BAB 19. Onepack

PRANG!

Suara itu menyadarkan Reno dari lamunannya. Rasanya ia rindu sekali saat-saat romantis seperti yang di khayalkannya tadi. Tapi, kini masa-masa seperti itu hanyalah tinggal kenangan.

Rini sedang membersihkan serpihan kaca dari gelas yang tidak sengaja ia jatuhkan. Reno pun segera menghampiri Rini untuk membantunya. Rini terkesima dengan melihat Reno yang ada di hadapannya. Ia merasa senang melihat Reno yang perhatian kepadanya.

Karena Rini terlalu asyik memperhatikan Reno, Rini menjadi tidak melihat apa yang sedang di ambilnya. “Sshh au!”, rintih Rini yang tangannya merasa sakit akibat tersayat beling.

“Ck! Kamu gimana sih! Kok nggak hati-hati! Jari kamu jadi berdarahkan!”, ucap Reno dengan nada marah.

Tapi, yang di dengar Rini berbeda. Ia malah merasa jika Reno sedang mengkhawatirkannya. Rini tersenyum tipis yang hampir tak terlihat itu.

Reno cepat-cepat menyelesaikan membersihkan beling-beling itu. Lalu, Reno pun memegangi jari Rini, membatu Rini berdiri dan mencuci tangannya di wastafel. Setelah itu, ia mengambil obat merah dan plester di kotak P3K yang ada di dekatnya. Dengan lembut dan penuh kehati-hatian, Reno memberikan obat merah ke luka Rini. Tidak lupa Reno meniup-meniup di luka itu agar tidak terasa perih. Dan terakhir, Reno membalutnya dengan plester. Selama Reno mengurus luka Rini itu, Rini juga terus melihat wajah Reno yang penuh dengan ketulusan itu. Ingin sekali rasanya ia memeluk Reno saat itu dan mengeluhkan semua yang ia lalui selama ini.

“Ehm! Apa kamu akan terus melihatku? Cepat selesaikan acara masak-memasak kamu ini! Aku akan segera pergi!”, ucap Reno pura-pura ketus.

“Reno tunggu!”, panggil Rini yang melihat Reno hendak pergi.

Reno pun berhenti melangkah dan kembali membalikkan badannya. Ia melihat Rini dengan wajah yang merona. Cantik, ya Rini sangat cantik saat sedang malu-malu itu.

“Bagaimana jika kamu makan siang di sini?”, ajak Rini dengan malu-malu.

Reno lantas melipat tangannya di dada. Matanya di sipitkan menelisik Rini yang tiba-tiba saja menjadi baik padanya. Melihat Reno yang terus memandanginya, Rini semakin malu hingga menggigit bibir bawahnya.

“Ya, sebagai ucapan terima kasihku karena kamu telah menolongku”, ucap Rini lagi sekaligus menunjukkan jarinya yang telah terbalut plester itu.

“Baiklah, jika kamu memaksa”, jawab Reno sok keren. “Aku akan menunggu di meja makan”.

Rini pun segera menyelesaikan masakannya. Setelah itu ia hidangkan di meja makan. Reno tampak heran karena Rini menghidangkan terlalu banyak makanan untuk mereka berdua.

“Kamu yakin kita berdua makan sebanyak ini?”, tanya Reno menatap Rini dengan bingung.

“Oh, soal itu....”

“Assalamualaikum!”, seru beberapa orang mengucap salam dari luar rumah Rini.

Rini dan Reno langsung menjawab salam tersebut. Reno langsung keheranan melihat Neina dan Leindra sudah tiba di rumah.

“Papa!”, seru Neina dan langsung memeluk Reno.

Reno juga sangat senang bertemu dengan putri kesayangannya lagi. Ia juga membalas pelukan Neina dengan erat.

‘Uuh, apaan si Neina itu. Tadi katanya juga benci sama Papa. Eh, sekarang malah kegirangan gitu. Dasar Neina plin-plan!’ Keluh Leindra dalam hati.

“Leindra nggak mau peluk Papa juga nih?”, tanya Reno yang telah merentangkan tangannya.

“Nggak! Lein masih marah sama Papa!”, jawab Leindra ketus sambil buang muka. Ia lantas berjalan ke arah Rini dan memeluk Rini.

