"RONI!!" Evelyn dan Elan panik mengetahui Roni pingsan tanpa sebab yang jelas. Kedua remaja itu lantas bergegas mendekati Roni yang tergeletak di tepi sungai. Elan dengan cepat memakai pakaiannya kembali, tidak peduli celana pendeknya masih basah.
"Bagaimana dia bisa pingsan?" tanya Elan saat dia sampai di tepi sungai. Lalu mengusap-usap wajahnya yang basah.
"Karena dia terkejut, aku melihat matanya melotot," balas Evelyn saat mengingat detik-detik sebelum Roni pingsan. Mata Roni sempat melotot sebelum akhirnya jatuh di rerumputan.
"Terkejut karena apa? Karena dia bisa mengendalikan air? Bisa saja tadi hanya kebetulan," ujar Elan berpikir realistis. Meski dia tinggal di wilayah kerajaan sihir tapi Elan tidak percaya bahwasannya anak rakyat jelata seperti Roni mempunyai kekuatan semacam itu. Kekuatan sihir hanya dimiliki oleh Raja Aric Shadowcaster dan keluarga kerajaan.
Bahkan para bangsawan tidak memiliki kekuatan berupa sihir. Mereka hanya memiliki kemampuan bela diri dan bermain senjata. Keluarga bangsawan di sini bukan termasuk anggota kerajaan, tapi rakyat yang mempunyai jumlah kekayaan tinggi dan satu tingkat lebih rendah dengan jumlah kekayaan Raja Aric Shadowcaster.
"Lupakan saja itu, ayo kita harus mencari pertolongan," ucap Elan. "Bantu aku mengangkat tubuh Roni ke atas."
Tanpa menjawab, Evelyn dengan cekatan membantu Elan mengangkat tubuh Roni ke tempat yang lebih tinggi, membawa Roni dengan susah payah ke tepi jalan yang biasanya dilewati para pedagang dengan menaiki sapi serta gerobak untuk mengangkut barang dagangan. Elan akan meminta pertolongan untuk mengantarkan Roni pulang ke rumahnya.
"Kita tunggu sampai ada pedagang yang lewat, kita akan meminta bantuan mereka," ucap Elan seraya memerhatikan ke arah kiri dan kanan.
Evelyn tersenyum lebar tatkala melihat seorang pedagang yang sedang menaiki gerobak dan seekor sapi yang menarik gerobak tersebut. Pedagang itu kebetulan mengarah ke jalan yang menjadi tempat Evelyn dan Elan berdiri, tepat di bawah pohon mangga yang rindang.
"Hei lihat!" Evelyn menunjuk pedagang tersebut dengan gembira.
Elan tersenyum lega. "Iya, kita akan meminta bantuan."
Saat pedagang dengan sapinya itu akan mendekat, Evelyn melambai-lambaikan tangannya supaya pedagang tersebut menyadari keberadaannya. Lambaian tangan Evelyn berhasil menarik perhatian pedagang itu, kemudian pedagang itu memukul sapinya dan berjalan lebih cepat mendekati tempat Evelyn, Elan, dan Roni yang masih pingsan.
"Perlu bantuan anak muda?" tanya pedagang itu dengan ramah sambil turun dari pedatinya yang berisi sayuran dan buah-buahan.
"Iya Tuan, kami perlu bantuan Anda. Bisakah Anda mengantarkan kami pulang? Teman kami pingsan di sini," ucap Elan dengan bahasa formal dan sopan. Elan mendekati tubuh Roni lalu berjongkok di sampingnya.
"Bagaimana awalnya anak muda ini bisa pingsan? Kalian bermain terlalu lelah?" tanya pria paruh baya itu seraya mengecek detak jantung Roni dan mengecek denyut nadi tangan Roni. Pria itu lega, Roni hanya pingsan.
"Kami tadi hanya berenang di sungai itu Tuan, kami tidak tahu bagaimana teman kami pingsan," jelas Elan seraya menunjuk sungai yang terletak di bawah tebing yang rendah.
Pedagang itu tidak banyak bertanya. Ia secepatnya harus menyelamatkan remaja laki-laki yang pingsan itu. "Baiklah, kita angkat temanmu ke pedatiku. Aku akan mengantarkan kalian pulang."
Kemudian pria itu mengangkat tubuh Roni dibantu oleh Elan dan membawa tubuh Roni ke atas pedati, di antara tumpukan buah dan sayuran. Pria itu sedikit menepikan buah dan sayuran untuk memberikan tempat bagi Evelyn dan Elan duduk.
"Kalian bisa duduk di sini." Pedagang itu menunjuk tempat yang kosong untuk dua anak muda di sampingnya.
"Terimakasih Tuan," ucap Evelyn dan Elan.
"Iya. Kita secepatnya antar temanmu ke rumahnya, sebelum matahari terbenam," jelas pria itu seraya naik ke pedati. Ada tempat khusus untuknya duduk supaya nyaman saat menginstruksi sapi yang sedang menarik pedati.
"Kalau boleh kami tahu, Tuan namanya siapa?" tanya Evelyn saat sapi sudah mulai berjalan.
"Kalian tidak perlu tahu namaku sebenarnya, panggil aku Tuan Sam saja," jelas pria bernama Sam itu. Ia hanya menyebutkan nama panggilan kecilnya.
"Baik Tuan Sam," balas Evelyn lalu tersenyum.
"Kalian berdua, siapa namanya?" Sam bertanya balik sambil terus fokus ke depan, memerhatikan jalanan yang cukup becek.
"Aku Evelyn. Dan ini Elan, Tuan. Teman kami yang pingsan namanya Roni, Tuan. Dan kami sahabat sejak kecil."
"Persahabatan kalian luar biasa," puji Sam seraya tersenyum lebar. Wajahnya yang cukup tampan terbias sinar matahari sore yang berwarna jingga.
"Terimakasih Tuan," balas Evelyn.
Tuan Sam, Evelyn dan Elan terus mengobrol selama perjalan menuju ke wilayah pinggiran Kota Eldoria. Sesekali mereka bertiga bercanda untuk menghilangkan rasa jenuh. Sam juga bercerita bahwasanya ia akan pergi ke Kota Andora untuk berdagang. Kota Andora merupakan kota dengan peradaban yang lebih maju dibanding Kota Eldoria. Jika di Kota Eldoria masih memakai kuda, sapi, dan gajah untuk kendaraan, maka di Kota Andora sudah menggunakan mobil. Kemudian sistem kerajaan di Andora juga lebih baik dibandingkan di Eldoria. Ratu Andora selalu bersikap bijaksana dan adil kepada semua rakyatnya. Kehidupan di sana jauh lebih baik daripada kehidupan di Eldoria yang keras dan tidak adil bagi rakyat jelata.
"Wow, aku ingin pergi ke Andora." Evelyn merasa kagum saat mendapat penjelasan tentang Kota Andora dari Tuan Sam.
"Tidak semudah itu pergi ke Andora. Kalian harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Ratu Andora. Di sana keamanannya sangat ketat, tidak sembarang orang boleh masuk ke wilayah Andora," jelas Tuan Sam.
"Lalu bagaimana Tuan dapat masuk ke wilayah Andora?" tanya Elan yang penasaran.
"Karena aku hanya berdagang dan tidak ada niat ingin merusak di wilayah Andora. Ratu Andora memperbolehkan orang asing masuk ke wilayahnya jika untuk tujuan positif," jelas Sam. Lalu ia menoleh ke belakang, melihat sekilas kedua wajah anak remaja yang duduk di pedatinya. Kemudian Tuan Sam kembali bicara, "Kalian bisa datang ke sana, asalkan kalian datang dengan tujuan positif."
"Iya Tuan, terimakasih sudah memberi tahu kami," jawab Elan lalu tersenyum.
Setelahnya tidak ada obrolan antara mereka bertiga. Tuan Sam fokus menginstruksi sapinya. Evelyn dan Elan termenung, sedang membayangkan bagaimana bahagianya kehidupan di Andora yang makmur dan terjamin. Mereka berdua juga ingin merasakan kehidupan yang bahagia dan adil.
Waktu telah berganti petang, kini matahari sudah tenggelam di ujung barat, sedikit menampakkan sinarnya yang berwarna jingga pekat dan tergantikan cahaya bulan yang temaram.
"Baiklah sampai di sini, teman kalian sepertinya sudah siuman," ujar Tuan Sam seraya menghentikan laju sapinya di perbatasan wilayah rakyat jelata dan wilayah rakyat menengah. Tuan Sam akan melanjutkan perjalanan menuju ke wilayah kerajaan Andora.
"Terimakasih Tuan atas tumpangannya," kata Evelyn lalu turun dari pedati. Elan mengajak Roni untuk turun. Keadaan Roni masih seperti orang linglung karena saat bangun ia mendapati dirinya ada di pedati.
"Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Roni seraya melihat ke sekelilingnya. Ia kemudian menatap wajah Elan untuk meminta jawaban.
"Sudahlah, nanti akan aku ceritakan. Sebaiknya kita segera turun. Tuan akan melanjutkan perjalanannya," jelas Elan seraya menggandeng tangan Roni. Kemudian mereka berdua turun dari pedati.
"Kalian sudah turun. Baiklah, aku akan kembali melanjutkan perjalanan," kata Sam kepada tiga remaja yang berdiri di samping pedatinya.
"Iya, Tuan. Terimakasih tumpangannya," jawab Elan dan Evelyn bersamaan. Sedangkan Roni masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa tiba-tiba ia terbangun di atas pedati? Itulah pertanyaan yang masih mengganggu otaknya.
Saat melihat tubuhnya, Roni sangat panik, mengetahui ia tidak memakai pakaian, hanya memakai kain yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Hei, di mana pakaianku?"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
si Roni pakaian mu mana hayo lohh/Bye-Bye/
2023-11-10
1
melotot/Scare/
2023-11-10
1
Kroos ♥️ Modric
ke mana kah pakaian Roni/Doge//Doge//Doge/
2023-11-01
1