Rini melangkahkan kakinya perlahan walau terasa berat. Ia benar-benar belum siap untuk bertemu lagi dengan Reno. Tapi, sepertinya takdir berkata lain. Walaupun ia bersembunyi di ujung dunia sekali pun kalau sudah ditakdirkan bertemu pasti akan bertemu. Sekarang ini, yang harus ia lakukan adalah tetap tenang mengendalikan rasa emosionalnya. Apalagi di sana ada Neina dan Leindra.
“Neina, Leindra”, panggil Rini saat ia telah dekat dengan mereka.
Semua mata pun tertuju pada Rini yang tiba-tiba datang. Dan begitu pula dengan Reno, ia juga terkejut melihat kehadiran Rini. Tapi, ia tidak mau memperlihatkannya. Ia tetap memasang wajah tenangnya.
Melihat Rini datang, Leindra langsung memeluknya dan Rini pun berjongkok dan menyambut pelukan Leindra. Tapi, tidak dengan Niena yang masih menjadi ulat bulu di kaki Reno.
“Ada apa ini, sayang?”, tanya Rini yang penasaran.
“Itu, Ma. Tadi mobil itu nyipratin air ke Neina. Jadi, aku ketapel deh mobilnya. Terus om-nya marah-marah. Tapi, Neina malah kecentilan sama Om-nya, Ma”, ucap Leindra menjelaskan.
Reno tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Anak itu, menyebut Rini dengan sebutan Mama. Reno kembali mengulang ingatannya. Saat itu, sebelum kecelakaan itu terjadi. Reno tengah membawa Rini yang sedang hamil ke rumah sakit. Walau kehamilannya masih 8 bulan. Tapi, Rini telah mengalami kontraksi.
Reno kembali melihat Neina yang berada di kakinya. Pantas saja ia merasa aneh ketika melihat Neina. Ternyata mereka berdua adalah anaknya. Reno cukup syok mengetahui hal ini. Tapi, ia tetap diam saja. Seolah-olah tidak ada sesuatu di antara mereka.
Rini berjalan mendekati Reno dengan terus menatap Reno dan sebaliknya. Lalu, Rini menjatuhkan pandangannya ke bawah.
“Neina, lepasi Om-nya ya”, ucap Rini sambil mengulurkan tangannya pada Neina.
Reno mengangkat sudut bibirnya. Ia tersenyum tapi sekaligus mengejek. Lalu membuang pandangannya ke arah lain. Ada rasa tidak terima mendengar Rini menyebutnya sebagai Om. Padahal ia adalah ayah kandung dari kedua anak itu.
“Nggak mau, Ma. Neina maunya sama paman ini aja. Soalnya ganteng banget”, jawab Neina yang terus memeluk kaki Reno.
“Neina, kamu nggak boleh egois begini! Lepasin kaki Pa...”, ucapan Rini pun terhenti.
Rini hampir saja keceplosan menyebutkan Reno sebagai ayah mereka. “Paman ini. Ya. Mama mohon Nein”, lanjut Rini memelas pada Neina.
Sebenarnya Rini juga sudah tidak kuat lagi berhadapan dengan Reno. Ia ingin segera menjauh darinya. Tapi, sialnya Neina malah membuat ulah dan ia harus berlama-lama di dekat Reno.
Melihat wajah kasihan mamanya, akhirnya dengan terpaksa Neina melepaskan pria tampan yang di peluknya itu. Ia pun menggapai tangan mamanya dan Rini menggenggamnya dengan erat.
“Maaf atas kenakalan anak-anak saya”, ucap Rini pada Reno. “Nanti, saya akan ganti rugi kerusakan mobil anda”.
“Tentu saja. Kamu akan membayar mahal atas semua perbuatanmu!”, jawab Reno dengan sinis dan langsung membalikkan badannya.
Reno berjalan ke arah mobilnya dan segera masuk. Di ikuti oleh semua para pengawalnya. Dan mereka pun langsung melesat pergi.
Tinggallah Rini yang masih mematung. Menyaksikan kepergian Reno. Neina yang melihat adegan itu, langsung bisa menarik kesimpulan.
Hm, sudah jelas Mama sama paman tadi saling kenal. Tapi, Paman itu seperti membenci Mama. Tapi, mata Paman itu berkata lain. Dia seperti sangat merindukan Mama. Dan Mama juga, sepertinya ada sesuatu yang di tutupi Mama dari Paman tadi. Mama juga kelihatan sangat rindu tapi juga merasa bersalah, ucap Neina dalam hati.
Lalu, mereka bertiga pun masuk ke dalam toko. Bersamaan dengan Ningsih yang baru menyadari jika sudah tidak ada satu mobil pun yang terparkir di depan sana.
“Loh, kemana mereka semua?”, ucap Ningsih terkejut tapi tetap saja sambil mengunyah makanannya.
Lalu, ia melihat Rini yang baru masuk dan berniat untuk menanyakan sesuatu padanya. Ia langsung memanggil Rini dan menanyakan prihal mobil dan orang-orang yang tadi jelas-jelas ada di depan toko itu.
“Mereka semua sudah pergi, Mbak”, jawab Rini.
“Loh kapan perginya?” tanya Ningsih lagi.
“Barusan, Mbak”, jawab Rini.
“La, jadi mereka bukannya mau makan-makan? Saya kira Bos Reno mau neraktir makan”, ucap Ningsih sedih.
Ia melihat makanan yang penuh satu meja telah ia santap sampai ludes. “Jadi ini siapa yang bayar, Hua...!”, tangis Ningsih yang sedih harus mengeluarkan uangnya. “Mana aku di tinggal lagi, Hua...!”
***
Di tengah gerimis, Reno berdiri di balik jendela kaca ruang kerjanya. Kejadian tadi kembali merasuki pikirannya. Ia tidak pernah menyangka bahkan bermimpi bertemu mantan istrinya dan kedua anaknya.
Ia tersenyum mengingat bagaimana Neina yang menempel di kakinya seperti ulat bulu. Dan Leindra yang tegas tapi benar-benar menjaga saudarinya. Mereka berdua sangat lucu. Reno pun memegangi dadanya tepatnya di sisi jantungnya saat ia mengingat tadi telah bertemu Rini kembali. Setelah 5 tahun Rini meninggalkannya begitu saja.
Ia pun, menjadi bingung dengan semua ini. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ini begitu sulit baginya. Jelas Rini tidak akan memberitahukan anak-anak siapa Reno sebenarnya. Namun, Reno juga masih takut jika harus berterus terang pada anak-anak.
“Hihihi, hahaha” terdengar suara gelak tawa dari Lucky yang sedang melihat hp-nya.
Reno pun menatap sinis padanya. Padahal saat ini pikiran Reno sedang kacau balau. Tapi, pengawal pribadinya itu malah asyik tertawa sendirian. Ia pun datang menghampiri Lucky dan langsung merampas hp Lucky.
Dan betapa terkejutnya Reno melihat video yang ada di hp Reno yang tak lain adalah video yang bertengkar dengan kedua anaknya tadi. Reno sama sekali tidak tahu jika Lucky telah merekam kejadian itu.
“Lucky! Berani-beraninya kamu merekam tanpa persetujuan saya!”, ucap Reno murka. “Saya akan menghapus ini semua!”
“Yakin mau di hapus, Bos? Lucu itu loh. Liat tuh anak perempuan itu gemesin banget. Sayang tadi aku nggak sempat membuat mereka menangis. Kan kalau nangis makin tambah lucu”, jawab Lucky tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
“Awas aja! Sekali kamu buat anak-anakku menangis, kamu tidak akan aku beri gaji selama sebulan! Berlaku kelipatan!”, ancam Reno.
“Yah, jangan gitu dong Bos. Mau makan apa aku kalau nggak di gaji”, rengek Lucky.
“Bukan urusan saya!”, bentak Reno sambil memberikan Hp Lucky lagi. “Kirim videonya pada saya. Setelah itu hapus yang ada di Hp kamu!” perintah Reno sambil kembali ke kursi panasnya.
“Siap Pak!” sahut Lucky.
Akhirnya mereka bisa bertemu juga, ucap Lucky dalam hati.
Brak!
Tiba-tiba pintu ruangan Reno di dobrak oleh seseorang. Membuat Reno dan Lucky terkejut bukan main hingga mereka lompat dari tempat duduknya.
“Bos Reno! Kenapa kamu ninggalin aku!”, teriak Ningsih sekuat-kuatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Haris Prastio
Eh, Lucky ternyata udah tau
2023-10-11
2