Evelyn dan Elan sedang duduk di tepi sungai, di atas rumput nan hijau dan lebat. Mereka termenung mengamati air sungai dengan sendu, tidak bersemangat, dan tergambar jelas ekspresi kesedihan di wajah mereka. Jelas kalian sudah mengerti penyebab kedua remaja itu bersedih. Iya, mereka telah kehilangan Roni, sahabat sekaligus saudara bagi Evelyn dan Elan. Tanpa Roni hidup mereka seakan tidak berarti apa-apa.
Sejak kecil mereka sudah berteman baik. Saling melengkapi di saat senang ataupun susah. Di saat mereka bermain bersama, tertawa bersama, bercanda bersama, hingga sedih bersama. Tetapi sekarang keadaan berubah 180 derajat. Tidak ada tawa, tak ada candaan, tak ada senyum milik Roni yang selalu membuat Evelyn dan Elan bahagia. Mereka mungkin bisa mengikhlaskan kepergian Roni, tetapi tidak dengan kenangan bersama Roni yang sudah terjalin selama bertahun-tahun. Kenangan indah yang tidak akan Evelyn dan Elan lupakan begitu saja.
Kini Evelyn dan Elan belajar untuk mengikhlaskan kepergian seseorang, meskipun seseorang itu yang sangat mereka sayangi.
"Elan, aku sangat merindukan Roni," ucap Evelyn seraya melemparkan batu kerikil ke arah sungai dengan ekspresi wajah sendu.
"Iya, aku juga sangat merindukannya. Seandainya saja waktu itu, kita melindungi Roni dan melarangnya bersembunyi di dalam sungai. Tapi apa boleh buat, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan prajurit kerajaan. Aku sangat menyesal Evelyn." Elan berkata panjang lebar, mengungkapkan kesedihannya. Lalu Elan bersandar pada batang pohon yang terdapat di belakang punggungnya. Mengembuskan napas panjang, Elan mengeluarkan segala keluh kesahnya.
"Aku juga sangat menyesal kehilangan Roni. Aku merasa, aku bukan sahabat yang baik untuknya. Kita tidak bisa melindunginya di saat dia membutuhkan pertolongan," tambah Evelyn. Kemudian gadis itu berdiri, berpunggung tangan, dan menatap air sungai yang mengalir deras. Tak terasa air matanya menetes saat mengingat kebersamaannya dengan Roni. Ia membiarkan angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjangnya yang kusut.
****
Roni melupakan kesedihannya saat mengingat Evelyn dan Elan beberapa waktu yang lalu ketika ia melewati jalan utama menuju wilayah Andora. Di atas punggung kuda yang ditunggangi oleh Henry, Roni tampak sangat bahagia. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya ia merasakan sensasi duduk di atas punggung kuda sambil menikmati pemandangan yang begitu indah di sekelilingnya.
Lebih menakjubkan lagi, saat Roni melihat rumah-rumah penduduk Andora yang jauh lebih mewah daripada rumah penduduk di Eldoria. Perbedaannya sangat mencolok. Bahkan rumah-rumah di pinggiran Kota Andora tampak sangat layak untuk dihuni dan mewah. Sangat kontras dengan rumah penduduk pinggiran Kota Eldoria yang amat sederhana dan terkesan seperti gubuk, kecuali di pusat Kota Eldoria yang dihuni oleh para bangsawan.
Roni benar-benar terkesan dan takjub melihat semua ini. Ia mulai berspekulasi bahwa kehidupan di Andora pastilah sangat makmur, damai, dan sejahtera. Penduduk pinggiran Kota Andora sepertinya tidak mengalami kesulitan ekonomi, meskipun mereka menjalani kehidupan yang sederhana.
"Kota Andora, keindahannya yang sungguh nyata!" seru Roni tanpa sadar, matanya terpejam dan kedua tangannya terangkat tinggi, menyatu dengan langit.
Tindakan itu menarik perhatian Henry. Ia perlahan memalingkan pandangan ke belakang, bertanya, "Apakah ini pertama kalinya kau melihat Kota Andora?"
Di bawah langit biru yang luas, kuda milik Henry yang bernama Jack, melangkah dengan gemulai, mengarungi jalan-jalan kecil di antara pemukiman penduduk, membawa keduanya dalam percakapan yang tenang tanpa rasa terburu-buru.
"Yeah, ini kunjunganku yang pertama ke Kota Andora. Aku takjub melihat keindahan rumah-rumah penduduknya," ujar Roni sambil tersenyum.
"Iya, Ratu Andora memang adil kepada semua rakyatnya. Beliau seolah tidak ingin ada satu pun rakyatnya yang hidup sengsara. Kau tadi melihatnya sendiri, bukan?" tambah Henry. Sesekali ia menahan kudanya agar tidak berlari. Kuda itu merasa haus dan membuatnya ingin cepat minum.
"Aku melihatnya sendiri. Memang menakjubkan," jawab Roni.
Kini Henry dan Roni melewati pasar yang terletak di tengah-tengah Kota Andora. Mata Roni terpesona saat melihat lapak-lapak pedagang yang memesona, membangkitkan kekaguman dalam dirinya. Pasar di Kota Andora, seperti dunia yang berbeda, jauh melampaui pasar sederhana di tanah kelahirannya, Eldoria. Di sini, setiap lapak adalah lukisan keindahan, setiap pedagang adalah penari dalam panggung kehidupan.
Henry menginsterupsi langkah kudanya saat melewati area pasar yang ramai. Sementara kuda itu meringkik protes karena rasa haus yang seolah membuatnya tersiksa.
"Tenang Jack, sebentar lagi kita akan membawamu ke sungai." Henry mengelus-elus surai kudanya yang mengkilat berwarna kecoklatan.
"Hei kau mengerti bahasa kuda?" Roni terkejut saat mengetahui Henry yang seakan mengerti tingkah laku kudanya.
Henry tertawa, menjawab, "Aku sudah berteman dengan Jack sejak aku berusia sepuluh tahun. Tentu saja aku sangat hapal dengan tingkah lakunya. Bagaimana saat dia ingin makan, saat dia ingin minum, dan tingkah lakunya yang lain."
"Wow, pertemananmu dengan Jack memang luar biasa," puji Roni yang merasa kagum.
"Yeah, terimakasih. Jack yang selalu setia menemaniku saat aku bepergian ke suatu tempat," jelas Henry.
"Luar biasa." Roni kembali memuji.
"Sebentar lagi kita akan keluar dari pasar. Dan aku akan membawa Jack ke sungai," ujar Henry.
"Sungai dekat dengan pasar?" Roni penasaran.
"Tidak juga," jawab Henry singkat.
Setelah Henry dan Roni meninggalkan area pasar, Henry menggiring kudanya menuju ke jalan kecil yang menghubungkan ke arah sungai. Letak sungai cukup jauh dari area pasar, sehingga Henry menarik tali kekang kudanya agar kudanya berlari dan mereka akan cepat sampai di sungai.
"Ayo Jack, berlarilah! Sungai sudah menunggumu!" Henry berbicara keras membuat Jack bersemangat, berlari kencang menembus angin yang datang dari arah yang berlawanan.
Sampailah Henry dan Roni di sebuah sungai yang tampak memukau. Airnya sangat jernih, bahkan dengan mata telanjang kita dapat melihat ikan-ikan yang berkeliaran di dalam sungai. Tanaman hijau yang merambat di dasar sungai juga semakin menambah keelokan sungai tersebut.
Roni turun dari punggung kuda milik Henry. Lalu ia setengah berlari menuju ke tepi sungai. Seketika Roni begitu takjub dan kagum menatap keindahan yang berada tepat di depan matanya. Ia tak henti-hentinya mengungkapkan kata, "Wah!"
Walaupun sejak kecil Roni sudah terbiasa melihat sungai di Eldoria, tapi kali ini berbeda. Jauh berbeda. Sungai di wilayah Eldoria tidak seindah dan tidak sejernih sungai ini. Ini pengalaman pertama kali bagi Roni melihat sungai yang begitu elok bagai lukisan alam yang nyata.
"Kau kagum melihat sungai ini? Ekspresi wajahmu sangat mudah ditebak," ujar Henry sambil menggiring kudanya menuju ke tepi sungai. Lalu kudanya meminum air sungai dengan segera. Rasa hausnya sudah tak tertahankan lagi.
"Iya, aku sangat kagum. Aku tak pernah melihat sungai seindah ini sebelumnya. Sungai di Eldoria tidak secantik ini. Aku benar-benar kagum," ungkap Roni begitu bersemangat. Lalu ia berjongkok di sebelah batu sungai sambil menyentuh air sungai dengan jemarinya. Seketika Roni terkejut saat merasakan sensasi yang begitu dingin. Refleks ia segera berdiri.
"Hei, sungai ini sangat dingin ya. Seperti air es," ungkap Roni sambil mengibas-ibaskan tangannya untuk mengurangi rasa dingin yang menusuk.
"Tunggu. Kau bilang sungai ini sangat dingin?" Henry pun keheranan dengan sikap Roni.
"Iya aku merasakannya sendiri." Roni berkata jujur.
"Bagaimana mungkin? Apa kau mempunyai ilmu sihir?" Henry berpikir Roni mempunyai kemampuan sihir berupa elemen air.
Karena siapa saja yang menyentuh air sungai di tempat ini dan merasakan sensasi yang begitu dingin, maka kemungkinan ia mempunyai ilmu sihir. Sungai ini adalah sungai ajaib yang di mana airnya tak dapat dikendalikan dengan ilmu sihir sekali pun. Makanya air sungai akan bereaksi menjadi sangat dingin saat disentuh oleh orang yang mempunyai kekuatan sihir berupa elemen air.
Roni terkejut mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Henry. Sebisa mungkin Roni harus menyembunyikan tentang kemampuan sihirnya dari semua orang yang baru ia kenal. Ia tak ingin Henry mengetahui kemampuannya dan bisa saja membuat Henry tercengang.
Roni pun beralasan. "Oh tidak. Mungkin aku tidak terbiasa menyentuh air sungai di tempat ini."
"Jangan berbohong. Saat pertama kali bertemu denganmu, aku melihat sosok lain dari dirimu," ucap Henry dengan menekankan setiap kata.
"Apa maksudmu!?"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Vemas Ardian
ayo thorrr up lagi
2023-09-26
0