintu kamar yang sedikit terbuka, Zoya langsung masuk dia tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.
Zoya menyimpan sarapan pagi itu di atas meja tanpa bicara sedikitpun pada Andreas yang kini tengah duduk di sofa sambil menatap tajam kearahnya.
"Berhenti disitu!."ucap Andreas tegas.
"Aku mau sarapan pagi."ucap Zoya beralasan.
"Zoya,,,"ucap Andreas yang kini sudah berada di samping Zoya secepat kilat.
"Kak, sebaiknya kakak keluar bersama dengan dia tadi dia menunggu mu."ucap Zoya yang kini terdesak oleh Andreas yang menyeretnya ke dinding.
"Jangan mencari alasan Zoya, aku tidak terima dengan perlakuan mu tadi."ucap Andreas yang kini memegang bahu Andreas.
"Aku harus apa?.... Apa? aku harus bilang bahwa aku adalah selingkuhan mu."ucap Zoya.
Andreas menatap lekat wajah cantik itu, dia membelai pipi Zoya dengan tangan yang kini tercium bau darah.
"Tuan kamu terluka."ucap Zoya yang terlihat kaget.
"Ini tidak seberapa, tapi disini begitu sakit."tunjuk Andreas di dadanya.
Pria itu pun sedikit membungkuk lalu menyambar bibir Zoya yang kini masih terdiam tak membalas ciuman yang begitu terasa penuh luka dan ketakutan itu.
Andreas pun memberikan gigitan kecil di bibir bawah Zoya karena dia tengah menunggu balasan dari Zoya.
Zoya pun membalas ciuman tersebut hingga Andreas membawa dia keatas sofa.
"Aku tidak mau lagi kau dekat dengan kakak, kamu hanya milikku."ucap Andreas tegas.
"Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku milik mu kak, Sindi ada di sini jelas-jelas dia adalah kekasih mu."ucap Zoya yang kini menatap lekat wajah tampan Andreas.
Rasanya teramat sangat sakit ketika pria yang sudah berada di hatinya itu ternyata adalah milik orang lain.
Andreas pun memalingkan wajahnya saat ini dia tidak ingin melihat tatapan mata penuh rasa kecewa pada Andreas.
Zoya pun menyodorkan sandwich milik Andreas pada pria yang kini kembali melirik kearahnya.
Andreas pun membuka mulutnya, setelah itu dia menikmati sarapan paginya.
Zoya pun berdiri hendak mengambil obat untuk mengobati tangan Andreas.
"Mau kemana? aku belum selesai sarapan."ucap Andreas.
"Mencari kotak P3K untuk mengobati tangan mu tuan muda."ucap Zoya.
"Biarkan saja nanti juga sembuh sendiri."ucap Andreas.
"Tidak, nanti kalau infeksi bagaimana?."ucap Zoya sambil berjalan mencari-cari kotak yang ia cari.
"Di Laci nakas ada salep ambilah."ucap Andreas.
"Hmm..."balas Zoya sambil berjalan menghampiri nakas dan yang tidak jauh dari arah sofa tersebut.
Zoya pun akhirnya mendapatkan apa? yang Andreas sebut, dia pergi ke walk in closed milik Andreas untuk mengambil saputangan atau handuk kecil untuk menyeka darah yang hampir mengering itu.
Setelah itu Zoya masuk kedalam kamar mandi dan membasahi handuk kecil itu dengan air hangat.
Zoya kembali kedalam kamar, tapi kemudian langkahnya terhenti saat dia melihat Sindi yang kini duduk di atas pangkuan Andreas yang juga menoleh kearahnya.
"Ini tuan muda untuk memberikan luka anda saya permisi, mungkin Sindi bisa membantu."ucap Zoya yang tidak menoleh lagi.
Andreas sendiri kembali mengepalkan tangannya.
Sementara Zoya setelah keluar dari dalam kamar dia bertemu dengan Adrian yang kini menatap ke arahnya.
"Tuan bolehkah saya pergi jalan-jalan keluar sebentar saja."ujar Zoya.
Sementara Adrian hanya mengangguk.
...🌼🌼🌼🌼🌼...
