Malamnya, setelah selesai makan malam, aku dan bu Arimbi duduk di ruang tengah tempat khusus berkumpul bersama keluarga.
Ada sebuah tv dengan layar sekitar 40 Inchi sedang menayangkan acara live musik. Tapi kami tak begitu fokus dengan acara tersebut sebab kami lebih fokus berbincang mengenai ibu.
Hingga tak terasa, tahu-tahu jarum jam sudah menunjuk di angka sebelas. Kalau saja tidak di interupsi oleh suara ponsel milik bu Arimbi, mungkin obrolan kami masih terus berlanjut. Tapi karena suami bu Arimbi yang menelfon, akhirnya kami pun menyudahinya. Beliau menyuruhku istirahat di kamar sementara dirinya menerima telfon.
Di sinilah aku berada saat ini. Kamar tamu yang luasnya tiga kali lipat dengan kamarku yang ada di rumah bibi. Setelah sekian tahun lamanya, aku baru merasakan kemewahan yang dulu pernah ayahku berikan.
Sayang, karena wanita tak tahu malu itu keluarga kami jadi berantakan, aku kehilangan semuanya, terutama kasih sayang ayah.
"Hhhh... Tempat tidur yang nyaman" Racauku lirih, berusaha mengalihkan pikiranku dari masa laluku yang indah. "Aku bahkan lupa seperti apa empuknya kasurku saat aku kecil dulu"
Memejamkan mata, tiba-tiba aku teringat tentang topik pembicaraanku dengan bu Arimbi.
"Ternyata bu Arimbi mempunyai dua anak perempuan yang sudah menikah dan satu anak laki-laki. Ryusang namanya. Pria yang gagah sebenarnya" Ujarku membuka mata lalu memandang langit-langit kamar sambil melukis wajah pria itu. "Tapi sayang, dia terlalu angkuh, lebay dan juga kaku"
"Seorang dokter spesialis anak dan sudah memiliki kekasih. But by the way, kenapa pacarnya itu nggak mau di nikahi? Padahal Ryusang cukup mapan dan matang buat menikah. Apa yang membuat wanita itu mengulur ajakannya?"
"Ah kenapa aku jadi memikirkannya? Itu kan bukan urusanku" Gumamku.
Mendesah pelan, aku kembali memejamkan mata, berharap besok akan ada hari indah yang menghampiriku.
***
Sampai di pagi hari, usai melaksanakan sholat subuh, aku keluar dari kamar menuju dapur. Di sana sudah ada ART sedang mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas.
Saat ku hampiri wanita itu, tubuhnya berjengit karena kaget. Sembari menyentuh dadanya, ia berdiri tegak menghadapku.
"Saya kira siapa, mbak. Kaget saya" Ucapnya.
"Maaf, bik"
"Ndak apa-apa, mbak Naina. Tapi ngomong-ngomong, kok sudah bangun to?"
"Saya memang terbiasa bangun pagi bik" Jawabku, mengambil bayam dari tangan sang ART. "Saya bantu masak ya bik"
"Sebenarnya nggak perlu di bantu nggak apa-apa mbak, tapi kalau bersedia dan nggak keberatan, monggo. Silakan mbak Naina"
"Tentu saja tidak, bik. Saya malah senang. Lagi pula saya bingung mau ngapain"
"Yo wes, ayok kita masak" Ajaknya melangkah ke arah meja dapur. Dia membuka lemari dapur bagian bawah, kemudian mengambil beberapa wadah untuk mencuci sayuran.
"Ini bayamnya mau di masak apa, bi" Tanyaku melirik sayuran berwarna hijau.
"Kita oseng-oseng saja. Bu Arimbi suka sekali oseng bayam"
"Biar saya yang cuci bayamnya bik"
"Nggeh monggo. Bibik ta nyuci ikan terus bikin bumbunya"
Saat kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing, aku menimbang-nimbang apakah harus menanyakan soal keluarga bu Arimbi. Meski tadi malam beliau sudah bercerita, tapi tetap saja ada sesuatu yang belum ia ceritakan. Maksudnya nggak semua hal ia beberkan padaku.
Memberanikan diri aku akhirnya menyerukkan suaraku setelah tadi sempat mengambil nafas panjang.
"Bik!" Panggilku lirih.
"Iya, mbak?"
"Sudah berapa lama pak Bima pergi dinas?" Tanyaku sedikit gamang.
"Sudah hampir satu bulan, mbak"
"Oh" Sahutku singkat. Kemudian kembali bertanya.
"Kalau anak-anak perempuannya bu Arimbi tinggal di mana?"
"Kalau mbak Lala nggak jauh dari sini. Paling cuma lima belas menit naik motor. Kalau mbak Jihan lumayan jauh, tapi lebih sering kesini di bandingkan mbak Lala"
"Mereka sudah punya anak?"
"Mbak Jihan sudah, anaknya cewe, sementara mbak Lala belum, beliau masih dalam pemulihan"
"Pemulihan?" Untuk kesekian kalinya aku bertanya. "Pemulihan apa bik?"
"Bibik kurang tahu, mbak. Tapi katanya si bermasalah sama rahimnya, tapi apa gitu"
"Mas Ryu sendiri belum menikah bi?"
"Belum, denger-denger si pacarnya belum mau nikah"
"Padahal mas Ryu sudah mapan ya, bik" Sambarku reflek.
"Iya, bu Arimbi juga kadang kesal sama mas Ryu, apalagi pas mas Ryu cerita kalau ajakannya itu di tolak sama pacarnya. Katanya belum siap"
"Gitu ya"
"Iya, mbak. Tapi kalau menurut bibi, bukannya belum siap, memang si pacarnya itu terlalu menomor satukan karir, jadi ya gitu deh"
"Memangnya kerja di mana bi?"
"Dokter juga, pemilik rumah sakit di Jakarta"
"Oh, jadi pacarnya ada di Jakarta?"
"Hmm" Jawab Bik Titik. Ya nama si ART ini Titik. Aku sempat menanyakannya saat masak buat makan malam kemarin.
"Orang kaya ya bik, punya rumah sakit"
"Iya, keluarga pengusaha. Beda dengan suami mbak Jihan yang seorang dosen, tapi sama-sama dari keluarga aparat. Kalau suami mbak Lala sama kayak mas Ryu, dokter juga"
Benar-benar keluarga terpandang, beruntung sekali bu Arimbi. Kalau saja ayah nggak mengkhianati ibu, mungkin hidup ibu juga akan bahagia seperti bu Arimbi.
Astaghfirullah, kenapa aku selalu mengingat tentang kemewahanku dulu. Padahal semua hanya milik Allah, Dia berhak mengambilnya kapan saja. Termasuk apa yang menjadi milikku dulu.
"Mbak Naina!"
"I-iya!" Panggilannya jujur membuatku terkejut.
"Mbak Naina melamun?" Tanyanya menatapku aneh.
Aku tersenyum meringis. "Sedikit bik"
"Ingat almarhum ibu ya mbak?"
Kali ini entah kenapa senyumanku terasa seperti ku paksakan.
"Tahu nggak kalau mbak Naina ini sepintas mirip dengan masa mudanya bu Nina. Bukan mirip wajahnya, tapi gaya berpakaiannya"
"Bu Nina siapa bik?"
"Kerabatnya pak Bima. Saya tahunya juga dari foto jaman mudanya bu Nina, fashionnya persis kayak mbak Naina"
"Oh ya?"
"Iya, mbak. Cara berpakaian bu Nina ya seperti mbak Naina ini"
Hanyut dalam obrolan, tiba-tiba bu Arimbi datang, beliaupun turut membantu kami memasak.
Selesai memasak, aku dan bu Arimbi melakukan sarapan bersama sekaligus aku berpamitan karena setelah ini aku akan langsung pulang.
Bu Arimbi, malah memintaku pulang agak siang. Menunggu Ryu supaya dia bisa mengantarku.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
btw sopo ayah naina yo trs sopo pelakor ya penasaran emak
2023-12-09
3
Uthie
lanjut 💪
2023-10-30
1
Lyzara
update lg dong kak
2023-10-09
0