Bab 9

"Zoya, apa? kamu ingin aku menghukum mu."ucap Andreas yang kini menatap tajam kearah Zoya.

Andreas dia memang pernah melakukan kesalahan di saat itu, tapi kata-kata Zoya sungguh membuat dirinya tidak bisa menerima saat orang yang sangat ia cintai memojokkan dirinya.

"Sayang... aku pulang."ucap seseorang yang sedari tadi menjadi pembahasan utama antara Zoya dan Andreas.

"Kamu sudah kembali, lalu kenapa? datang kemari."ucap Andreas yang kini masih menatap lekat wajah Zoya.

Andreas seakan enggan untuk melepaskan pandangannya dari gadis itu.

"Kevin,,, kita bisa makan di dalam kamar."ucap Zoya.

"Baik mam..."ucap Kevin yang penurut itu.

"Hmm...tunggu ya, Kevin mau makan apa? Mama akan buatkan."ucap Zoya.

"Kevin mau makan capai kuah seperti yang mama buat waktu itu."ujar Kevin.

"Ah itu... baik'lah."ucap Zoya.

"Sayang, apa? kakak mu sudah memiliki istri lain yang saat ini bersama dengan Kevin."ucap Sindi.

"Dia, adalah."

"Saya adalah pelayan di rumah."

"Zoya!."teriak Andres.

"Dia adalah istri ku."ucap Adrian yang baru saja datang .

Adrian langsung duduk di samping Zoya yang kini terlihat menatap Adrian.

"Buatkan aku kopi sayang."ucap Adrian yang tiba-tiba menyentuh puncak kepala Zoya.

Sementara Andres kini mengepalkan tangannya, hatinya terasa ngilu.

"Zoya sayang apa? putra kita rewel."ucap Adrian.

"Eh...ti tidak kok mas."jawab Zoya.

"Hmm... syukurlah."ucap Adrian yang kini raut wajahnya berubah drastis.

"Sindi kamu bisa ikut sarapan pagi bersama dengan kakak dan kakak ipar ku yang baik hati tolong ikut aku untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai."alasan Andreas saat dia sudah tidak lagi bisa menahan diri karena terbakar cemburu.

"Tidak Andre... istriku sibuk melayani ku dan putraku, kamu bisa minta Sindi untuk mengurus semuanya."ucap Adrian dengan sengaja.

Andreas terlihat semakin kesal, dia langsung duduk di samping Zoya tidak peduli orang lain melihat kelakuannya seperti apa? yang jelas pria itu hanya ingin memberikan hukuman pada Zoya yang kini tengah menyiapkan kopi untuk Adrian.

"Taruh itu dan segera ikut aku."ucap Andreas.

"Tidak kak, aku sedang menjalankan tugas sebagai seorang istri tuan Adrian."ucap Zoya lirih.

"Zoya jangan membantah, kamu harus mengikuti kata-kata ku."ucap Andreas.

Zoya tidak lagi berkata apapun lagi, tapi dia hanya membuat sarapan pagi untuk mereka semua.

Andreas langsung pergi tanpa pamit pada semua orang yang ada di sana, dia benar-benar marah saat ini.

Tangan yang mengepal kuat itu ia hantam kan ke dinding berulang kali dia bahkan tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan dari luka yang terdapat di punggung tangannya, karena yang lebih perih ada di bagian ulu hatinya.

Dia tidak bisa terima Zoya diakui sebagai istri Adrian sang kakak, meskipun itu untuk penyamaran.

Sementara di luar, Sindi yang kini penasaran dengan Andreas. dia ingin menyusul pria itu kedalam kamar Andreas, namun Adrian menghentikan langkahnya.

"Kecuali istriku tidak ada yang boleh masuk kedalam kamar adikku."ucap Adrian tegas.

Langkah Sindi terhenti saat itu juga. Adrian langsung meminta Zoya untuk pergi mengambil mengantar sarapan pagi untuk Andreas.

Zoya pun membuat kopi dan sandwich isi tuna. setelah itu dia langsung pergi membawa nampan berisi sarapan pagi tersebut ke kamar Andreas.

Sesampainya di depan pintu kamar yang sedikit terbuka, Zoya langsung masuk dia tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.