Dua jam sudah Zoya berada di luar rumah, entah kemana? dia pergi sedari pagi hingga sore hari tak kunjung kembali.
Andreas semakin dibuat tidak menentu seperti saat ini dia sudah pergi kemana-mana untuk mencari keberadaan Zoya.
Sementara Adrian yang tau kemana? gadis itu pergi pun langsung meminta seseorang untuk menjemput paksa Zoya.
Gadis itu kini tengah berada di sebuah danau yang baru saja dia ketahui.
Gadis itu sudah duduk seharian penuh bahkan dia lupa untuk mengisi perutnya, perasaan yang tidak menentu membuat Zoya enggan untuk pulang.
Sampai saat ini, dia tidak ingin pulang. meskipun perutnya terasa sangat laper dan juga terasa sakit.
Sampai Andreas tiba di tempat tersebut, dia langsung menghampiri Zoya dan membawanya kedalam pelukan hangat.
"Kenapa? tidak pulang hmm."ucap Andreas.
"Pulang... pulang kemana? Aku tidak punya rumah."ucap Zoya.
Andreas langsung menggendong Zoya membawa gadis itu masuk kedalam mobil.
"Rumah mu adalah aku."ucap Andreas.
"Rumah yang sudah dimiliki oleh orang lain, bukanlah rumah yang selamanya bisa di tinggali aku hanya menumpang untuk sementara waktu setelah itu aku pun harus pergi dari rumah tersebut."ucap Zoya.
"Zoya,,, aku hanya milikmu... untuk sementara waktu ijinkan aku untuk menyelesaikan dendam ku."kata Andreas.
"Aku tidak melihat adanya sebuah dendam,,,, yang ada adalah rasa nyaman, seperti yang ku lihat."ucap Zoya.
"Zoya,,,sekali lagi kamu bicara seperti itu, aku akan pastikan kamu akan menyesali semuanya."ucap Andreas yang kini terlihat penuh amarah dan sangat kecewa saat wanita yang ia cintai tidak pernah percaya padanya.
Zoya hanya terdiam tanpa kata sampai saat Andreas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Kak hentikan mobilnya turunkan aku di sini."ucap Zoya .
"Tidak Zoya kamu harus berjanji untuk tetap bersama dengan ku, apapun yang terjadi nanti."ucap Andreas.
"Itu tidak mungkin kak, kakak milik Sindi."ucap Zoya.
Andreas makin menambah kecepatan mobilnya itu hingga Zoya pun langsung berusaha untuk menghentikan Andreas yang kini kehilangan kendali atas dirinya yang benar-benar marah karena Zoya lagi-lagi mencoba untuk menjauh.
"Andreas!! Aku mohon hentikan!!."teriak Zoya.
Andreas langsung mengerem mendadak beruntung tidak ada tidak terjadi tabrakan beruntun.
Zoya yang kini terlihat menangis sesenggukan sambil lututnya sendiri yang begitu lemas karena ketakutan.
"Aku janji akan mengakhiri hidup ku bersama dengan mu,,, jika kamu berusaha untuk pergi meninggalkan ku."ucap Andreas.
"Buka pintunya aku ingin turun."ucap Zoya sambil terisak.
Andreas tidak kunjung membuka pintu, meskipun Zoya terus memanggil namanya dan meminta pria itu untuk membuka mobil tersebut.
"Andreas, aku mohon buka pintunya."ucap Zoya.
"Zoya...."ucap Andreas.
Pria itu melihat lelehan darah dari telapak tangan Zoya.
"Tolong hentikan mobilnya dan tolong buka pintunya aku mohon."ucap Zoya lirih.
Andreas langsung membuka sabuk pengaman, dari dirinya setelah itu ia langsung bergegas melihat keadaan Zoya dengan tubuh gemetar dan darah mengalir dari hidungnya tersebut.
"Sayang kamu kenapa? hmm... Zoya."ucap Andreas yang kini terlihat sangat cemas karena Zoya banyak mengeluarkan darah dari hidung mancungnya itu.
"Tolong hentikan mobilnya aku takut, aku mohon."ucap Zoya yang kini masih menunduk ketakutan terlihat dari tubuhnya yang bergetar hebat.