“Leindra, Leindra nggak boleh berkata seperti itu sama Papa ya. Sekarang minta maaf sama Papa”, bujuk Rini.

Leindra menekuk wajahnya. Ia melihat ke arah Reno. Seakan ingin mengatakan sesuatu. Dan Reno sudah sangat menunggu apa yang akan Leindra katakan padanya.

“Nanti aja deh, Ma. Kalau keselnya udah ilang. Baru Lein kan minta maaf sama Papa”, celetuk Leindra yang membuat Rini dan Reno ternganga.

Rini ingin mencoba membujuk Leindra sekali lagi. Tapi, Reno mengkodekan pada Rini untuk tidak bilang apa-apa lagi pada Leindra dengan menggelengkan kepalanya.

“Ya, ampun mbak...! Sumpah deh aku nggak sengaja. Aku benar-benar gak liat kalau ada kubangan tadi!”, ucap Lucky penuh dengan penekanan.

“Makanya kalau punya mata tuh di pake! Liat nih, jadi kotorkan rokku! Ih...!”, ungkap Ningsih kesal.

Lucky dan Ningsih memasuki rumah Rini dalam keadaan sedang bertengkar. Membuat Rini dan Reno terheran-heran. Terutama Reno yang tidak menyangka jika kedua orang itu juga berada di rumah itu.

“Eh, ada Bos Reno juga? Hah, syukurlah ada pemandangan indah juga akhirnya”, ucap Ningsih centil dan langsung berlenggak lalu duduk di samping Reno.

Reno langsung bergidik merinding mendengar ucapan Ningsih. Ia benar-benar ilfeel pada Ningsih. Lalu, Lucky pun berjalan dan duduk di sebelah Rini.

Hah, tapi entah mengapa Reno merasa begitu cemburu. Apalagi menurut Reno, Lucky dan Rini duduk terlalu dekat. Namun, Reno tidak mau terlihat cemburu di depan Rini. Yang ada Rini akan ke pede-an nantinya.

“Bos Reno, Ningsih ambilin ya”, ucap Ningsih genit.

Tapi, Reno hanya diam saja. Karena ia tengah memperhatikan Lucky yang asyik mengobrol dengan Rini. Rasanya Reno ingin menjadi malaikat pencabut nyawa saja dan langsung mencabut nyawa Lucky. Atau haruskah Reno benar-benar menyantet Lucky jomblo seumur hidup?

“Nah, ini dia menu spesial untuk Bos spesial. Hehehe”, ucap Ningsih memberikan sepiring nasi beserta lauk pauknya.

Reno langsung melihat apa yang telah Ningsih berikan padanya. “A..apa ini? Emangnya saya lagi ulang tahun apa? Di kasih nasi tumpeng begini?”, ucap Reno yang kaget melihat isi piringnya dengan nasi yang melebihi kapasitas beserta lauk yang banyak di pinggir-pinggirnya.

“Kan, kita samaan bos”, jawab Ningsih sambil menaik-turunkan alisnya.

Reno langsung melihat ke arah piring Ningsih yang benar-benar sama seperti miliknya. Lucky dan Rini yang melihat hal itu hanya bisa menahan tawa mereka. Reno merasa sedang di permainkan saat ini. Ia pun memicingkan mata pada Rini dan Lucky. Ingin rasanya ia balas mereka sekarang juga.

“Ini bukan masalah samaan atau tidak! Tapi, yang ada perut sixpack-ku bisa jadi onepack!”, keluh Reno.

"Ayo Pa, di makan! Biar Papa agak gemuk dikit. Neina liat Papa itu kurus banget. Kayak nggak terurus begitu", sambung Neina dengan wajah polosnya.

Dan terdengar gelak tawa dari Lucky. Ia merasa lucu mendengar ucapan Reno dan Neina. Sudah tidak bisa ia tahan lagi tawanya. Reno pun semakin geram dengan Lucky. Ia pun segera memasukkan sepotong ayam ke dalam mulut Lucky. Membuat Lucky langsung tidak bersuara. Kedua wanita dan kedua anak-anak di sana pun ikut tertawa melihat tingkah dua pria itu.

***

Terpopuler

Comments

Al Vian

Al Vian

lanjut Thor makin seru

2023-10-03

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!