Keesokan paginya terlihat Widiyah telah bengun dari tidurnya, dan dia juga telah selesai mandi keramas serta bersiap-siap untuk menjalankan Sholat Subuh.
"Pa..., pa...., bangun sudah mau subuh" kata Widiya membangunkan suaminya untuk Sholat Subuh.
"Heeeemmm....., iya udah mama dulu, papa masih ngantuk" jawab Indra sambil matanya masih terpejam.
Kelihatannya Indra begitu letih usai bertanding malam tadi.
Sambil mengerutkan dahinya dia segera beranjak dari tempat itu.
Bu Tina juga tengah bersiap-siap untuk menjalankan Sholat Subuh.
"Bapak kemana bu?" tanya bu Tina.
"Masih tidur" jawab Widiya sambil mencibirkan bibirnya.
"Putri sudah bangun bi?" tanya Widiya.
"Tidak tau nya, barangkali saja masih tidur" jawab Bu Tina.
"Coba bangunin bi, bilang sudah subuh" perintah Widiya kepada bu Tina.
Bu Tina segera bergegas naik ke lantai dua untuk membangunkan Putri.
"Non Putri...., Non..., sudah subuh Non" ucap bu Tina.
"E...., iya bi..." suara Putri menjawab dengan nada yang sedikit berat.
Bu Tina lalu segera turun kembali setelah mendengar suara dari Putri.
"Sudah bangun dia bi?" tanya Widiya setelah melihat bu Tina turun dari lantai atas.
"Sudah, bu" jawab bu Tina.
Adzan Subuh pun telah berkumandang, Widiya bersama bu Tina segera melaksanakan Sholat Subuh bersama.
Pagi itu udara memang cukup dingin karena baru saja turun hujan, air yang jatuh dari langit saat ini sudah mulai sedikit dan hanya menyisakan gerimis yang bergemericik.
Suasana seperti itu menjadikan orang yang berada dirumah menjadi sedikit malas untuk bangun pagi.
Tetapi tidak bagi Widiya dan bu Tina sang pembantunya itu.
Mereka tetap bangun sebelum adzan subuh berkumandang.
Usai melaksanakan Sholat, bu Tina lantas segera kedapur untuk melakukan aktivitasnya sebagai pembantu rumah tangga.
Dia segera memasak makanan untuk sarapan para majikannya.
Sedangkan Widiya mengganti pakaiannya dengan menggunakan pakaian senam.
Widiya segera menuju lantai tiga dari rumah itu dan masuk kedalam ruangan fitnes miliknya.
Segala fasilitas olahraga tersedia dalam ruangan tersebut.
Dengan diiringi nada musik yang berirama Widiya terus memacu staminanya dengan melakukan kegiatan senam lantai.
Meski usia tak lagi muda hampir setengah abad akan tetapi dia selalu menjaga kebugaran tubuhnya.
Itulah yang membuat tubuh wanita empat puluhan tahun itu terasa masih indah dan seksi.
Tak jarang mata lelaki memandang kagum pada tubuh dan kulitnya ketika dia sedang berjalan keluar rumah.
Irama musik terus mendayu guna membakar semangat olahraga Widiya dipagi itu.
Tubuhnyapun telah dibasahi oleh tetesan-tetesan keringat yang telah membanjirinya.
Satu demi satu fasilitas olahraga tersebut dia gunakan dengan penuh semangat.
Indra sang suaminyapun rela merogo kocek untuk membelikan alat-alat olahraga tersebut dengan harga yang takbisa dibilang murah itu.
Dia juga membangun rumahnya dengan berbagai fasilitas yang lengkap, mulai dari ruang olahraga, kolam renang, studio karoke hingga home theater.
Sebagai pengusaha sukses, Indra sangat menyangi keluarganya, maka seluruh fasilitas lengkap dirumahnya itu layaknya disebuah hotel.
Waktu telah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi, Widiya segera mengakhiri kegiatan berolahraganya hari ini.
Dia segera turun kehalaman depan rumahnya, dengan membawa sebuah handuk kecil ditangannya untuk membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya.
Dihalaman depan rumahnya dia menghirup udara segar sambil memandang dedaunan hijau serta rumput yang telah dibasahi oleh guyuran air hujan.
Matanya nanar kesana dan kemari untuk melihat tumbuh-tumbuhan hijau tersebut.
Meskipun pagi itu gerimis kecil masih membasahi bumi.
Setelah puas menghirup udara segar dipagi itu, Widiya kembali masuk kedalam rumahnya dan membangunkan suami tercinta untuk persiapan kerja.
"Pa...., oh pa...., bagun dong udah siang" kata Widiya sambil menggoyang-goyangkan tubuh suaminya agar segera bangun.
"Hemmmm...., iya" jawab suaminya dengan mata yang masih terpejam.
"Sudah jam berapa ini ma?" tanya suaminya sambil matanyapun masih tertutup.
"Jam tujuh lewat" ujar Widiya.
Indra sang suaminya lantas merengganggkan seluruh tubuhnya.
Dia telah membuka matanya dan bergegas ke kamar mandi.
Widiya pun duduk didepan buffet lemari kacanya, dia membereskan rambutnya yang sedikit berantakan.
Setelah itu dia segera mempersiapkan pakaian kemeja dan jas serta dasi untuk suaminya.
Setelah segala keperluan suaminya dia siapkan, Widiya segera bergegas pergi ke ruang makan untuk menunggu si suami di meja makan.
"Udah selesai bu?" tanya Widiya kepada bu Tina.
"Sudah bu," jawab bu Tina.
"Apa tuan sudah bangun?" tanya bu Tina.
"Sudah, dia sedang mandi" jawab Widiya sambil membantu bu Tina menyiapkan hidangan diatas meja.
Tidak lama kemudian, Indra keluar dari kamarnya dengan berpakaian lengkap.
Dia segera menuju meja makan dan mengambil tempat duduk.
Melihat sang suami telah siap, Widiya segera mengambilkan nasi dan lauknya buat sang suami.
Kemudian diapun duduk di kursi dengan posisi berhadapan dengan suaminya.
Widiya segera mengambil hidangan untuknya agar bisa menyantab makanan tersebut bersama.
"Ma, minggu depan papa mau ke Sulawesi" kata Indra membuka pembicaraan dipagi itu sambil menikmati sarapannya.
"Sulawesi di kota apa pa?" tanya Widiya.
"Di Manado ma" jawab Indra tanpa melihat wajah istrinya.
"Oh, berapa hari papa disana?" tanya Widiya kembali.
"Ya belum tau ma, mungkin seminggu atau beberapa minggulah" jawab Indra.
"Karena ini adalah mitra kerja papa yang baru, mereka menawarkan kerjasama untuk pemasok kayu ke kita" kata Indra kembali.
"Jadi papa ingin tau, sebaik apa kwalitas kayu mereka dan pengolahan kayu gelondongan mereka juga" sambung Indra.
"Berarti jika tidak sesuai dengan kwalitas yang papa harapkan, proyek kerjasama itu batal dong?" ujar Widiya.
"Iya pastilah ma, kan kita nggak mungkin mengambil produk yang tidak baik, apalgi kita akan ekspor ke Eropa dan ke Amerika" kata Indra menjawab pertanyaan Widiya.
"Dengan siapa papa pergi?" tanya Widiya.
"Dengan meneger oprasional" jawab Indra.
"Oh ya, mama mau dibelikan apa nanti dari sana?" tanya si suami.
"Apa ajalah pa, terserah papa" jawab Widiya.
"Barang-barang mama juga sudah banyak" ujar Widiya kembali.
Indra memang begitu sayang terhadap istrinya, sehingga setiap kali dia pulang dari luar kota maupun luar negri, tak lupa dia untuk membelikan barang-barang mewah untuk istrinya dan juga anak-anak nya serta pembantunya.
Boleh dibilang, pakaian Widiya saja yang sehari-hari dia gunakan berharga mahal dan banyak yang berkwalitas luar negri.
Begitupun dengan Putri anaknya yang masih mengenyam bangku kuliah, juga memiliki barang yang sama seperti ibunya.
"Hari ini papa pulang siang kan?" tanya Widiya.
"Iya ma, paling jam dua siang papa sudah dirumah" jawab Indra.
Selesai makan pagi itu Indrapun segera keluar rumah dengan diikuti oleh sang istri.
Di teras rumah Widiya menyalami tangan suaminya yang hendak kekantor.
Dia juga mencium tangan suaminya agar mendapat berkah serta dimudahkan segala urusan suaminya itu.
Indrapun selalu mencium dahi Widiya tatkala akan berangkat bekerja.
Mobil telah siap dan Indrapun segera berangkat kekantornya dipagi yang berkabut serta dingin tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sena judifa
jgn2 indra nt selingkuh di manado. muara cinta kita hadir thor
2023-10-27
0
Ray
apakah aku akan mencium bau orang ketiga🥴
2023-10-25
1
auliasiamatir
kleurga yanh begitu sempurna, bikin iri
2023-10-07
1