Andreas buru-buru memeluk Zoya yang kini menangis sesenggukan, hingga akhirnya Andreas berhasil membuat Zoya tenang setelah itu barulah Andreas membersihkan darah yang cukup banyak itu, setelah dia membeli dua buah tissue kering dan basah.
Zoya pun sedang berhasil membersihkan sisa darah dan yang menempel di kemeja yang digunakan oleh Andreas setelah pria itu mengganti kemeja yang dia kenakan dengan kemeja yang dia bahwa di dalam koper di mobil yang dia bawa seperti biasanya.
"Sayang lepas t-shirt itu gunakan ini."ucap Andreas yang memberikan t-shirt miliknya.
"Andreas, bolehkah aku tinggal di luar.... aku janji akan datang untuk bekerja mengurus Kevin. tapi aku mohon biarkan aku tinggal di luar."ucap Zoya yang membuat pria itu menatap wajah gadis cantik itu dengan sangat lekat.
"Zoya apa? Aku terlalu menjijikkan untuk mu."ucap Andreas.
"Tuan muda, aku hanya tidak ingin mengganggu ketenangan mu dan tuan Adrian. lagipula disana sudah ada Sindi jadi tidak akan pernah kesepian lagi."ucap Zoya.
"Terus saja katakan itu lagi,,,itu!! terus.... aku muak Zoya,,, kamu keterlaluan."ucap Andreas.
"Jadi kamu ingin aku terus melihat kemesraan kalian tuan muda,,, oke baiklah aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan, tapi ingat jangan salahkan aku jika aku benar-benar pergi dari dirimu."ucap Zoya.
"Zoya,,, aku tidak mungkin membiarkan mu pergi sampai kapanpun itu."ucap Andreas.
Andreas pun langsung bergegas menjalankan mobil tersebut.
"Aku akan pergi saja Andreas daripada aku harus terus merasa sakit atas semua yang ku lihat."ucap Zoya.
Andreas tidak menggubris ucapan Zoya dia tetap melajukan mobilnya menuju rumah mereka.
Sesampainya di rumah itu, Andreas langsung membawa tubuh Zoya dalam gendongannya saat itu juga.
"Andreas turunkan aku, aku bisa jalan sendiri, Andreas turunkan aku."ucap Zoya tapi pria itu tidak peduli dengan semua itu.
Sampai saat seseorang datang menghadang mereka berdua.
"Kalian dari mana.?"tanya Sindi.
"Sindi sayang kamu tunggu di kamar, aku antar Zoya ke kamarnya dulu dia sedang sakit."ucap Andreas.
"Ada apa? dengan istriku Andreas."ucap Adrian yang kini ingin menyelamatkan Zoya dari sifat licik Sindi.
"Bang,,,"ucap Andreas.
"Kenapa?... Andreas dia istriku."ucap Adrian yang langsung mengambil alih Zoya dari gendongan Andreas.
Andreas sendiri kini tengah mematung sambil menatap kearah Adrian yang kini tengah berjalan membawa Zoya ke kamarnya.
"Turun,,, sudah berapa kali aku katakan, jangan terlalu dekat dengan Andreas meskipun kau mencintai dia. tapi sampai kapan pun dia tidak akan pernah menjadi milikmu... karena Sindi akan menikah dengan Andreas setelah bayi yang kini berada di dalam kandungannya lahir."ucap Adrian.
"Aku sudah pergi menjauh darinya, tapi tuan sendiri membawa ku kesini."ucap Zoya.
"Kau berani menyalahkan ku."ucap Adrian yang kini menatap tajam kearah Zoya.
"Aku akan segera pergi."ucap Zoya.
Gadis itu membereskan barang-barang nya secepatnya, dia tidak ingin ada siapapun yang tau kecuali Adrian.
"Kita akan segera menikah, kamu tidak bisa pergi kemanapun."ucap Adrian yang kini membulatkan matanya.
"Apa? anda tidak salah bicara."ucap Zoya.
"Tentu saja tidak."ucap Adrian.
"Tapi pernikahan itu bukan main-main, dan kita tidak punya hubungan apapun selama ini."ucap Zoya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments