Duduk di serambi balkon, otakku mendadak di penuhi pikiran buruk mengenai ucapan teman SMP ku beberapa waktu lalu.
Aku bertanya pada diriku sendiri kenapa secemas ini jika apa yang Yulsa katakan, suatu saat nanti bisa kejadian.
Apakah aku sedang cemburu? Apa aku mulai menyukai mas Ryu?
Tapi yang jelas, istri mana yang rela jika ada pelakor masuk ke dalam rumah tangganya, padahal aku sendiri sangat tahu kalau mas Ryu enggak mencintaiku dan masih berhubungan dengan pacarnya?
Jujur ada rasa takut yang mendadak singgah di hatiku.
Mendesah pelan, aku semakin bingung pada diriku sendir.
Kenapa aku semakin enggak suka jika teringat bahwa mas Ryu masih memiliki kekasih di saat sudah menjadi suamiku? Dan kira-kira seperti apa wanita yang juga berprofesi sebagai dokter itu?
Ketika aku tengah membayangkan betapa cantiknya pacar mas Ryu, aku di kagetkan oleh suara anak kecil. Dia adalah Dara, keponakan suamiku.
"Bu dhe Nena!" Panggilnya. Anak itu memang memanggilku bu dhe karena suamiku adalah kakak dari mamanya.
"Dara!" Sahutku menoleh sambil tersenyum riang. "Kesini sama siapa?"
"Sama pakdhe Liu"
"Loh, kok bisa sama pakdhe Ryu?" Tanyaku heran.
"Tadi pakdhe mampir ke rumah Dara, terus Dara ikut"
"Mau bobo sini?"
"Enggak, nanti papa sama mama jemput"
"Ohh" sahutku singkat.
"Budhe lagi ngapain, kok disini" Dara bertanya sembari mengedarkan pandangan ke arah jalanan.
"Nggak ngapa-ngapain sayang"
"Budhe lagi sedih ya?"
Keningku reflek mengerut saat mendapat tatapan aneh dari keponakanku ini.
"Sedih? Enggak"
"Tapi dari wajahnya kelihatan kalau budhe lagi sedih"
"Enggak kok sayang" Sergahku mengelak.
"Budhe jangan sedih ya, kata ustadzah di TPQ Dara, janganlah takut dan janganlah sedih, sesungguhnya Allah ada bersama kita"
"Masya Allah! pinter sekali keponakan pakdhe Liu" Pujiku pada anak gadis berusia lima tahun ini. Dia memang sangat pintar, mas Ryu saja kalah saat bicara dengannya.
Dan benar apa kata Dara, aku juga sangat tahu tentang dalil itu, tapi menyuruhku untuk jangan takut di saat seperti ini rasanya mustahil. Sekalipun pernikahan kami hanya sebatas kesepakatan dari pihak ke tiga, tapi itu tak mengurangi kekhawatiranku kalau suatu saat ada wanita lain yang merusak pernikahanku.
"Gimana kalau kita turun, terus bikin donat, jadi nanti pas donatnya jadi bisa di suguhkan ke papa mamanya Dara" Kataku setelah tadi ada hening sejenak.
"Okay, ayo" Seru Dara antusias.
"Yuk!" Aku menggandeng tangan mungil Dara, lalu melangkah memasuki kamar.
Saat di dalam kamar, aku mendapati mas Ryu sedang berkutat di depan laptop sambil mengetikan sesuatu. Pria itu melirik ke arahku dan Dara sekilas.
Sedetik kemudian Dara bersuara. "Pakdhe, Dara mau ke bawah bikin donat sama budhe ya"
"Hmm" Sahutnya dengan fokus penuh ke layar laptop. Aku sendiri terus terang enggan menyapa dirinya. Yang ada dalam kepalaku hanya ingin segera keluar dari kamar ini.
***
Dari dalam dapur, ku dengar suara salam dari arah ruang tengah. Suara cempreng yang sangat familiar bagiku, siapa lagi kalau bukan Jihan, adiknya mas Ryu.
Dara yang sudah hafal suara sang mama, langsung menyahut salamnya lalu berlari keluar dapur.
Setelah satu jam aku dan Dara sibuk di ruang masak, donat yang kami buat pun jadi dan siap untuk di sajikan.
Saat aku menata beberapa bulatan di piring dan menaruhnya di atas meja makan, Jihan muncul dengan menggendong Dara di balik punggungnya.
"Harum sekali baunya, budhe?" Jihan memang memanggilku begitu karena untuk mengajari putrinya.
"Aku sama Dara baru selesai bikin donat, Ji. Kebetulan ada lebihan adonan tadi pagi, jadi aku bikin lagi buat Dara"
"Sepertinya enak" Katanya meletakkan Dara di atas kursi.
"Pasti enak dong mama, kan Dara yang buat sama budhe Nena"
"Mama cobain ya" Jihan meraih salah satu donat dengan toping coklat keju.
