BAB - 10

  Malam itu usai makan malam dan dilanjutkan dengan pembicaraan kerjasama bisnis yang mereka bangun bersama.

"Iya seperti yang telah saya katakan sebelumnya, bahwa saya akan melihat kondisi bahan dan peabrik pengolahannya" ucap Indra.

"Iya, kami menerima apapun dari anda pak Indra, kami tau bahwa usaha ekspor bapak merupakan salah satu yang terbaik dan tersukses di Indonesia" kata pria paruh baya tersebut yang diketahui bernama Bun Liong, dia adalah Direktur Utama di perusahaan penyedia kayu-kayu terbaik di Manado.

Bos berdarah Tionghoa dan Manado itu sangat piawai dalam urusan berbisnis, tampak sekali dari segala ucapannya saat berbicara dengan Indra pada saat itu.

"Baiklah, karena waktu sudah larut, dan mungkin pak Indra ini mau beristirahat, yang juga sudah melakukan perjalanan jauh dari Medan ke Manado, maka kami mohon ijin untuk pamit" ujar Bun Liong.

"Oh ya, terimakasih juga dari saya, yang telah dijamu makan malam dan jamuan anda sangat baik sebagai tuan rumah" kata Indra dengan tersenyum lebar.

"Semoga kedepannya kita bisa terus jalin kerjasamanya" sambung Indra kembali sambil berdiri untuk mengakhiri pertemuan itu.

"Ok, terimakasih untuk semua" kata Bun Liong sambil menjabat tangan Indra dan juga Manager Oprasional yang menemani Indra malam itu.

Satu persatu mereka menyalami Indra dan Manager Oprasional itu kemudian segera berlalu pergi dari hadapan Indra.

......................

   Sementara itu Putri baru saja pulang dari kampusnya.

"Assalammu'alaikum" ucap Putri sambil membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam" sambut Widiya yang tengah nonton di ruang tv.

"Kok malam sekali kamu pulangnya Put" tanya Widiya kepada Putri yang berajaln melewatinya menuju ke lantai atas.

"Iya ma, banyak mata kuliah tadi" jawab Putri dengan sedikit ketus, merasa saih ada kesal atas omelan mamanya pagi tadi.

Widiya hanya memperhatikan putrinya itu saja naik ke lantai dua.

Dua bibir Widia sidikit tertangkup melihat tingkah Putrinya.

Namun Widiya masih tetap santai dan menonton acara tv yang sedang tayang, namun tiba-tiba ponselnya berdering.

Kriiinngg....kriiinggg.....

Widiya segera mengambil ponselnya dan melihat dilayar tertadap tulisan Suamiku satu nama yang dia buat diponselnya menandakan itu nomor dari sang suami yang sedang menelpon.

"Hallo, Assalammu'alaikum" ucap Widiya ketika dia menerima telpon dari suaminya dengan sangat merasa senang pada hatinya.

"Wa'alaikumsalam...sayang" sambut sang suami dari balik telpon, yang pada saat itu Indra sedang berbaring di ranjang hotel baru saja selesai menerima jamuan dari rekan bisnisnya.

"Udah sampai pa?" tanya Widiya kepada suaminya.

"Sudah ma, tadi sekitar pukul satu siang" jawab Indra.

"Syukurlah pa, sekarang papa lagi apa?" tanya Widiya kembali.

"Lagi baring-baring" jawab Indra dengan menarik nafas panjang dan merenggangkan tubuhnya, "tadi baru aja bertemu sama mitra bisnis itu, dan kemudian kami makan malam bersama" sambung Indra kembali.

"Oh papa udah makan kan, baguslah, jangan telat-telat makan pa, ntar asam lambung papa naik lagi" Widiya sedikit mengkhawatirkan penyakit asam lambung yang ada pada Indra saat menanyakan soal makan.

"Iya ma, memang tadi agak telat juga, begitu papa sampai di Manado, papa langsung ambil kamar hotel dan istirahat" ujar Indra, "tapi baru terbangun habis isya, itupun karena di telpon sama mitra bisnis tadi, barulah papa makan" sambung Indra menerangkan yang terjadi padanya hari itu.

"Papa tidur di hotel kan, jangan bawa-bawa cewe ya..." ucap Widiya yang merasa takut akan suaminya berselingkuh.

"Ihhhh...., nggak lah ma, mama aja udah bikin papa selalu nggak kuat" jawab Indra sambil mencibirkan bibirnya.

"Mana tau, mama kan cuma ngingatin, soalnya cewe-cewe Manado kan cantik-cantik, putih-putih seperti keturunan cina" sambung Widiya lagi memastikan kepada suaminya yang saat ini sedang jauh darinya.

"Nggak lah ma.." sahut Indra.

"Oh ya, gimana dengan Putri ma?" tanya Indra yang ingin tau kabar putrinya itu.

"Ah, seperti nggak tau aja papa gimana dia!" ujar Widiya sedikit kesal.

"Loh emang kenapa sih ma?" tanya Indra.

"Biasalah, tadi pagi bangun udah hampir jam sembilan, padahal dia pesan malam sebelum tidur sama mama suruh bangunin jam delapanan agar jangan telat, eh...., malah molor terus nggak mau bangun" terang Widiya panjang lebar pada suaminya sambil mengeluarkan mimik wajah yang sangat kesal.

"Sudah bangunya lama, madinya juga lama, belum lagi pakaian, aduuuhh....." sebut Widiya lagi yang sedang mengadukan tingkah puttinya kepada suami.

"Udalah ma...., nggak usah di marahi aja, dia kan udah gede" jawab Indra.

"Papa kan gitu, selalu bela Putri kalau mama sedang marahi dia" sebut Widiya yang sudah mulai panas pembicaraannya di telpon dengan sang suaminya.

"Bukan bela lo ma...., gimana sih, jadi sekarang dia udah pulang?" ucap Indra yang sedikit mengalihkan pembicaraan mesti masih seputaran anak gadisnya itu.

"Baru aja pulang!" jawab Widiya ketus.

Putri turun dari lantai dua dengan menggunakan gaun tidur berwarna hijau bermotif hati dan menuju ruang makan tanpa menegur sikit pun pada Widiya yang sedang menerima telpon dari suaminya.

Widiya hanya melihati Putri yang dengan ujung matanya.

"Jadi apa dia sudah makan ma?" tanya Indra.

"Sudah, baru aja turun dari kamarnya ke ruang makan" jawab Widiya ketus

"Sudalah ma, mama jangan marah-marah terus sama Putri, wajarlah diusianya yang segitu" kata Indra, "mungkin dulu waktu gadis mama juga seperti dia" sambung Indra kembali.

"Ih nggak lah, mama masih gadis sebelum subuh udah bangun, udah Sholat, udah masak bantu mama, terus udah mandi, nggak seperti Putri yang bangunnya siang-siang, sepirti kamu pa, mungkin dulu papa yang begitu" kata Widiya kesal mendengar ucapan Indra.

"Heheheh...., ya udalah ma, besok kita sambung lagi ribut-ributnya, udah malam disinikan lebih satu jam waktunya sama di Medan, papa mau istirahat dulu" kata Indra.

"Lagian, mama juga sudah emosi kali papa lihat" sebut Indra sambil tersenyum, "dah ya ma, besok kita sambung lagi, jaga diri dan baik-baik di rumah" sambung Indra kembali.

"Assalalammu'alaikum" salam Ondra sebelum menutup telponnya.

"Ih siapa yang panas? Ngk lah, mama biasa-biasa aja kok" sambung Widiya kembali "Iya, Wa'alaikumsalam" jawab Widiya sembari menutup telponnya, dengan sedikit kesal dia melemparkan ponsel di sampingnya diatas sofa ruang keluarga.

Wajah Widiya masih cemberut setelah menerima telpin dari suaminya, hatinya kesal karena menganggap suaminya telah membela-bela Putri ketia dia memarahi anaknha itu

Sambil terus menyaksikan acara sinetron kesayangannya di layar kaca, wajahnya masih tetap cemberut dan hatinya masih sangat kesal, dia teeus berselancar menikmati kekesalan yang ada di kepala dan dadanya.

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

wajarlh widia cemburu

2023-11-21

0

Putra Al - Bantani

Putra Al - Bantani

namanya putrinya cuma 1 kak

2023-11-21

0

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

putrinya dimanjain banget sm papanya

2023-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!