Tok....
Tok....
Bunyi pintu kamar di ketuk itu membuat cerita yang sedang Zoya hayati itu tiba-tiba terhenti saat pria tampan itu menyembul dari balik pintu.
"Aku akan pergi keluar, jika kakak pulang kamu tidak perlu berbicara dengannya cukup jawab jika dia bertanya jika tidak lebih baik menghindar darinya."ucap Andreas.
"Baik kak."ucap Zoya sambil tersenyum manis.
"Lain kali bacakan dongeng itu lagi saat aku tidak bisa tidur."ucap Andreas.
"Ah... ya kak."ucap Zoya lagi.
Andreas hanya geleng-geleng kepala mana tau Zoya saat dia tidak bisa tidur, karena Andreas. akan pulang larut malam seperti biasanya untuk menuntaskan balas dendamnya itu.
Zoya pun kembali ke dalam kamarnya setelah hari sudah larut setelah memandikan Kevin dan menemani dia makan, saat ini dia sudah pamit pada Kevin untuk mandi dan Kevin pun menurut lagipula biasanya papahnya Adrian Tama akan pulang.
Sementara Zoya kini tengah berendam di dalam bathtub-e, seperti yang telah diajarkan oleh Andreas kini dia sudah bisa menikmati semua fasilitas lengkap yang ada di dalam kamar tersebut.
Hingga saat dia selesai mandi dan berganti pakaian dengan yang baru yang merupakan model dress selutut berwarna merah dengan tali spaghetti.
Sungguh dirinya terlihat sangat cantik meskipun tidak menggunakan makeup.
Kulit putih mulus yang selama ini tersembunyi di balik pakaian usang itu kini terlihat sangat bercahaya dan tampak segar.
Uang memang segalanya.
Zoya kini tengah berada di ruang keluarga bersama dengan Kevin yang tengah belajar mewarnai sambil menunggu sang ayah pulang.
Zoya sendiri kini tengah duduk di samping Kevin di atas karpet bulu itu, dress yang sedikit tersingkap itu tanpa dia sadari sedang menjadi pusat perhatian seseorang yang kini berjalan ke arah sana.
Pria itu memperhatikan, wanita yang kini menggulung rambutnya asal dan mengikatnya asal, sementara leher jenjangnya yang putih mulus itu membuat pria itu tanpa sadar menelan ludahnya.
"Sedang apa? kau ."suara bariton itu mengejutkan pria yang kini tengah memperhatikan Zoya yang kini melirik ke arah suara itu dan Kevin langsung bergegas menghampiri sang ayah dan memeluk pria tampan dan gagah itu dengan sebutan papah.
"Hi...boy belum tidur?."pria itu langsung mengangkat tubuh Kevin setinggi-tingginya.
"Hahaha papah aku takut jatuh."ucap Kevin sambil tertawa lepas.
Sementara Zoya kini hanya melirik ke arah lain.
Dia tidak ingin membuat pria yang ada di sampingnya marah.
"Apa? kau senang main dengan mama mu."ucap Adrian sambil melirik kearah Zoya yang seakan tidak peduli dengan dirinya.
"Tentu saja Pah, Mama sangat sayang Kevin, dan dia selalu menyenangkan. papah tidak tau tadi Kevin dan Mama bernyanyi dan suara Mama sangat merdu."ucap bocah itu terus berceloteh mengatakan ini dan itu sementara Adrian saat ini tengah memperhatikan gerak-gerik Zoya yang terlihat cuek padanya.
"Kamu sudah bertemu papah, sekarang saatnya istirahat ya."ucap Adrian lembut.
"Baik, papah."ucap Kevin yang langsung mengecup pipi sang ayah.
"Heumm... sayang kamu memang yang terbaik."ucap Adrian yang kemudian.
Zoya langsung pergi meninggalkan Adrian yang kini masih menatap kearah Zoya yang sedang berjalan dengan putranya itu.
"Aneh."ucap Adrian lirih.
Padahal tadi pria itu sempat merasa kagum melihat kedekatan putranya dengan Zoya seharian tadi.
Video yang dikirimkan oleh sang adik memperlihatkan kebersamaan antara Zoya dan Kevin.
Adrian pun berlalu menuju kamarnya, untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia makan malam.
Adrian duduk di sofa sambil melepaskan semua yang melekat di tubuhnya setelah itu dia memasuki kamar mandi, dan langsung membersihkan diri.
Adrian yang baru selesai mandi dan berganti pakaian, dia pun berjalan keluar kamar menuju dapur.
Pria itu langsung. mengambil jatah makan malamnya ya itu tenderloin steak Wagyu yang kini dia marinasi dengan lada garam dan garlic powder.
Sampai menunggu itu meresap Adrian terlihat mengupas mangga yang akan dijadikan jus buah segar.
Sampai saat dia selesai membuat itu, dia langsung memanggang steak miliknya di dalam oven agar matang sempurna.
Setelah itu ia juga membuat saus barbeque yang ia buat sendiri.
Setelah semuanya siap, dan terhidang di meja akhirnya Adrian duduk di depan meja makan yang kini sudah terdapat hidangan di hadapannya.
Saat itu Zoya melintas hendak mengambil minum untuk Kevin.
Zoya melintas begitu saja membuat Adrian yang ingin menyantap makanan tersebut malah menoleh terlebih dahulu.
Tidak ada sapaan ataupun yang ada keduanya hanya saling tatap. kemudian Zoya langsung berpaling dan pergi begitu saja setelah membawa air untuk Kevin di gelas khusus milik pria kecil itu.
"Kau bukan pelayan disini, kau bisa minta apapun pada pelayan Kevin."ucap Adrian.
"Saya juga bukan nyonya disini jadi tidak ada kuasa untuk memberi perintah."ucap Zoya.
Pria itu hanya mendengus kesal, karena perkataannya dibantah.
Sementara Zoya dengan cueknya pergi dari hadapan Adrian yang kini melanjutkan makan malamnya sendiri.
Sementara itu di luar sana, Andreas tengah sibuk berkutat dengan layar laptop nya, sesekali dia tersenyum karena telah berhasil membuat perusahaan besar itu kalang kabut.
Perusahaan yang seharusnya masih menjadi milik Adrian dan Andreas yang ditinggalkan oleh Ardi Tama ayah kandung mereka.
"Bagaimana? apa? kau sudah mulai merasa ada yang janggal dengan semua itu pengkhianat."ucap Andreas Tama.
Pria itu membobol data perusahaan dan memberikan itu pada pihak lawan dari perusahaan tersebut.
Karena bagi Andreas, daripada perusahaan itu berada di tangan orang jahat lebih baik perusahaan itu benar-benar musnah agar sang ayah bisa tenang, saat melihat pria bajingan itu menderita dan bahkan lebih menderita lagi dari ayahnya.
Sampai saat dia selesai melakukan hal itu dia pun bergegas pulang menuju rumah.
Hatinya sudah sedikit merasa lega karena kini dia sudah mulai bisa membalas rasa sakit atas kematian sang ayah.
Saat di jalan, dia melihat toko buku yang buka dua puluh empat jam meskipun tidak ada penjaga kasir namun semua itu tetap aman terkendali.
"Hari ini adalah hari yang paling berharga bagiku, Aku akan memberikanmu buku bagus agar suatu saat nanti kamu bisa membacakan ini sebagai dongeng pengantar tidur bagiku."ucap Andreas yang kini memilik beberapa novel cerita untuk usia dewasa, mulai dari sebuah novel bergenre horor ada juga romansa.
Setelah membayar buku yang dia ambil itu kemudian dia bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, dia di sambut oleh asisten rumahnya dan pria itu hendak membawakan paper bag yang kini Andreas pegang.
"Tidak usah, ini untuk Zoya biar aku yang berikan langsung besok padanya."ucap Andreas yang langsung bergegas menuju kamar pribadinya.
...🌼🌼🌼🌼🌼...
Keesokan paginya, Zoya sudah keluar dari dalam kamar, dia membawa keranjang cucian kotor miliknya untuk mencuci pakaian sendiri di ruang laundry.
sampai saat dia selesai menjemur pakaian tersebut dia pun pergi menuju dapur untuk membuat data pagi untuknya.
Hari masih terlalu pagi, mungkin itulah kenapa? mereka semua belum ada satu orang pun yang datang ke meja makan.
Zoya kini tengah memanggang roti di teplon dia juga mengoleskan selai kacang coklat di atasnya langsung dia hidangkan di piring.
Dia juga membuat susu hangat lalu membawa sarapan paginya ke meja makan, dan menyantapnya perlahan.
Hingga sebuah paper bag mendarat di di atas meja di sampingnya.
"Itu untuk mu, dan disana juga ada nomor handphone ku di handphone milikmu."ucap Andreas.
"Kenapa kakak terlalu baik padaku, aku takut tidak bisa membalas semuanya."ucap Zoya.
"Apa? Aku pernah meminta mu untuk membalas semuanya."ucap Andreas yang kini mengambil kepingan roti milik Zoya yang sebagian telah ia makan.
Zoya hanya menggeleng pelan sambil menatap kearah pria yang tengah menikmati sarapan pagi miliknya.
Beruntung Zoya membuat tiga buah roti panggang dobel tersebut.
"Kak Andreas mau kopi?."tanya Zoya.
"Memangnya tau kopi yang aku suka dan cara membuatnya."kata Andreas.
"Heumm... kemarin aku bertanya pada pelayan baik hati."ucap Zoya.
"Apa? yang lain tidak baik padamu."tanya Andreas yang tanpa sadar sudah menghabiskan beberapa potong kecil roti milik Zoya.
"Aku tidak tau karena tidak pernah berinteraksi dengan mereka semua, tapi sepertinya kepala pelayan tidak menyukai ku."ucap Zoya.
Zoya pun berjalan menuju mesin pembuat kopi itu, dia pun mulai membuat kopi yang biasa di buat, oleh Andreas.
Andreas pun hanya melihat itu, dan dia pun menikmati pemandangan itu.
Andaikan saja dia sudah menikah dan tidak pernah mengalami trauma dulu, mungkin saat ini dia sudah bahagia dengan wanita yang menjadi jodohnya.
Sampai saat Zoya menyuguhkan kopi tersebut di hadapannya, Andreas baru tersadar dengan itu.
"Kak, kopinya di cicipi dulu siapa? tahu ada yang kurang nanti aku bisa menambahkannya."ucap Zoya.
"Ah, ya terimakasih."ucap Andreas yang langsung mengambil kopi tersebut yang masih mengepul terasa hangat di tenggorokan.
"Eum... sangat pas, terimakasih Zoya."ucap Andreas.
"Sama-sama kak."ucap Zoya yang kini kembali meminum susu miliknya.
"Kenapa? tuan Adrian belum sarapan."ucap Zoya tiba-tiba.
"Heumm...ini weekend, jadi kakak santai tidak akan pergi ke kantor."ucap Andreas menjelaskan.
"Heumm...."ucap Zoya singkat.
"Tapi Kevin juga belum bangun."ucap Zoya lagi.
"Siapa? bilang... tadi dia sudah recokin aku sekarang mungkin giliran ayahnya."ucap Andreas.
"Heumm,,, aku tidak tau mungkin karena aku tadi mencuci pakaian ku."ucap gadis itu.
"Kenapa? tidak minta mereka mencucikan pakaian mu."ucap Andreas.
"Tidak-tidak yang benar saja,,, mungkin boleh jika itu wanita."ucap Zoya.
"Zoya, disini tidak akan ada pelayan wanita atau wanita lainnya karena kami tidak suka ada wanita disini."ucap Andreas.
"Berarti aku juga tidak boleh ada disini."ucap Zoya.
"Kau adalah pengecualian Zoya."ucap Andreas sambil menatap wajah cantik alami itu.
"Tapi aku merasa menjadi benalu jika memang peraturan kalian seperti itu."ucap Zoya.
