Bab 7. Demi Anak-Anak

Reno kembali duduk. Dan beberapa makanan sudah terhidang di sana. Tidak segan-segan. Yang namanya Neina, langsung melahap makanan yang ada di hadapannya. Reno terlihat kaget melihat Neina yang sangat bernafsu itu.

Kemudian, tidak lama makanan dan minuman yang lainnya pun berdatangan. Mereka menyantapnya dengan hati yang gembira kecuali Rini tentunya. Ia memakan makanannya dengan  malas. Wajahnya pun di tekuk terus. Namun, Reno senang melihat Rini yang sedang kesal itu.

“Ulat bulu, wajah mama kamu emang gitu ya? Ketat banget”, bisik Reno pada Neina yang ada di hadapannya.

Neina langsung melihat ke arah Rini. Ia menelisik wajah ibunya itu. “Kayaknya Mama lagi kesal deh Om. Biasanya cantik kok”, jawab Neina serius.

“Ppfftthh, hahahah”, Reno tertawa mendengar jawaban Neina. “Kayak gini di bilang cantik? Hahaha”, lanjutnya lagi.

Neina dan Leindra terheran-heran melihat Reno yang sedang menertawakan ibu mereka. Mereka saling pandang dan mengangkat bahu karena tidak mengerti apa yang terlihat lucu.

“Hidung pesek begini di bilang cantik?”, ucap Reno sambil memencet hidung Rini dan sedikit menggoyangkannya.

Tentu saja Rini bertambah kesal. Ia meminta Reno untuk melepaskannya. Tapi, Reno tidak mengindahkan perintah Rini itu. Ia malah semakin gencar menaikan pipi dan seluruh wajah Rini sambil tertawa dan menyebutnya jelek.

“Aku bilang hentikan!!!”, teriak Rini murka sambil menghempaskan tangan Reno. “Keterlaluan kamu! Ayo kita pulang aja!”, seru Rini pada anak-anaknya.

Rini langsung beranjak dan menggendong Leindra. Lalu memanggil Neina juga untuk ikut bersamanya.

“Maaf Om, tapi Om benar-benar sudah kelewatan!”, ucap Neina dengan tatapan kekesalan pada Reno.

Kemudian, Neina berlari menyusul Rini dan Leindra. Kini tawa Reno berubah menjadi muram. Ia tidak menyangka malah menjadi begini. Bisa-bisa anak-anaknya akan membencinya dan tidak akan ada kesempatan lagi untuk bertemu dengan mereka.

Kemudian, Reno meletakkan sejumlah uang yang terbilang cukup banyak serta kartu nama setelah memanggil seorang pelayan. Reno buru-buru mengejar Rini dan anak-anaknya. Dan ia pun berhasil menghalau mereka.

“Saya minta maaf ya. Saya sudah kelewatan. Please... Tadi itu cuma bercanda aja”, ungkap Reno sambil melekatkan kedua telapak tangannya di dada.

“Minggir Reno!”, bentak Rini sangat kesal.

Bukannya minggir, Reno malah berlutut di hadapan mereka. Membuat Rini sangat kaget. Ia jadi merasa malu karena dilihati orang banyak. Tapi, Rini juga mengeraskan hatinya. Ia melangkah ke samping Reno untuk melewatinya. Tapi dengan sekejap Reno langsung memeluk Rini sambil terus meminta maaf.

Seketika badan Rini terasa sangat lemas. Sampai-sampai ia tidak sadar jika Leindra telah merosot dari gendongannya.

Lama, sudah lama sekali sejak kepergiannya ia tidak memeluk Reno lagi. Munafik jika ia tidak merindukan momen ini. Ia teringat bagaimana bahagianya ia bersama Reno dulu. Reno yang selalu memeluknya seperti saat ini. Air matanya ingin menetes tapi di tahannya.

“Lepas Ren. Malu di lihat orang”, ucap Rini dengan suara yang bergetar.

“Maafin aku dulu, baru aku lepas”, jawab Reno yang masih memeluk Rini.

Sepertinya Reno juga sangat merindukan Rini. Walau masih sebentar mereka bersama. Tapi, tidak mudah kebersamaan itu terlupakan begitu saja.

“Iya, aku maafin”.

Lalu, Reno pun melepas pelukannya. Ia lalu mengajak mereka pulang bersama. Tapi, Rini menolaknya karena ia juga membawa mobil sendiri. Reno pun menawarkan untuk mengantar mereka sampai ke mobil. Kemudian, Reno menggendong Leindra dan Neina. Ya, jika dilihat dari mata orang-orang di sekitar, mereka tampak bak keluarga yang harmonis.

