Reno yang mengetahui mobilnya di lempari pun menjadi marah dan menyuruh Lucky untuk berhenti dan membereskan semuanya. Sebenarnya Lucky merasa sangat malas untuk bertengkar. Tapi, apa boleh buat.
Melihat mobil Reno berhenti, mobil lainnya yang ikut mengawal juga berhenti. Ningsih yang sejak tadi memainkan gawai-nya tidak tahu dengan apa yang terjadi pada mobil yang di depannya. Ia hanya kaget kenapa mobil-mobil itu pada berhenti. Kemudian, ia melihat toko roti langganannya.
Wah, pasti bos Reno mau traktir kami nih. Kebetulan banget ini toko roti favorit aku. Yey, aku akan makan sepuasnya, ucap Ningsih dalam hati.
Ia pun buru-buru keluar dan langsung berjalan menuju pintu masuk toko Roti itu. Tapi di sisi lain, Lucky telah berhadapan dengan 2 bocah.
“Hei, kenapa kalian nakal sekali melempari mobil ini! Itu tidak mencerminkan anak yang baik!”, ucap Lucky sambil berdecak pinggang.
“Tapi, paman duluan yang tidak sopan! Tidak meminta maaf padaku!”, jawab Neina yang tidak terima dengan wajah yang ingin menangis lagi.
“Kenapa saya harus minta maaf sama anak kecil seperti kalian, ha?”, ucap Lucky lagi seperti sedang mengejek kedua anak itu.
“Jangan panggil kami anak kecil paman”, jawab Leindra.
Seketika Lucky seperti teringat sesuatu. Kata yang di ucapkan anak itu begitu tidak asing. Tapi, di manakah ia pernah mendengarnya. Lucky jadi penasaran sendiri.
Ketika itu, Reno yang masih berada di dalam mobil merasa resah dan gelisah. Menunggu pengawal setianya tidak kunjung datang juga. Ia melihat ke belakang dan benar saja, Lucky dan kedua anak kecil itu masih saja adu mulut.
“Paman yang bersalah!” ucap Neina.
“Tidak, Saya tidak bersalah! Wek!”, ejek Lucky sambil menjulurkan lidahnya.
Yah, begitulah mereka. Hingga Reno tak tahan lagi dan ikut keluar dari mobil. Saat itu, ia sempatkan untuk melihat bagian mobil yang terkena batu. Dan ya, tentu saja ada bagian yang lecet. Reno memegangi keningnya melihat pemandangan menyedihkan itu.
“Hentikan!”, ucap Reno dengan nada tinggi. “Hanya mengurus anak kecil aja kenapa lama sekali sih!” lanjut Reno yang tampak kesal.
Lucky hanya bisa unjuk gigi pada Reno. Pasalnya ia memang suka mengganggu anak kecil sampai menangis. Kalau belum menangis rasanya ia belum puas.
Tapi, tiba-tiba saja Reno merasakan salah satu kakinya terasa berat. Ia pun melihat apa yang sebenarnya yang menyangkut di kakinya. Dan ternyata, tidak lain dan tidak bukan adalah Neina. Gadis itu memeluk kaki kanan Reno sambil menatap kagum padanya dengan mata yang berbinar-binar.
Reno langsung ternganga di buatnya. Ternyata para bayi pun juga mengaguminya. Dan Reno seperti merasakan ada sesuatu pada Neina. Ia juga seperti terhipnotis saat melihat Neina.
“Om, ganteng banget”, ucap Neina.
“Kyaaa!” Reno tersadar dan menjerit. “Siapa yang menaruh ulat bulu ini di kakiku!” ucap Reno sambil mengangkat kakinya dan mengibas-ngibaskannya supaya terlepas dari Neina.
Segala cara Reno lakukan untuk melepaskan Neina. Tapi, Neina tetap saja melekat di kaki Reno. Bahkan ia sampai ngerih melihat Neina yang terus cengengesan padanya.
Para pengawal mulai bergerak ingin memisahkan mereka. Tapi, dari jauh Lucky memberi aba-aba agar mereka tetap diam. Sedangkan Lucky sedang memvideokan kejadian lucu itu sambil cekikikan.
“Om itu, pangeran dari negeri mana? Negeri awan, angin, api, udara, atau dari negeri kayangan?”, tanya Neina dengan senyum centilnya.
Reno ternganga lagi melihat dan mendengar ucapan Neina. Sebenarnya sih lucu tapi, Reno harus tetap menjaga image-nya. Ia tidak mau tertipu oleh tipu daya anak kecil apalagi berjenis kelamin betina. Eh, perempuan maksudnya.
“Neina, cepat ke sini!”, panggil Leindra. “Kamu tuh, gimana sih! Aku nggak suka kalau kamu kecentilan seperti itu!”
“Ih, Leindra ganggu aja deh! Nggak liat apa, ada pangeran tampan di sini. Jangan ganggu kami, Lein!”, jawab Neina terus menatap kagum Reno tanpa melihat Leindra.
Reno maupun Leindra hanya bisa menepuk jidat masing-masing melihat tingkah Neina. Leindra akhirnya mendatangi Neina yang masih menempel bak ulat bulu itu. Kemudian ia menarik pinggang Neina agar terlepas dari kaki Reno. Begitu juga dengan Reno, ia juga ikut menarik lengan Neina.
“Aargh, Kamu jangan kecentilan begini, Nein!”, ucap Leindra sambil menarik Neina. “Lepas Nein!”
“Nggak mau! Nggak mau! Nggak mau!”
Keributan itu pun tidak selesai juga walaupun Reno sudah ikut campur. Yang ada malah semakin runyam.
“Hei, anak ulat bulu! Saya tidak akan tertipu dengan wajah manis mu! Kamu sengaja-kan supaya saya mengasihani kamu dan tidak saya denda, ya kan?”, ucap Reno dengan merasa menang melawan anak kecil.
“Dengar ya, Om! Kami juga tidak butuh Om untuk mengasihani kami! Jangan sombong Om!” jawab Leindra dengan rasa kesal.
Sama halnya seperti Leindra, Reno juga sama kesalnya pada Leindra. Mereka saling beradu mata dengan tatapan tajam mereka.
Di sisi lain, setelah keluar dari area dapur toko, Rini sibuk mencari anak-anaknya yang tak kunjung di temukan. Tidak lupa ia juga menyapa pelanggan setianya, Ningsih. Yang juga sudah akrab dengan Rini. Lalu ia permisi dan berjalan keluar dari toko sambil melihat ke sekeliling. Dan tampaklah Neina dan Leindra yang sedang di kelilingi beberapa orang. Dan betapa terkejutnya Rini ketika melihat seorang pria di sana di antara mereka.
“Reno!”, gumam Rini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Indah Cantika
lucu juga ya
2023-10-08
3