"Kau istimewa bagi Kevin, dan kami menginginkan Kevin bahagia meskipun jujur aku sendiri juga tidak percaya dengan perempuan selain ibu angkat kami yang benar-benar tulus menyayangi kami."ucap Andreas.
"Zoya, apa? kamu mengingat wajah ibumu."ucap pria itu.
"Tidak, tuan...kata ibu angkat saya saya adalah anak adopsi kedua orang tua saya yang sudah tiada."ucap Zoya.
"Berapa? usia mu sekarang."tanya Andreas Sudah mau dua puluh dua tuan."ucap Zoya.
"Rasanya begitu cepat berlalu, dulu aku bertemu dengan mu saat kamu masih SMA."ucap pria itu lirih.
"Tuan masih ingat akan hal itu."ucap Zoya.
"Ah, sudah lupakan saja."ucap Andreas.
"Heumm.... terimakasih tuan berkat tuan aku selamat."ucap Zoya.
"Kau lupa harus panggil aku dengan sebutan apa? heumm."ucap Andreas yang merasa tidak nyaman dipanggil tuan oleh Zoya.
Sementara Andreas, melihat sisi lain dari wajah cantik Zoya saat ini.
Dia mirip dengan almarhum ibu angkatnya itu, dan satu lagi yang tidak pernah Andreas ungkapan pada siapapun selama ini.
"Flashback on"
Sepuluh tahun lalu, saat Andreas masih berusia lima belas tahun dia tidak sengaja melihat ibu angkatnya menangisi sebuah foto yang kemudian dia sembunyikan karena suaminya datang dari kantor, Dia adalah tuan Tama ayah angkat mereka.
Setelah tuan Tama kembali pergi,dia kembali meraih foto tersebut.
"Nak,,,mama sudah berusaha untuk mencarimu sayang, sudah hampir sepuluh tahun lebih, dimana? kamu berada nak,,, semoga ada keajaiban yang bisa mempertemukan kita sebelum mama tiada nanti,,,,papah mu bahkan selalu marah karena mama selalu bersedih saat mengingat mu. bukan dia tidak sayang tapi selama ini kami sudah mencari kamu kesetiap panti asuhan tapi kamu tidak kunjung ditemukan kamu padahal orang itu bilang kamu dia taruh di panti asuhan pinggir kota tapi sampai sekarang kamu tidak kunjung kami temukan putriku."
Flashback off.
'Mungkinkah' lirih Andreas di dalam hatinya.
"Kak, aku cari Kevin dulu."ucap Zoya sambil tersenyum manis.
"Jangan temui dia jika sedang bersama dengan kakak, kamu pasti akan terkena marah."ucap Andreas.
"Siapa? yang marah."ucap Adrian yang baru saja tiba bersama dengan Kevin yang ada di gendongannya.
"Mama,,, aku ingin punya adik seperti adiknya Sinchan itu lucu."ucap Kevin.
Sontak semua orang membulatkan matanya.
"Kau salah alamat anak kecil, Mama mu tak akan pernah hamil."ucap Andreas.
"Kenapa? bukanya seorang Mama itu akan memberikan adik bayi ya."ucap Kevin sambil menatap meminta jawaban pada sang ayah yang kini terlihat tanpa ekspresi.
"Zoya kamu sudah sarapan."tanya Adrian.
"Sudah Tuan."jawab Zoya.
"Tolong tenangkan dia saya sedang sakit kepala,,, anak ini tingkahnya ada-ada saja."ucap Adrian yang kini meijit pangkal hidungnya itu.
"Baik tuan."ucap Zoya yang langsung meraih Kevin dari gendongan Adrian.
"Mama,,, ko panggil papah tuan sih, di film yang kita tonton kemarin saja namanya Sinchan panggil papahnya Sinchan suamiku atau sayang."ucap Kevin lagi yang langsung membuat Adrian hilang kesabaran.
"Kevin, jangan lagi tonton film seperti itu, tidak mendidik dan kamu Zoya kamu berikan dia pengertian jika tidak tamat riwayat mu."ucap pria yang kini terlihat muram.
"Baik tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments