Kini Reno dan Rini tengah serius menatapi kedua anak mereka. Karena ini adalah sebuah penentuan bagi mereka. Rini sangat yakin jika anak-anak akan memilih tetap tinggal bersamanya. Mengingat selama ini mereka selalu bersama. Begitu juga dengan Reno yang yakin anak-anak akan memilihnya.
“Kami ikut dengan Papa”, jawab Leindra.
Rini yang mendengar jawaban itu menjadi lemas dan terduduk di lantai. Tidak pernah ia bayangkan jika Neina dan Leindra lebih memilih Reno bukan dirinya.
Reno begitu bergembira mendengar keputusan anak-anaknya. Ia langsung memeluk Neina dan Leindra. Ia juga mengatakan jika besok pagi ia akan segera menjemput mereka. Dan mereka tidak perlu membawa apapun. Karena di rumah baru mereka nanti sudah tersedia semua yang mereka butuhkan.
Setelah itu, Reno pamit pulang. Ia akan memberikan kesempatan untuk Rini menghabiskan waktunya malam ini dengan anak-anak. Dengan berlagak sombong Reno pun keluar dari rumah itu.
Neina dan Leindra menatap sendu pada Rini. Mereka merasa kasihan melihat Rini yang tengah menangis itu. Namun, saat mereka ingin mengucapkan sesuatu pada Rini, ia malah beranjak dan pergi ke kamarnya meninggalkan Neina dan Leindra yang menatap sedih ibunya.
Di kamar, Rini menangis hingga tersedu-sedu. Hatinya terasa begitu sakit. Kurang apa kasih sayangnya terhadap anak-anaknya? Tapi, mengapa sekarang mereka malah memilih ikut bersama Reno. Rini benar-benar tidak siap berpisah dengan keduanya.
Sudah cukup menderita dirinya berpisah dengan dengan suaminya. Dan kini ia harus menjalani kenyataan berpisah dengan anak-anaknya. Suara tangisnya menggema di seluruh penjuru kamarnya. Sampai ia tertidur karena kelelahan menangis.
***
Di tempat lain, Reno baru saja sampai di apartemennya. Lucky yang sedang menikmati kopinya terheran-heran melihat Reno yang terus cengengesan seperti orang gila. Reno pun bergidik ngeri melihat Bosnya yang random itu.
“Kenapa sih Bos? Cengengesan mulu, nggak takut tuh gigi jadi garing!”, celetuk Lucky.
Kali ini Reno tidak akan marah di ejek seperti itu oleh Lucky. Karena dirinya sedang bahagia saat ini. Ia malah menceritakan jika Neina dan Leindra akan ikut bersama mereka besok.
“Emangnya besok kita mau kemana Bos?” tanya Lucky sambil menyeruput kopinya.
Brakk! Reno memukul meja karena geram dengan Lucky yang lupa itu.
“Kamu gimana sih! Besok kita balik ke ibu kota! Pulang Lucky! Pulang!” ucap Reno penuh dengan penekanan.
Buurr! Semua kopi yang ada di mulut Lucky tersembur dan mengenai wajah Reno. Betapa terkejutnya Lucky mengingat jika mereka besok pulang dan anak-anak akan ikut bersama mereka. Bagaimana hal ini bis terjadi? Tidak mungkin Rini yang mengizinkannya. Lucky menyangka pasti terjadi sesuatu tadi. Ia tahu bosnya ini akan berbuat apapun demi mendapatkan yang ia inginkan.
“LUCKY! LAKNAT!”, teriak Reno yang wajahnya sudah merah padam bercampur kopi hitam milik Lucky.
Lucky pun terkejut saat melihat wajah bosnya yang tersembur kopinya. Sungguh ia sebenarnya tidak menyadari dan tidak sengaja.
BRAK!
Reno kembali memukul meja dengan kuat sambil beranjak dari duduknya. Wajahnya begitu seram seperti kesetanan. Ia berusaha menggapai Lucky tapi sepertinya pengawalnya itu lebih gesit. Mereka pun tengah berputar-putar mengelilingi meja. Yang satu ingin menangkap dan yang satu lagi hendak menghindar.
Dan ketika mendapat kesempatan, Lucky pun berlari menuju kearah kamarnya. Namun, Reno tidak membiarkannya lepas begitu saja. Reno berhasil menangkapnya dan langsung memitingnya.
Lucky langsung tidak berkutik. Tangannya memukul-mukul lantai tanda ia ingin menyerah. Karena ia sudah kesulitan untuk bernapas. Ia pun telah meminta ampun pada Reno juga. Tapi, sepertinya Bosnya itu tidak peduli dengan permohonannya itu. Reno tetap memiting Lucky habis-habisan.
***
Dari tadi malam, hingga pagi Lucky mencoba menghubungi Rini. Tapi, Rini tidak sekalipun mengangkat teleponnya. Ia begitu cemas pada keadaan Rini. Lucky terus saja kepikiran. Namun, kalau di pikir-pikir juga, sepertinya anak-anak genius itu tidak mungkin meninggalkan Rini begitu saja. Hem, mungkinkah mereka punya maksud lain? Lucky bertanya-tanya.
Sedangkan di rumah Rini, ia telah menyiapkan sarapan untuk Neina dan Leindra di meja makan. Namun, ia langsung masuk ke kamar lagi. Ia tidak sanggup melihat kepergian anak-anaknya. Tidurnya juga tidak nyenyak semalam. Ia bermimpi Neina dan Leindra yang meninggalkannya. Membuatnya semakin merasa sedih.
Neina dan Leindra yang telah bersiap itu duduk di meja makan. Tapi, mereka hanya memandangi makanan tersebut. Mereka terlihat melamun. Lalu, Neina menutup makanan itu dengan tudung saji.
Leindra berjalan menuju kamar Rini. Ia memanggil Rini, tapi Rini tetap tidak menyahut. Begitu juga dengan Neina yang ikut menempel di pintu kamar Rini. Sebenarnya mereka juga begitu sedih melihat Rini sampai tidak ingin bertemu dengan mereka.
"Pasti Mama sedih banget Lein" ucap Neina lirih.
"Aku tau. Tapi, ini adalah keputusan kita", sahut Leindra yang terlihat sedih sambil mengusap-usap pintu kamar Rini.
Dan tidak lama kemudian, yang di tunggu-tunggu pun datang. Reno menjemput Neina dan Leindra. Tapi, Reno merasa heran karena ia tidak mendapat perlawanan dari Rini.
“Kemana Mama kalian?”, tanya Reno yang penasaran.
“Masih di kamar, Pa. Semalaman Mama terus menangis tanpa mau melihat kami”, adu Neina.
Reno menyuruh kedua anaknya untuk masuk ke dalam mobil. Dan saat keduanya telah masuk, Reno pun menatap rumah tersebut. Entah mengapa mendengar ucapan anak-anak tadi rasanya ia seperti penjahat.
Lucky turun dari mobil. Ia berniat untuk melihat keadaan Rini. Namun Reno menghentikannya. Ia tidak mau jika Lucky terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Ia mengatakan jika Rini bukan anak kecil lagi. Ia akan baik-baik saja. Bersedih saat di tinggal itu biasa. Memang begitulah sewajarnya.
Lucky berdecak kesal pada Reno yang menghalanginya. Padahal hatinya merasa tidak enak. Tidak biasanya Rini seperti ini yang sama sekali tidak mau mengangkat panggilannya. Rasanya ia perlu melihat keadaan Rini.
Sedangkan Rini masih tengah bersedih. Tidak bisa ia hentikan tangisannya itu. Hatinya penuh luka sekarang. Sampai sekilas ia menyalahkan kedua anak-anaknya. Karena rasanya masih tidak percaya mereka tega meninggalkannya. Sudah jelas Rini lah yang selalu berada di samping mereka. Merawat dengan penuh kasih sayang. Tapi kini inilah balasan yang ia dapatkan. Sungguh sangat menyayat hati sekali.
"Apa salahku ya Allah? Hiks, hiks. Apakah semua ini karena aku telah meninggalkan suamiku dulu? Tapi, itu kulakukan demi anak-anakku, hiks, hiks. Aku tidak punya pilihan lain saat itu, Ya Allah..., hiks, hiks. Engkau tahu sendiri bagaimana sulitnya aku, ya Allah..." keluh Rini menangis meringkuk di tempat tidurnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Indah MB
oke .. sip.. makasih sudah mampir
2023-09-30
2
Al Vian
lanjut Thor
2023-09-30
1