Setelah sampai di parkiran, Reno membimbing anak-anaknya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Reno malah meminta kunci mobil pada Rini. Sebab Reno tidak mau tau, ia harus tetap mengantar mereka. Dan Rini pun sudah malas untuk berdebat lagi. Ia biarkan saja Reno dengan keinginannya itu.

Saat mobil Rini melaju, mobil yang di kendarai Lucky juga ikut mengiringi dari belakang. Lalu, beberapa menit di perjalanan Neina dan Leindra sudah tertidur pulas. Dan sekarang suasana menjadi sepi.

“Jangan kamu pikir, aku benar-benar minta maaf padamu. Kamu tau sendirikan, aku melakukannya demi anak-anak”, ucap Reno memecah keheningan.

“Kalau kamu benci padaku, kenapa kamu selalu menggangguku?” tanya Rini yang sebenarnya hatinya teriris.

“Kau tidak mengerti juga? Ini semua demi anak-anak!”

“Kamu tidak perlu khawatir. Selama ini aku yang menjaga mereka. Mereka baik-baik aja kan? Jadi, menjauh lah!”

“Ya, memang mereka baik-baik aja. Yang aku takutkan suatu saat kamu berubah pikiran dan meninggalkan mereka seperti kamu meninggalkan aku!”, ucap Reno yang ingin mengingatkan betapa jahatnya Rini.

“Itu tidak akan pernah terjadi!”

Reno tersenyum kecut. Hal ini membuatnya bertambah kesal. Tapi, ia benar-benar ingin tahu alasan mengapa Rini dulu meninggalkannya. Ya, walaupun Mama Ratna sudah memberitahu alasannya. Tapi, ia ingin mendengar dari mulut Rini sendiri.

“Kenapa? Kenapa kamu meninggalkan aku di saat aku membutuhkanmu berada di sampingku?” tanya Reno.

Tapi, Rini tidak menjawab apa-apa. Ia terus saja menatap ke depan. Ia nggak tau harus membuat alasan apa yang masuk di logika Reno.

“Ayo jawab?”, tekan Reno. “Oh, kalau begitu aku benar-benar yakin jika suatu hari nanti kamu pasti akan meninggalkan Neina dan Leindra”.

“Cukup Ren! Aku tidak akan pernah meninggalkan anak-anakku. Aku melakukan itu padamu agar aku tidak kehilangan mereka!”, Rini keceplosan karena terlalu emosi.

Ciiit! Reno menghentikan mobil tepat di depan toko. Reno meminta penjelasan dari apa yang barusan Rini katakan. Rini pun menjadi salah tingkah. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Ia langsung keluar dari mobil. Reno juga ikut keluar dan buru-buru mencegah Rini untuk membuka pintu belakang.

“Jelaskan padaku apa maksudmu tadi?”, tanya Reno yang mulai marah.

“Aku.. aku..”, Rini tergagap.

Ia mau mencari alasan tapi, ia tidak menemukannya. Mata Reno sudah memerah karena rasa marahnya pada Rini. Ia terus menatap Rini menunggu jawabannya.

“Jawab Rini! Jawab! Kenapa kamu dari tadi diam aja! Apa yang kamu sembunyikan dariku!”, teriak Reno sambil memegang kedua bahu Rini dan mengguncang-guncangnya.

Lucky yang melihat situasi yang gawat itu langsung keluar dari mobil. Ia langsung menarik Reno untuk menjauhi Rini.

“Lepas! Aku perlu tahu apa yang dia sembunyikan!”, teriak Reno lagi sambil menunjuk-nunjuk Rini.

“Tahan Bos, tahan... Ingat rencana Bos. Jangan sampai Neina dan Leindra menjadi tidak suka pada Bos”, ucap Lucky mencoba menenangkan Reno.

Reno pun mengatur napasnya dan membuang semua kekesalannya. “Cepat angkat Leindra, biar aku yang menggendong Neina”, perintah Reno pada Lucky.

Rumah Rini berada di sebelah toko kuenya. Mereka pun membawa Neina dan Leindra masuk ke kamar mereka masing-masing.

“Ingat Rin, kamu masih berhutang penjelasan padaku!”, ucap Reno sebelum akhirnya ia pergi dari rumah itu.

***

Terpopuler

Comments

Haris Prastio

Haris Prastio

Hah.... kayaknya Reno sama Rini sama sama kepala batu deh

2023-10-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!