Naila, wanita yang kini menjadi wanita pengganti dirinya di sisi Andreas tersebut.
Dia adalah kakak angkat Zoya saat berada di kampung, Zoya tidak tahu jika Andreas akan melakukan hal itu.
Zoya tidak menggubris ucapan Naila karena tidak ada faedah nya wanita itu berjalan pergi meninggalkan Naila yang kini tengah memaki dirinya seperti dulu.
Sementara itu di kantor, Adrian tengah berdebat hebat dengan Andreas yang meminta dirinya untuk menceraikan Zoya.
"Kau tidak punya otak Andreas, bagaimana? bisa kau berfikir seperti itu, Zoya adalah istriku sejak awal aku yang membawa dia ke rumah."ucap Adrian yang sangat marah karena Andreas berkata bahwa dirinya masih sangat mencintai Zoya.
"Tapi dia kekasihku, Abang pasti pernah merasakan bagaimana? sakitnya ditinggal pergi oleh wanita yang Abang sayang."ucap Andreas lagi.
Laki-laki itu meledak saat ini setelah melihat kemesraan yang Andrian tunjukkan di hadapannya bersama dengan Zoya.
Adrian tetap tegas menolak permintaan Andreas, pria itu pun langsung menghantam adiknya dengan satu pukulan untuk menyadarkan pria yang saat ini ternyata tengah dalam pengaruh alkohol.
"Kau tidak berani meminta padaku secara langsung, lalu kau melakukan hal itu."ucap Adrian marah.
Sementara Andreas kini hanya terdiam seribu bahasa, dia sadar dirinya telah melakukan kesalahan hingga Adrian berani melakukan hal itu.
"Zoya sampai kapanpun akan tetap menjadi kakak ipar mu, dan kau harus ingat itu."ucap Adrian.
Andreas pun langsung bergegas pergi begitu saja, dia tidak peduli dengan penampilannya saat ini, Andreas langsung bergegas pulang.
Sementara Adrian kini berulang kali memijat pangkal hidungnya, rasa pening kini begitu terasa, selain karena sikap Andreas tuntutan pekerjaan juga begitu besar saat ini, bahkan Adrian mungkin tidak akan bisa pulang lebih cepat atau tidak pulang sama sekali karena pekerjaan itu sudah sangat menumpuk.
"Tolong panggilkan dia untuk ke ruangan saya."ucap Adrian memerintahkan seseorang di sebrang telfon.
Adrian pun kembali fokus pada laptopnya, dia sudah terlalu lama membiarkan laptopnya yang kini masih menyala karena sibuk dengan perdebatan itu.
Jemari tangannya begitu lihai menari diatas laptopnya entah apa? yang saat ini tengah pria itu kerjakan.
Sampai saat seseorang masuk kedalam ruangannya Adrian hanya melirik dia sekilas.
Selesaikan pekerjaan ku aku sedang ada urusan penting."ucapnya pada sang asisten pribadi.
"Tidak bisa begitu dong bos, saya masih punya banyak pekerjaan yang sedang saya kerjakan."ucap asisten pribadinya itu.
"Kalau begitu antarkan ini semua ke rumah ku, aku sedang tidak ingin berada di sini terlalu lama."ucap Adrian tegas sambil merapihkan jas yang ia kenakan setelan itu dia meraih tasnya lalu pergi.
Adrian merasa tidak tenang jika harus meninggalkan istrinya lama-lama di rumah, apalagi Adrian tau jika dirumahnya ada ular berbisa yang dikirimkan oleh mantan istri Adrian.
Adrian sangat mengenal wanita bernama Naila yang kini tengah berada di dalam rumahnya.
Pria itu pergi meninggalkan kantor dengan kebingungan yang saat ini melanda asisten pribadinya yang kini tengah menyusun semua berkas kedalam sebuah kotak berukuran besar.
Sementara Adrian saat ini sudah tiba di halaman rumah, dia langsung turun dari mobilnya begitu tiba di sana.
Adrian langsung menempelkan telapak tangannya ke pintu yang langsung terbuka saat itu juga.