"Hmm enak" Ucapnya, sedetik setelah menggigitnya. "Bunda sepi, budhe?"
"Lagi ke rumah oma bunda. Opa Danu sakit katanya"
"Oh ya?" Seru Jihan reflek karena terkejut. "Kok nggak ada yang ngabarin aku?"
"Belum mungkin, bunda juga baru tahu tadi pagi"
"Ngomong-ngomong soal oma bunda, jadi inget kisahnya" Ucap Jihan seraya menikmati gigitan demi gigitan donat yang ku buat.
"Kisah apa?" Tanyaku penasaran.
"Kisahnya oma bunda dan opa Danu tuh unik, makannya aku ingat terus sampai sekarang"
"Unik gimana?" Rasa penasaranku sepertinya kian menjadi.
"Budhe tahu nggak, kalau oma bunda dulu sempat jadi selingkuhannya opa Danu, padahal opa Danu itu suaminya"
"Maksudnya?" Alisku mungkin sudah menukik sangat tajam.
"Ish budhe ini gimana si, nggak paham-paham juga" Jihan memperbaiki posisi duduknya. Ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa dia semakin serius saja.
"Dulu, mereka nikah gara-gara di gerebeg warga lagi berduaan, warga mengira mereka berdua lagi berbuat mesyum, jadinya deh langsung di nikahkan. Dan karena opa Danu nggak cinta sama oma bunda, akhirnya oma bunda terpaksa jadi selingkuhan suaminya sendiri"
"Gimana caranya?"
"Di situlah kecerdikan oma bunda. Dia melepas jilbabnya terus dandan ala-ala wanita seksi buat godain suaminya sendiri"
"Kok bisa oma bunda senekat itu, melepas hijabnya demi opa Danu. Apa oma nggak malu membuka auratnya"
Bukannya langsung menjawab, Jihan malah tersenyum lalu meraih satu donat lagi untuk ia nikmati.
"Orang pakai hijab, terus di lepas kemudian wajahnya di rias sedemikian rupa, delapan puluh persen pasti bikin pangling"
"Lantas, gimana bisa opa Danu nggak menyadari kalau itu istrinya, padahal mereka kan satu rumah, tiap hari ketemu"
"Mereka memang satu rumah, tapi nggak pernah saling tatap, bicara juga seperlunya. Dan dengar-dengar opa Danu lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Itulah sebabnya opa Danu nggak tahu kalau yang jadi pacar gelapnya adalah istrinya sendiri, terus mereka selalu bertemu di hotel dan kadang di vila, biar apa coba?" Jihan menjeda kalimatnya, lalu menatapku yang juga sedang menatapnya dengan sorot serius.
"Biar apa?" Tanyaku saat Jihan tam kunjung melanjutkan ceritanya.
"Biar bunda tetap bisa menjaga auratnya dari mata umum. Dari situ kan cuma opa Danu yang lihat karena mereka ketemunya di ruang tertutup, dan hanya ada mereka berdua"
"Oohh... Gitu" Balasku lirih.
Cerdik juga oma bunda, bisa-bisanya sampai memiliki ide kayak gitu.
Ah, tapi masa iya orang yang berhijab kalau lepas jilbab lalu pakai make up, perbedaanya hampir delapan puluh persen?
Aku terus bermonolog dalam hati.
Ishh.... Tapi masuk akal juga si, jangankan jika jilbabnya di lepas, enggak di lepas saja kalau pakai make up bikin pangling, bisa makin cantik.
"Terus gimana awal perkenalan mereka, Ji?" Tanyaku setelah beberapa saat kami terjerat keheningan.
Terus terang aku benar-benar ingin tahu. Ini pertama kalinya juga aku mendengar ada seorang istri yang nyamar jadi wanita lain, terus godain suaminya sendiri_____
Dan Jihan pun akhirnya menceritakan semuanya tanpa terlewat sedikitpun.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
ani surani
dr omongan Jihan juga, kamu hrs berfikir kalo kamu hrs merubah penampilanmu. tp mnrt ku gk hrs lepas hijab Naina. kamu hrs tetap berhijab namun yg modis, wajah dipoles2 dikit biar lbih fress 😍😍
2024-07-17
3
Uthie
kayanya itu hanya ada di dunia novel aja dehh 👍😂
kalau yg nyatanya, bisa aja walau terpaksa dinikahkan tetap aja gak mau kehilangan kesempatan buat bisa menikmati semua dr istri sah nya tsb.. walau tanpa cinta 😁
dan gimana gak kenal nantinya, wong tetap di pakai koq 👍
kalau di novel yg gak saling pandang walau menikah sihh mungkin bisa yaa main peran kaya gitu 😁
2023-10-30
2
Mika Saja
naina ikutin idenya Oma aja🤭
2023-10-18
0