BAB 18. KEMBALI LAGI

Rini sedang sibuk memasak di dapurnya. Karena hatinya sedang senang ia akan membuat makanan yang spesial untuk di makan bersama-sama. Gerakan tangannya begitu lincah.

Namun, lagi asik-asiknya terdengar suara bel rumahnya yang berbunyi. Rini memerhatikan masakannya dan setelah di rasa bisa di tinggal, ia pun langsung buru-buru membuka pintu rumahnya.

Dan ternyata Reno sedang berada di depan rumahnya sekarang. Tentunya Rini terkejut melihat sosok tersebut. Tadinya, dia sudah merasa lega karena Reno sudah pergi dari kota ini dan tidak ada lagi yang bisa mengganggunya. Ia melihat wajah Reno yang tampak seram itu. Lalu, ia teringat sesuatu.

Rini mengambil HP-nya lalu memainkannya. Ia sedang mencari informasi mengenai pesawat yang dinaiki oleh Reno. Tapi, setelah ia cari tidak ada berita apa pun.

“Kamu sedang apa?”, tanya Reno dengan suara bass-nya.

“Nyari berita tentang pesawat jatuh”, ucap Rini yang masih fokus pada HP-nya.

“Kamu pikir aku hantu?!!!”, ungkap Reno kesal.

Rini hanya unjuk gigi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Reno langsung nyelonong saja masuk dan duduk di sofa. Ia mendengus kesal.

Rini pun mengungkapkan keheranannya itu pada Reno. Padahal ia sudah sangat senang tadinya. Mendengar ocehan Rini itu, Reno semakin kesal. Bisa-bisanya Rini merasa bahagia saat ia pergi dari kota ini.

“Mana anak-anak?”, tanya Reno mengalihkan pembicaraan Rini yang itu-itu saja.

“Mereka lagi main di rumah Mbak Ningsih”, jawab Rini.

Reno sedang mencerna kalimat Rini. Ada satu nama yang sepertinya tidak asing di telinganya. Ningsih, Ningsih, nama itu terus terngiang-ngiang di telinga Reno. Dan beberapa saat kemudian, ia pun baru teringat.

“Ningsih, ibu-ibu centil yang gemuk itu?”, tanya Reno terkejut saat mengingatnya.

“Hush! Kamu ini. Nggak baik menghina orang seperti itu!”, ucap Rini yang tidak suka Reno menjelek-jelekkan Ningsih.

“Tapi kenyataannya memang begitu kan?”, sambung Reno lagi yang tidak mau di salahkan. "Ah, jadi kalian juga saling kenal?"

Rini menganggukkan kepalanya. Bahkan selama ini, Ningsih yang banyak membantunya untuk menjaga anak-anak saat itu tengah sibuk. Awalnya Ningsih pelanggan toko roti milik Rini. Dan karena Ningsih sangat menyukai roti-roti di sana akhirnya Ningsih menjadi pelanggan setia. Ia juga menjadi akrab dengan Rini dan juga anak-anak dan sampai sekarang ini.

Reno mendengarkan cerita Rini dengan seksama. Ia menganggukkan kepalanya menandakan ia mengerti. Lalu ia tampak memikirkan sesuatu. Ia memperhatikan Rini sejenak.

"Kamu nggak takut gitu, kalau Ningsih merebut aku dari kamu?", celetuk Reno sok serius. "Secara Ningsih itukan suka kegenitan sama aku".

Rini bergidik ilfeel melihat Reno. "Emang kamu mau jadi suaminya mbak Ningsih? Suaminya aja yang dulu kabur entah kemana karena katanya mbak Ningsih terlalu hot. Sampai-sampai dia tidak bisa mengimbanginya", jelas Rini memprovokasi Reno.

Reno yang tahu maksud isi kalimat Rini itu, langsung bergidik ngerih. Pikirannya malah traveling saat malam pertama dengan Ningsih kalau ia menikah dengannya. Rini yang melihat Reno merinding ketakutan tanpa sadar tertawa kecil.

"Apa yang kamu tertawakan? Kamu mencoba mempermainkan ku ya?", ucap Reno yang tidak senang di tertawakan oleh Rini.

"Kalau kamu tidak percaya, ya kamu coba aja", jawab Rini yang tidak hentinya tersenyum senang melihat raut wajah Reno yang lucu itu.

"Halah, kamu cemburu aja bilang. Makanya kamu menjelek-jelekkan Ningsih kan?", ejek Reno yang tidak mau kalah.

Rini memutar bola matanya, malas berdebat dengan Reno. Lalu, suara deringan HP terdengar dan itu berasal dari HP Reno.

Reno membelalakkan matanya saat melihat nama Mamanya di sana. Rasanya malas sekali mendengar ocehan sang Mama. Tapi, Rini yang mengetahuinya menyuruh Reno mengangkatnya. Sedangkan dirinya akan kembali ke dapur untuk melihat masakannya.

Reno pun dengan ragu mengangkat panggilan itu. Ia sudah mengambil ancang-ancang menjauhkan HP itu dari telinganya. Dan benar saja, suara menggelegar dari Ratna pun terdengar.

Reno habis-habisan di marahi karena tidak jadi pulang. Ratna begitu kecewa karena ia juga telah menyiapkan segalanya untuk menyambut Reno. Ya, mau bagaimana lagi. Reno juga tidak bisa meninggalkan anak-anaknya di sini. Ia ingin selalu bersama anak-anaknya.

Ratna semakin pusing mendengar alasan Reno itu. Ia bahkan mengeluh karena akan terus menjadi bahan cemoohan Suri dan keluarganya. Padahal Ratna sudah sangat percaya diri jika Reno akan mendapatkan hak yang seharusnya ia dapatkan sebagai pewaris keluarga suaminya. Dengan menikah dengan Yunita maka Reno akan menjadi setara dengan mereka atau bahkan Reno bisa beranjak melebihi mereka dan menutup mulut-mulut berduri itu.

Ratna mengeluh selama ini ia capek terus di permalukan oleh Suri. Serta merendahkan Reno juga. Dan sekarang, Reno malah menghambat pernikahannya lagi dengan Yunita. Kalau begini yang ada Suri akan mengambil semua yang mereka miliki saat ini.

Reno menghela napasnya. Sebenarnya ia juga akan pasrah jika memang Suri akan mengambil semua hartanya. Ia merasa lelah terus-terusan berperang dengan keluarganya. Tapi, Ratna tidak mau itu terjadi. Karena dengan kemelaratan itu maka Suri akan semakin gencar menghinanya dengan Reno. Ratna tidak pernah akan membiarkan hal itu terjadi. Reno harus tetap mendapatkan haknya.

Tapi sayang, Reno tetap tidak ingin menikah dengan Yunita yang sama sekali tidak ia cintai. Walaupun Yunita cantik, pintar dan juga sekaya keluarganya. Namun, hatinya tidak pernah bergetar untuk jatuh cinta padanya.

Diam-diam Rini mendengarkan pembicaraan Reno dan Ratna dari balik tembok. Sebenarnya, ia juga merasa kasihan pada Reno yang selalu tidak dianggap oleh keluarganya sendiri. Perkara Reno terlahir dari istri simpanan papa mertuanya.

“Kasihan kamu Ren. Ternyata sampai sekarang mereka belum juga bisa menerima kamu. Padahal kamu sudah banyak membuat perubahan di perusahaan itu”, gumam Rini sedih melihat Reno yang sedang di runding kebimbangan itu.

Ratna terus saja memohon pada Reno agar ia segera pulang. Tapi, Reno tetap pada keputusannya. Dan hal itu membuat Ratna semakin suntuk. Setelah itu, Ratna memutuskan panggilannya begitu saja.

Reno menghela napasnya sambil memijat-mijat dahinya. Ia sangat pusing memikirkan masalah keluarga ini yang tak juga kunjung selesai. Ia menggelengkan kepalanya untuk membuang pikiran-pikiran yang membuatnya semakin pusing itu.

Lalu, ia menjadi penasaran saat tidak melihat Rini yang tak kunjung menemuinya lagi. Ia ingat jika tadi Rini mengatakan jika ia sedang memasak. Reno pun beranjak dari duduknya dan mulai mencari Rini.

Saat Reno melihat Rini yang sedang memasak itu, hatinya merasa senang. Ia pun mendekati Rini secara diam-diam dan setelah itu langsung memeluk Rini dari belakang. Membuat Rini melonjak kaget.

“Ren, aku lagi masak ini! Nggak usah ngulah deh!”, ucap Rini merajuk serta kesal karena di ganggu oleh Reno.

“Tapi, aku pengen meluk kamu seperti ini terus. Rasanya nyaman banget”, jawab Reno sambil memejamkan matanya di pundak Rini.

Rini hanya bisa menarik napasnya. Ia tidak bisa berkutik saat Reno memeluknya seperti itu. Dan Reno juga mulai menciumi leher serta pipi Rini yang membuat sang empunya merinding kegelian.

***

Terpopuler

Comments

Al Vian

Al Vian

lanjut Thor

2023-10-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!