"Babe, aku pulang kamu dimana?."ucap Adrian.
"Hmm... aku disini."ucap Zoya yang terlihat seperti habis menangis.
"Kamu kenapa? sayang."ucap Adrian sambil mendekap Zoya.
"Tadi aku tidak sengaja terkena cipratan kuah bakso yang begitu pedas itu."ucap Zoya.
Sementara Adrian melihat ke arah Naila yang tengah menikmati semangkuk bakso.
"Siapa? yang mengijinkan mu membawa makanan itu kedalam rumah ini."ucap Adrian yang terlihat sangat marah.
"Aku sendiri ingin makan bakso kakak ipar perutku laper karena disini tidak ada makanan yang bisa aku makan."ucap Naila.
"Kau, tidak suka makanan di rumah ini lalu kenapa? tidak tinggal di kampung mu saja."ucap Adrian tegas.
"Zoya! suamimu memarahi aku kenapa? kau hanya diam saja tidak membela ku saudara mu."ucap wanita itu.
"Jangan pernah berani membentak istriku, kau bahkan tidak pantas untuk menyebut namanya."ucap Adrian tegas.
Tiba-tiba wanita yang tadi pagi bersama dengan Andreas pun menghampiri mereka.dia adalah calon istri Andreas yang kini tengah mengandung dan Naila adalah asisten pribadi wanita itu.
Zoya semakin dibuat bingung kenapa? Andreas membawa dua wanita itu langsung secara bersamaan.
"Ada apa? ini ribut-ribut."ucap wanita cantik itu, dan menghampiri Zoya.
Adrian langsung merangkul pinggang Zoya dan membawa Zoya pergi menuju kedalam kamar.
"Babe, jangan keluar dari dalam kamar jika aku tidak ada,,, kecuali jika mereka tidak ada di rumah ini."ucap Adrian tegas.
"Abang kenapa? bukankah mereka adalah calon istri Andreas."ucap Zoya bingung.
"Apa? kamu tidak lihat wanita mana yang tadi bersama dengan Andreas."ucap Adrian yang sudah bisa menebak jika Zoya tidak memperhatikan kondisi sekitar, hingga dia tidak tahu pasti antara Naila atau Terry yang pagi ini bersama dengan Andreas.
Sementara Andreas sendiri entah berada di mana, sampai saat ini tidak tampak keberadaannya di rumah.
"Sayang aku akan bekerja di rumah, kamu mau ikut ke ruang baca atau disini, ucap Adrian yang kini terlihat memperhatikan wajah cantik itu.
"Aku lihat nanti saja Bang."ucap Zoya.
"Hmm... baik'lah buatan Abang kopi setelah ini oke."ucap Adrian.
"Baiklah bang."ucap Zoya.
Setelah selesai menyiapkan pakaian santai untuk suaminya itu Zoya langsung bergegas menuju keluar dari dalam kamar untuk membuat kopi.
Sesampainya di luar Zoya melihat Andreas tengah marah besar pada Naila yang tadi sudah menindas Zoya.
"Abang jahat bukankah aku di undang kemari untuk menemani Abang disini,,, lalu kenapa? Aku tidak boleh menyuruh Zoya dia adalah adik angkat ku aku selalu dilayani oleh dia dulu."ucap Naila.
Plak...
Tamparan keras itu kembali mendarat di pipi Naila sementara Terry hanya diam seribu bahasa, dia tidak pernah membantah Andreas.
"Itu dulu sebelum aku tau bahwa Zoya ada, tapi sekarang siapapun di rumah ini tidak ada yang boleh macam-macam padanya! selain dia yang merupakan istri dari kakak dia adalah ratu di rumah ini."ucap Andreas.
"Ada apa? ini."ucap Zoya yang sudah berada di samping mereka.
"Semua ini gara-gara kamu Zoya lihat saja nanti aku akan membalas semua penghinaan ini."teriak Naila.
"Hmm... siapa? yang meminta kakak untuk menegur calon istri kakak."ucap Zoya yang kini menatap Andreas.
