10

Samar-samar ku dengar suara adzan yang terkesan menenangkan, begitu ku membuka mata, aku melihat mas Ryu tidur di sofa yang ada di kamar miliknya.

Aku memang tidur di sini setelah resmi menikah. Aku bahkan terkejut saat pertama kali memasuki ruangan ini, semua sudah di persiapkan termasuk baju-baju baru untukku. Mungkin saja mbak Lala dan Jihan yang sudah mempersiapkannya atas perintah bunda.

Sementara mas Ryu, aku tak tahu pukul berapa dia masuk ke kamar, yang jelas saat aku tertidur sekitar jam dua belas dia masih berbincang dengan teman-temannya di lantai bawah

Bergerak bangkit, ku dudukkan diri di atas ranjang, menyandarkan punggung pada head board lalu ku tatap dalam-dalam wajah pria yang tahu-tahu sudah resmi menjadi suamiku.

Sejujurnya ada perasaan bersalah saat tahu dia tidur di sofa padahal ini adalah kamarnya.

Lalu tiba-tiba pikiranku jatuh pada kejadian semalam dimana mas Ryu mengantarku ke kamarnya.

"Kamu boleh memiliki kamar ini, tapi jangan sekali-kali bersikap layaknya seorang istri. Kita hanya akan berpura-pura menjadi sepasang suami istri di hadapan ayah bunda"

"Satu lagi" Katanya, yang pada saat itu dia sama sekali tak menatap wajahku. "Kamu tahu kan seperti apa perasaanku? So jangan berharap lebih karena aku masih punya pacar"

Mengingat kalimat itu entah dari mana datangnya, jujur hatiku merasa sakit. Jantungku seakan tercubit sampai-sampai aku seperti kesulitan mengambil nafas.

Berusaha menarik nafas panjang, ku usap wajahku menggunakan kedua tangan kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Seharusnya malam pengantin adalah malam yang indah buat pasangan yang baru menikah, tapi tidak denganku. Tak ada malam pertama yang ku lalui dan justru kami tidur di tempat yang berbeda.

Tak apalah memang belum waktunya, semoga saja ini nggak akan bertahan lama seperti pernikahan bunda dengan ayah yang butuh waktu dua tahun.

Selesai aktivitasku di kamar mandi, dan begitu aku keluar, aku langsung mengenakan mukena. Ku pikir tak ada salahnya jika membangunkan mas Ryu untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Dengan sedikite membawa nyali, akhirnya ku langkahkan kaki ke arah sofa.

"Mas Ryu" Panggilku lembut.

Hening sesaat, pria ini tak bergerak barang sejenak.

"Mas" Panggilku lagi untuk kedua kali.

Mas Ryu tampak menggeliat lalu menatapku.

Karena cahaya lampu yang temaran namun menyilaukan, dia menyipitkan kedua matanya.

"Ada apa?" Balasnya dengan suara parau khas bangun tidur.

"Sudah subuh, kita sholat?"

"Kamu duluan saja" Ia lalu memiringkan badannya membelakangiku.

Aku pasrah, tak berani mengajukan protes, apalagi memaksanya.

Dengan sedikit kecewa aku pun melaksanakan sholat dengan tanpa dirinya.

****

Selesai sholat, ku ambil bergo dari dalam lemari dan langsung memakainya untuk menutupi rambutku. Setelahnya aku keluar dari kamar tanpa memperdulikan pria yang saat ini sudah bangun tapi masih terduduk di sofa. Dari posisinya ku lihat dia menundukkan kepala dengan tangan bertumpu di kedua lutut.

Menuruni anak tangga, perlahan suara dentingan gelas dan sendok terdengar kian jelas.

Saat langkahku sudah nyaris sampai di dapur, tampak bik Titik tengah mencuci peralatan makan.

"Selamat pagi, bik?"

Wanita itu menoleh ke belakang.

"Eh mbak Naina. Selamat pagi, sudah bangun, mbak?"

"Sudah, bik"

"Kok ya rajin sekali, wong pengantin baru mbok iya bangun nanti-nanti mbak"

Aku tersenyum kecut, lalu merespon ucapannya.

"Kalau sudah bangun, nggak bisa tidur lagi apalagi nanti-nanti, bik"

"Kalau nggak bisa tidur lagi" Bik Titik melirikku dengan senyum menggoda. "Kan bisa manja-manjaan dulu sama mas Ryu" Ia kembali menatap piring yang sedang di cucinya, masih dengan senyum bertahan di bibirnya.

Aku tersipu malu, tapi dalam hati berkata. "Boro-boro bermanja, tidur aja beda tempat"

"Mau bikin apa buat sarapan, bik?" tanyaku mengalihkan topik.

"Bibik mau bikin nasi liwet buat pak Bima sama bu Arimbi, mereka biasanya makan nasi kalau sarapan. Berbeda dengan mas Ryu yang maunya roti tawar sama teh hangat saja"

"Nggak makan nasi dia, bik?"

