Bab 4. Merajuk

Sejak tadi sampai sore, wajah Bu Ningsih terus saja di tekuk. Membuat Reno dan Lucky menjadi agak ngeri melihatnya. Seperti ada aura-aura dendam kesumat dari tubuhnya.

Ruangan Bu Ningsih berada di dalam ruangan Reno. Tapi, tersekat oleh pintu kaca. Makanya Reno dan Lucky bisa nampak wajah Bu Ningsih yang lagi kusut itu.

“Ky, itu ibu-ibu kenapa sih dari tadi wajahnya serem banget? Udah kayak Severus Snape”, ucap Reno yang ngerih melihat wajah Bu Ningsih.

“Bos sih, tadi ninggalin dia. Jadi badmood kan dia. Kayaknya Bos harus minta maaf deh, kayak ngasih sesuatu gitu?”, usul Lucky.

Reno pun tampak berpikir keras. Agar bisa memulihkan wajah Ningsih kembali seperti semula. Kira-kira apa ya, yang membuat wanita bisa kembali goodmood? Pikir Reno.

Lalu, Lucky menghidupkan lampu yang tepat di atas kepala Reno. Dan, ting! Tiba-tiba Reno mendapatkan sebuah ide yang mana pasti tidak bisa di tolak oleh Bu Ningsih.  Reno pun tersenyum girang lalu mengambil sebuah Amplop dari lacinya.

“Berapa gaji Bu Ningsih?” tanya Reno pada Lucky.

“Em, 4 juta”, jawab Lucky. “Tapi kalau performa-nya bagus bisa naik lagi bos”.

Kemudian Reno pun merogoh dompetnya. Ia mengambil semua uang yang ada di dalamnya. Setelah dihitung, ternyata hanya 3 juta. Ia pun melirik Lucky dengan tatapan manisnya. Membuat Lucky takut melihatnya.

“A..ada apa Bos?”

“Boleh pinjam uang nggak?”, ucap Reno dengan mata yang berbinar.

“Bo..boleh bos”, jawab Lucky sambil memberikan dompetnya.

Set! Reno langsung merampas dompet itu. Ia mengambil sejumlah uang untuk mengepaskan isi amplop itu. Yang punya dompet hanya bisa meringis melihat dompetnya kosong kembali.

“Nah, sekarang tinggal kasih sama tuh ibu-ibu”, tukas Reno yang kemudian mencampakkan dompet Lucky ke atas meja begitu saja.

Reno langsung berjalan ke arah meja  Ningsih. Sedangkan Lucky menangisi dompetnya yang sudah di bersihkan oleh bosnya itu. “Bos mana yang mau ngutang sama karyawannya. Agak lain memang bos yang satu ini”, ucap Lucky yang masih tidak habis pikir.

“Bu Ningsih, ini untuk anda!”, ucap Reno sambil memberikan amplop coklat itu ke hadapan Ningsih.

“Apa ini pak?”, jawab Bu Ningsih terkejut.

“Ini, saya kasih gaji di awal buat anda! Sebagai permintaan maaf saya yang tadi...”, ucapan Reno terputus.

“Alhamdulillah. Pucuk dicinta ulam pun tiba”, sambung Ningsih yang terlihat begitu gembira.

Reno mengerutkan alisnya. Ia bingung dengan kalimat Ningsih. Bukan Reno tidak tahu arti pribahasa itu. Tapi, Reno heran yang ternyata Ningsih memang sedang menunggu uang datang padanya.

“Makasih ya Pak Bos. Dari tadi saya mikir dapat uang dari mana buat bayar cicilan  panci saya. Liat nih deh pak Bos, si tukang pancinya ngirim pesan sampe ngancem-ngancem saya....”, ungkap Ningsih.

“Oh, jadi dari tadi Bu Ningsih merengut aja karena belom bayar cicilan panci?”, tanya Reno memperjelas.

“Hehe, iya pak bos. Makasih ya pak Bos udah perhatian”, jawab Ningsih dengan senyum centilnya.

Langsung saja bulu kuduk Reno merinding melihat kecentilan Ningsih. Reno langsung kembali ke kursi panasnya. Lucky yang mendengar pun cekikikan geli. Ternyata mereka sudah salah menduga yang dikira Bu Ningsih marah pada Reno eh tapi sebenarnya Bu Ningsih sedang pusing karena belum bayar cicilan Panci.

Reno duduk sambil bersandar di badan kursi. Kepalanya mendongak melihat langit-langit ruangannya. Ia teringat kembali pada kedua anaknya. Yang satu tampan sepertinya dan yang satu lagi sangat manis dengan ulah manjanya. Tanpa sadar Reno tersenyum saat mengingatnya.

“Apa Pak Bos mau melihat mereka lagi?” tanya Lucky menggoda Reno.

“Tapi, saya yakin pasti Rini tidak mengizinkan kami untuk bertemu lagi”, ucap Reno kesal.

“Kalau begitu kenapa Pak Bos tidak mendekati ibunya dulu aja...” ucapan Lucky terpotong.

Reno langsung melempar Lucky dengan bantal sandarannya, “Enak aja kalau ngomong! Ogah!”, teriak Reno kesal pada Lucky. “ Lagian siapa suruh dia mengkhianati dan meninggalkanku begitu aja! Dia pikir aku akan memaafkannya? Tidak akan pernah!”, lanjut Reno yang hatinya sudah mengeras.

Lucky membetulkan kacamatanya yang turun. Dalam hati ada terbesit untuk membantu pasangan ini bersatu kembali.

***

Sore hari ini, Neina dan Leindra sedang bermain sendiri di toko. Mereka sedang kesal pada Rini. Ya, soalnya Rini melarang dan mengancam Neina karena terus minta ketemu dengan Reno sang pujaan. Sedang Leindra merajuk karena Rini juga memarahinya karena sudah bersikap nakal melempari mobil orang lain. Padahal Leindra hanya ingin memberi pelajaran kepada pemilik mobil itu.

Neina dan Leindra sedang asyik memainkan gawai mereka. Neina dengan soal-soal psikotes dan Leindra dengan soal-soal Fisika. (Nah, anak 5 tahun loh ini. Hobinya bisa kayak gini yak?)

Rini yang melihat mereka dari jauh hanya bisa menghela napas. Rini menjadi tidak tega melihat kesuraman di wajah anak-anaknya. Rini pun mempunyai ide untuk membuat anak-anaknya kembali ceria.

Sore ini kebetulan toko sedang sepi. Rini duduk di salah satu meja yang kosong. Kemudian, ia memanggil salah satu karyawannya.

“Gema, coba kamu bawakan benda yang baru saya beli tadi”, perintah Ayu.

“Siap! Bu Bos!”, jawab Gema yang gembul sambil mengangkat tangannya hormat.

Gema pun mengambil barang yang di maksud Rini. Sebuah kotak besar. Gema meletakkannya di atas meja tempat Rini duduk. Dengan segera Rini membukanya. Dan tampaklah di sana potongan-potongan teleskop. Rini berusaha menyambungkannya tapi, baru beberapa dia sudah kesulitan. Ia pun menghela napas karena lelah telah menguras otaknya.

“Hah! Kenapa susah sekali membuat teleskop ini?”, ucap Rini dengan keras agar Leindra mendengarnya.

Ya, tentu saja Leindra mendengarnya. Sedari tadi tangannya sudah gatal ingin menyelesaikan yang di kerjakan mamanya itu. Tapi karena lagi merajuk, ia bertahan tetap memandang gawai-nya.

Rini tak habis akal. Ia kembali memanggil karyawannya lagi.

“Zahra, tolong bawakan saya menu coklat terbaru kita!”, Perintah Rini sambil melipat tangannya di dada.

Zahra yang di beri perintah langsung ngacir ke dapur untuk mengambil sesuatu yang di minta oleh bosnya. Tidak lama kemudian, ia pun datang bersama karyawan lainnya yang ikut membantu. Ia meletakan sebuah benda yang telah berisi coklat hangat. Kemudian di sediakan pula stik wafer, kue-kue kering dan roti. Dan saat benda itu di nyalakan, ternyata membentuk sebuah air mancur coklat yang indah dan sangat menggiurkan.

“Emm, ini sangat manis. Enak sekali”, ejek Rini lagi sambil memakan wafer yang telah di balut coklat dari coklat mancur.

Krruuukk! Perut Neina berbunyi seolah memanggil-manggil makanan lezat itu. Jelas saja, karena Neina sangat suka makan. Apa aja masuk ke mulutnya kecuali kayu sama batu. Itu pun karena keras. Kalau lembek entak juga. Hehehe. Tapi, Neina tetap menahan rasa laparnya sama yang seperti Leindra lakukan.

Sedangkan Rini terus saja memakan coklat-coklat itu. Sambil sesekali mencoba memasang teleskop itu. Leindra maupun Neina sudah tidak konsentrasi lagi dengan soal-soal yang mereka kerjakan. Mereka terus melirik-lirik Rini.

“A...! Aku sudah tidak tahan lagi!” seru Neina.

***

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Hehee..lucu jg Neina n Leindra ini..mereka anak yg jenius psti nurun dr Reno

2023-10-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!