"Aku tidak perlu perintah untuk menghukum orang yang telah berani menyakiti mu."ucap Andreas tegas.
...******...
Zoya yang tidak tahan berlama-lama bertatapan dengan Andreas pun akhirnya duduk di depan meja makan yang Zoya lewati saat akan menuju pantry.
"Kopi untukku mana honey,,, kenapa? hanya buat kopi untuk dia saja."ucap Andreas.
"Disini ada calon istri kak Andreas, jadi kakak bisa minta tolong sama dia."ucap Zoya yang hendak melewati Andreas begitu saja tapi tangan kekar itu menahan pinggang ramping milik Zoya.
"Aku tidak suka kamu cuek seperti ini babe,,, mungkin saat ini kamu cuek karena Abang sudah membuat mu jatuh cinta, tapi satu hari nanti aku akan buktikan padamu bahwa hanya aku yang akan menjadi suamimu di masa depan."ucap Andreas.
"Ambilah jika kakak ingin kopi tapi tolong berhenti bicara tentang semua masalalu yang tidak pernah tergapai."ucap Zoya.
"Bukan tidak babe, tapi tertunda."ucap Andreas yang hendak menarik Zoya untuk duduk di pangkuannya.
Tapi Zoya langsung menepis tangan itu meskipun tidak sepenuhnya berhasil karena Zoya terjerembab di pangkuan Andreas.
Namun tidak lama karena Zoya langsung menampar wajah tampan itu tepat di pipi sebelah kiri.
"Andreas,,, kamu anggap apa? aku ini, kenapa? kau bersikap kurang ajar seperti ini."ucap Zoya yang terlihat menyesal karena refleks telah menampar wajah tampan itu.
Zoya hendak pergi sambil berkata."Maafkan aku aku tidak sengaja."ucap Zoya sambil berlalu pergi.
Tapi baru saja dua langkah Zoya melangkah perkataan Andreas langsung membuat gadis itu mematung.
"Bukankah kita sudah sering melakukan hal itu bahkan lebih dari itu, apa? kakak tau bahwa sebelum dia aku bahkan lebih dulu mendapatkan ciuman pertama mu, dan ."ucapan Andreas terhenti saat Zoya langsung berbalik dan berkata.
"Jangan pernah katakan itu lagi, atau aku akan benar-benar membenci semua yang pernah terjadi diantara kita"ucap Zoya.
Wanita itu kini berlinang air mata namun dia langsung mengusap kasar wajahnya itu. dan berbalik pergi.
"Honey tunggu!"panggil Andreas yang kini tidak dihiraukan sama sekali oleh Zoya.
"Babe,,,"ucap Adrian yang lagi-lagi melihat istrinya seperti baru saja menangis.
"Kenapa? babe,,, siapa? yang sudah membuat mu menangis dimana kopinya."tanya Adrian.
"Aku tidak sengaja menjatuhkan kopi itu bang, aku sedih kenapa? aku begitu teledor hingga menjatuhkan kopi untuk Abang."ucap Zoya yang kini terisak dalam pelukan Adrian.
Sementara Andreas kini mengepalkan tangannya erat di bawah meja.
Adrian pun akhirnya kembali membawa Zoya a kedalam ruang baca dimana pekerjaannya telah menunggunya asisten pribadinya sudah mengantarkan seluruh berkas yang harus ia periksa dan tanda tangan.
Adrian pun membawa istrinya duduk di sofa panjang yang ada di depan meja kebesarannya, seperti layaknya di kantor ruangan tersebut juga memiliki fasilitas yang sama, ada rak buku yang menjulang tinggi dan beberapa dokumen penting yang tersimpan di sana.
"Abang boleh aku makan junk food."ucap Zoya.
Adrian terdiam sambil menatap lekat wajah cantik itu, lalu ia berkata."Sayang kamu ingin makan makanan seperti tadi yang dimakan wanita ular itu?"tanya Adrian.
"Ya, Abang rasanya sangat rindu dengan itu."ucap Zoya.