"Kalau sarapan enggak. Makan nasi kalau siang di rumah sakit. Itu juga bawa bekal dari rumah. Malamnya juga makan nasi tapi sedikit. Lebih banyak makan buah kalau mas Ryu"

Dari bik Titik, sepertinya sedikit banyak aku bisa mendapat informasi tentang mas Ryu. Kebiasaannya, kesukaannya, atau mungkin seputar pekerjaan.

"Bik" Panggilku sambil membuat teh chamomile di teko berukuran sedang.

"Iya, mbak!"

"Kebiasaan paginya mas Ryu ngapain usai sholat subuh?"

"Dia biasanya lari pagi kurang lebih setengah jam, habis lari pagi langsung sarapan terus naik ke atas. Pas turun sudah pakai baju dinas, dan langsung ke rumah sakit"

"Oh, jadi nanti olahraga dianya, bik"

"Hmm, selalu begitu mbak. Pemanasan dulu di halaman buat ngelenturin badan, terus nanti lanjut lari ke komplek depan"

Aku manggut saja merespon bik Titik sambil berdehem kecil

"Jadi nanti begitu mas Ryu selesai lari pagi, di atas meja sudah ada roti sama tehnya" Sambung bik Titik setelah jeda sesaat tadi.

"Ya sudah nanti aku yang siapin buat mas Ryu, tapi ajarin ya, bik"

"Beres mbak. Bu Arimbi juga menyuruh saya buat kasih tahu mbak Naina apa yang mas Ryu makan, dan sukai"

"Makasih ya bik"

"Sama-sama mbak, tanyakan ke bibik saja apa yang mbak Naina belum atau ingin tahu"

"Iya, bik" Sahutku menata cangkir di atas meja makan. Sementara dari tadi bik Titik sibuk membuat nasi liwet.

"Oh ya mbak, jangan kaget ya kalau nanti mas Ryu jarang ada di rumah"

Mendengar kalimat bik Titik, tanganku yang tadi tengah menata cangkir reflek berhenti lalu ku tolehkan kepala ke arah bik Titik berada.

"Jarang di rumah? Kenapa bik?"

"Mbak Naina jangan khawatir, mas Ryu insya Allah nggak kemana-mana" Bik Titik sepertinya menangkap gelagatku yang mendadak di liputi kecemasan.

"Selain kerja di rumah sakit umum, mas Ryu juga buka klinik pribadi, mbak Naina. Jadi nanti hari senin sampai jum'at sepulang dari RSU, mas Ryu istirahat sebentar di rumah terus ba'da magrib langsung berangkat ke klinik"

"Pasiennya banyak loh mbak. Yang antri nggak cuma anak-anak, orang dewasa banyak, juga" Lanjutnya.

"Loh bukannya dia spesialis anak, bik?"

"Iya, tapi kliniknya untuk umum. Kalau dinas di rumah sakitnya baru khusus untuk anak-anak"

"Oh" Sahutku paham.

"Pulang dari rumah sakit jam berapa, bik?" Tanyaku kemudian.

"Jam empat mbak, biasanya suka fitnes sepulang dari rumah sakit di ruang gym, habis itu masuk kamar sampai maghrib, mas Ryu turun buat makan malam, terus berangkat ke klinik setelahnya"

"Jarang sarapan bareng sama bunda sama ayah berarti bik?"

"Iya, makan bareng-bareng ya kalau hari sabtu minggu mbak"

Pantas saja aku jarang satu meja dengannya selama aku menginap di sini kemarin-kemarin.

"Selamat pagi" Tiba-tiba ku dengar suara bunda menyela.

"Selamat pagi, bun"

"Selamat pagi bu Arimbi" Balas bik Titik.

"Maaf bunda telat bangun"

"Nggak apa-apa bun, ini sudah mau selesai"

"Ryu belum turun, Nai?" Tanyanya.

"Tadi masih tidur bun"

Bunda menganggukan kepala sebagai responnya.

Kamipun kembali melanjutkan memasak sembari berbincang banyak hal.

Hingga puluhan menit berlalu, setelah semuanya sudah siap di meja makan, aku kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar, sepasang netraku tertuju pada mas Ryu yang tidur di atas kasur dengan memeluk sebuah bantal guling.

Dia masih mengenakan sarung, mungkin tadi habis sholat subuh tak melepaskannya dan malah langsung kembali tidur.

Sangat terlihat jelas, bahwa tidurnya tampak begitu nyaman setelah semalam kemungkinan besar tak bisa tidur karena efek keterbatasan sofa yang tak bisa membuatnya bergerak dengan bebas.

Bersambung

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

waduh takut nih kl otor dah buka angka keramat 2....danu n nina 2th.. arimbi n bima 2 th... jngn atuh thor... kaya sagara aj cuma 4 bln ya

2023-12-09

0

Cahyani

Cahyani

Jangan sampai menyesal kyk ayah Bima ryu…

2023-11-25

0

Asri

Asri

pengen cepet lihat si ryusang jd bucin sama naina. hihihihi 🤭

2023-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!