Zoya menyimpan sarapan pagi itu di atas meja tanpa bicara sedikitpun pada Andreas yang kini tengah duduk di sofa sambil menatap tajam kearahnya.

"Berhenti disitu!."ucap Andreas tegas.

"Aku mau sarapan pagi."ucap Zoya beralasan.

"Zoya,,,"ucap Andreas yang kini sudah berada di samping Zoya secepat kilat.

"Kak, sebaiknya kakak keluar bersama dengan dia tadi dia menunggu mu."ucap Zoya yang kini terdesak oleh Andreas yang menyeretnya ke dinding.

"Jangan mencari alasan Zoya, aku tidak terima dengan perlakuan mu tadi."ucap Andreas yang kini memegang bahu Andreas.

"Aku harus apa?.... Apa? aku harus bilang bahwa aku adalah selingkuhan mu."ucap Zoya.

Andreas menatap lekat wajah cantik itu, dia membelai pipi Zoya dengan tangan yang kini tercium bau darah.

"Tuan kamu terluka."ucap Zoya yang terlihat kaget.

"Ini tidak seberapa, tapi disini begitu sakit."tunjuk Andreas di dadanya.

Pria itu pun sedikit membungkuk lalu menyambar bibir Zoya yang kini masih terdiam tak membalas ciuman yang begitu terasa penuh luka dan ketakutan itu.

Andreas pun memberikan gigitan kecil di bibir bawah Zoya karena dia tengah menunggu balasan dari Zoya.

Zoya pun membalas ciuman tersebut hingga Andreas membawa dia keatas sofa.

"Aku tidak mau lagi kau dekat dengan kakak, kamu hanya milikku."ucap Andreas tegas.

"Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku milik mu kak, Sindi ada di sini jelas-jelas dia adalah kekasih mu."ucap Zoya yang kini menatap lekat wajah tampan Andreas.

Rasanya teramat sangat sakit ketika pria yang sudah berada di hatinya itu ternyata adalah milik orang lain.

Andreas pun memalingkan wajahnya saat ini dia tidak ingin melihat tatapan mata penuh rasa kecewa pada Andreas.

Zoya pun menyodorkan sandwich milik Andreas pada pria yang kini kembali melirik kearahnya.

Andreas pun membuka mulutnya, setelah itu dia menikmati sarapan paginya.

Zoya pun berdiri hendak mengambil obat untuk mengobati tangan Andreas.

"Mau kemana? aku belum selesai sarapan."ucap Andreas.

"Mencari kotak P3K untuk mengobati tangan mu tuan muda."ucap Zoya.

"Biarkan saja nanti juga sembuh sendiri."ucap Andreas.

"Tidak, nanti kalau infeksi bagaimana?."ucap Zoya sambil berjalan mencari-cari kotak yang ia cari.

"Di Laci nakas ada salep ambilah."ucap Andreas.

"Hmm..."balas Zoya sambil berjalan menghampiri nakas dan yang tidak jauh dari arah sofa tersebut.

Zoya pun akhirnya mendapatkan apa? yang Andreas sebut, dia pergi ke walk in closed milik Andreas untuk mengambil saputangan atau handuk kecil untuk menyeka darah yang hampir mengering itu.

Setelah itu Zoya masuk kedalam kamar mandi dan membasahi handuk kecil itu dengan air hangat.

Zoya kembali kedalam kamar, tapi kemudian langkahnya terhenti saat dia melihat Sindi yang kini duduk di atas pangkuan Andreas yang juga menoleh kearahnya.

"Ini tuan muda untuk memberikan luka anda saya permisi, mungkin Sindi bisa membantu."ucap Zoya yang tidak menoleh lagi.

Andreas sendiri kembali mengepalkan tangannya.

Sementara Zoya setelah keluar dari dalam kamar dia bertemu dengan Adrian yang kini menatap ke arahnya.

"Tuan bolehkah saya pergi jalan-jalan keluar sebentar saja."ujar Zoya.

Sementara Adrian hanya mengangguk.

...🌼🌼🌼🌼🌼...

Dua jam sudah Zoya berada di luar rumah, entah kemana? dia pergi sedari pagi hingga sore hari tak kunjung kembali.

Andreas semakin dibuat tidak menentu seperti saat ini dia sudah pergi kemana-mana untuk mencari keberadaan Zoya.

Sementara Adrian yang tau kemana? gadis itu pergi pun langsung meminta seseorang untuk menjemput paksa Zoya.

Gadis itu kini tengah berada di sebuah danau yang baru saja dia ketahui.

Gadis itu sudah duduk seharian penuh bahkan dia lupa untuk mengisi perutnya, perasaan yang tidak menentu membuat Zoya enggan untuk pulang.

Sampai saat ini, dia tidak ingin pulang. meskipun perutnya terasa sangat laper dan juga terasa sakit.

Sampai Andreas tiba di tempat tersebut, dia langsung menghampiri Zoya dan membawanya kedalam pelukan hangat.

"Kenapa? tidak pulang hmm."ucap Andreas.

"Pulang... pulang kemana? Aku tidak punya rumah."ucap Zoya.

Andreas langsung menggendong Zoya membawa gadis itu masuk kedalam mobil.

"Rumah mu adalah aku."ucap Andreas.

"Rumah yang sudah dimiliki oleh orang lain, bukanlah rumah yang selamanya bisa di tinggali aku hanya menumpang untuk sementara waktu setelah itu aku pun harus pergi dari rumah tersebut."ucap Zoya.

"Zoya,,, aku hanya milikmu... untuk sementara waktu ijinkan aku untuk menyelesaikan dendam ku."kata Andreas.

"Aku tidak melihat adanya sebuah dendam,,,, yang ada adalah rasa nyaman, seperti yang ku lihat."ucap Zoya.

"Zoya,,,sekali lagi kamu bicara seperti itu, aku akan pastikan kamu akan menyesali semuanya."ucap Andreas yang kini terlihat penuh amarah dan sangat kecewa saat wanita yang ia cintai tidak pernah percaya padanya.

Zoya hanya terdiam tanpa kata sampai saat Andreas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kak hentikan mobilnya turunkan aku di sini."ucap Zoya .

"Tidak Zoya kamu harus berjanji untuk tetap bersama dengan ku, apapun yang terjadi nanti."ucap Andreas.

"Itu tidak mungkin kak, kakak milik Sindi."ucap Zoya.

Andreas makin menambah kecepatan mobilnya itu hingga Zoya pun langsung berusaha untuk menghentikan Andreas yang kini kehilangan kendali atas dirinya yang benar-benar marah karena Zoya lagi-lagi mencoba untuk menjauh.

"Andreas!! Aku mohon hentikan!!."teriak Zoya.

Andreas langsung mengerem mendadak beruntung tidak ada tidak terjadi tabrakan beruntun.

Zoya yang kini terlihat menangis sesenggukan sambil lututnya sendiri yang begitu lemas karena ketakutan.

"Aku janji akan mengakhiri hidup ku bersama dengan mu,,, jika kamu berusaha untuk pergi meninggalkan ku."ucap Andreas.

"Buka pintunya aku ingin turun."ucap Zoya sambil terisak.

Andreas tidak kunjung membuka pintu, meskipun Zoya terus memanggil namanya dan meminta pria itu untuk membuka mobil tersebut.

"Andreas, aku mohon buka pintunya."ucap Zoya.

"Zoya...."ucap Andreas.

Pria itu melihat lelehan darah dari telapak tangan Zoya.

"Tolong hentikan mobilnya dan tolong buka pintunya aku mohon."ucap Zoya lirih.

Andreas langsung membuka sabuk pengaman, dari dirinya setelah itu ia langsung bergegas melihat keadaan Zoya dengan tubuh gemetar dan darah mengalir dari hidungnya tersebut.

"Sayang kamu kenapa? hmm... Zoya."ucap Andreas yang kini terlihat sangat cemas karena Zoya banyak mengeluarkan darah dari hidung mancungnya itu.

"Tolong hentikan mobilnya aku takut, aku mohon."ucap Zoya yang kini masih menunduk ketakutan terlihat dari tubuhnya yang bergetar hebat.

Andreas buru-buru memeluk Zoya yang kini menangis sesenggukan, hingga akhirnya Andreas berhasil membuat Zoya tenang setelah itu barulah Andreas membersihkan darah yang cukup banyak itu, setelah dia membeli dua buah tissue kering dan basah.

Zoya pun sedang berhasil membersihkan sisa darah dan yang menempel di kemeja yang digunakan oleh Andreas setelah pria itu mengganti kemeja yang dia kenakan dengan kemeja yang dia bahwa di dalam koper di mobil yang dia bawa seperti biasanya.

"Sayang lepas t-shirt itu gunakan ini."ucap Andreas yang memberikan t-shirt miliknya.

"Andreas, bolehkah aku tinggal di luar.... aku janji akan datang untuk bekerja mengurus Kevin. tapi aku mohon biarkan aku tinggal di luar."ucap Zoya yang membuat pria itu menatap wajah gadis cantik itu dengan sangat lekat.

"Zoya apa? Aku terlalu menjijikkan untuk mu."ucap Andreas.

"Tuan muda, aku hanya tidak ingin mengganggu ketenangan mu dan tuan Adrian. lagipula disana sudah ada Sindi jadi tidak akan pernah kesepian lagi."ucap Zoya.

"Terus saja katakan itu lagi,,,itu!! terus.... aku muak Zoya,,, kamu keterlaluan."ucap Andreas.

"Jadi kamu ingin aku terus melihat kemesraan kalian tuan muda,,, oke baiklah aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan, tapi ingat jangan salahkan aku jika aku benar-benar pergi dari dirimu."ucap Zoya.

"Zoya,,, aku tidak mungkin membiarkan mu pergi sampai kapanpun itu."ucap Andreas.

Andreas pun langsung bergegas menjalankan mobil tersebut.

"Aku akan pergi saja Andreas daripada aku harus terus merasa sakit atas semua yang ku lihat."ucap Zoya.

Andreas tidak menggubris ucapan Zoya dia tetap melajukan mobilnya menuju rumah mereka.

Sesampainya di rumah itu, Andreas langsung membawa tubuh Zoya dalam gendongannya saat itu juga.

"Andreas turunkan aku, aku bisa jalan sendiri, Andreas turunkan aku."ucap Zoya tapi pria itu tidak peduli dengan semua itu.

Sampai saat seseorang datang menghadang mereka berdua.

"Kalian dari mana.?"tanya Sindi.

"Sindi sayang kamu tunggu di kamar, aku antar Zoya ke kamarnya dulu dia sedang sakit."ucap Andreas.

"Ada apa? dengan istriku Andreas."ucap Adrian yang kini ingin menyelamatkan Zoya dari sifat licik Sindi.

"Bang,,,"ucap Andreas.

"Kenapa?... Andreas dia istriku."ucap Adrian yang langsung mengambil alih Zoya dari gendongan Andreas.

Andreas sendiri kini tengah mematung sambil menatap kearah Adrian yang kini tengah berjalan membawa Zoya ke kamarnya.

"Turun,,, sudah berapa kali aku katakan, jangan terlalu dekat dengan Andreas meskipun kau mencintai dia. tapi sampai kapan pun dia tidak akan pernah menjadi milikmu... karena Sindi akan menikah dengan Andreas setelah bayi yang kini berada di dalam kandungannya lahir."ucap Adrian.

"Aku sudah pergi menjauh darinya, tapi tuan sendiri membawa ku kesini."ucap Zoya.

"Kau berani menyalahkan ku."ucap Adrian yang kini menatap tajam kearah Zoya.

"Aku akan segera pergi."ucap Zoya.

Gadis itu membereskan barang-barang nya secepatnya, dia tidak ingin ada siapapun yang tau kecuali Adrian.

"Kita akan segera menikah, kamu tidak bisa pergi kemanapun."ucap Adrian yang kini membulatkan matanya.

"Apa? anda tidak salah bicara."ucap Zoya.

"Tentu saja tidak."ucap Adrian.

"Tapi pernikahan itu bukan main-main, dan kita tidak punya hubungan apapun selama ini."ucap Zoya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11.
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 32
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 55
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 149
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 153
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 162
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 172
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
Episodes

Updated 200 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11.
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 32
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 55
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 149
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 153
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 162
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 172
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!