"Abang bisa buatkan untuk mu tapi lain kali jangan sekarang oke."ucap Adrian lembut sambil mengecup bibir istrinya.
"Hmm... aku juga bisa buat, tapi disini tidak ada tepung yang aku butuhkan untuk bahan campurannya."ucap Zoya.
"Babe,,, kamu tau sendiri kan peraturan rumah ini, tidak boleh makan makanan seperti itu, tapi Abang bisa buat yang tanpa tepung dan itu lebih lezat daripada yang seperti kamu bilang."ucap Adrian sambil mengusap puncak kepala Zoya dengan penuh kelembutan.
Zoya pun hanya diam, dia tidak ingin lagi berbicara dengan Adrian karena percuma saja semua itu tidak akan pernah di gubris oleh pria yang terlalu perfeksionis seperti Adrian.
"Babe,,, dua hari lagi aku akan melakukan perjalanan bisnis, dan aku ingin kamu ikut."ucap Adrian.
"Hmm..."ucap Zoya.
"Baiklah sayang aku kerja dulu oke, setelah itu kita akan makan siang bersama."ucap Adrian.
Zoya hanya mengangguk, setelah itu ia merebahkan diri di atas sofa karena merasa sangat lelah.
Akhir-akhir ini Zoya gampang merasa lelah padahal tidak melakukan apa-apa hanya mengurus suami saja karena Kevin masih belum bisa menerima kehadiran dirinya di sisi Adrian.
Namun Zoya tidak ingin terlalu banyak berfikir, dia yakin satu saat nanti ia akan kembali diterima oleh Kevin.
Adrian yang kini tengah berkutat dengan laptopnya, dia melirik ke arah Zoya yang kini tengah berbaring di sofa yang ada di depan meja kerja miliknya.
Adrian pun langsung bangkit dan meraih selimut yang ada di ruangan itu miliknya jika dia enggan untuk pergi kemanapun disaat sudah lelah bekerja.
Adrian pun menyelimuti Zoya dengan selimut itu agar paha mulus milik istrinya tidak dilihat oleh orang lain jika sewaktu-waktu ada yang datang saat ini.
Adrian pun membungkukkan badan lalu mengecup bibir istrinya yang manis itu.
"Tidurlah sayang, dua hari lagi kita akan berbulan madu."ucap Adrian.
Pria itu pun kembali ke meja kebesarannya itu, dia kembali fokus pada laptop dan juga berkas yang kini ada di hadapannya.
Sesekali ia akan membubuhkan tanda tangan pada berkas yang sudah ia periksa.
Hingga jam makan siang pun terlewat, Adrian bahkan pergi membuat makan siang untuk dia dan istrinya, tidak hanya itu, Adrian juga membuat bakso yang Zoya inginkan dengan bantuan dari sang koki profesional yang Adrian pekerjakan mulai hari ini untuk memenuhi keinginan istrinya seperti saat ini.
Setelah bakso itu terhidang di meja makan, dan berikut dengan makan siang yang ia buat sendiri, Adrian langsung bergegas menuju ruang baca tapi ia melihat istrinya sudah tidak ada disana.
"Sayang kamu dimana?."pangil Adrian yang kini tengah mencari istrinya di dalam kamar.
Namun tidak ada jawaban karena Adrian mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi, mungkin Zoya sedang mandi.
Adrian pun duduk di sofa sambil menunggu istrinya keluar, dan tidak sampai dua menit akhirnya Zoya keluar.
"Abang darimana? Aku tadi nyari Abang."ucap Zoya.
"Hmm... Abang dari dapur sudah masak makan siang untuk kita."ucap Adrian.
"Hmm... rajin sekali Abang hari ini."ucap Zoya sambil tersenyum manis.
Dia yang saat ini tengah menggunakan bathrobe dengan lilitan handuk di kepalanya, membuat Adrian menelan Saliva nya dengan susah payah.
Istrinya terlalu cantik saat ini sedang bibir berwarna pink alami dan sedikit basah membuat Adrian tidak bisa menahan gairah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments