BAB 14. PENENTUAN NEINA DAN LEINDRA

Selesai makan, Reno melihat-lihat rumah Rini termasuk kamar Neina dan Leindra. Kedua kamar itu terlihat sangat berbeda. Kamar Neina dengan nuansa pink. Dan terdapat beberapa boneka panda dan beruang. Salah satunya yang sering dibawa oleh Neina. Reno melihat sebuah jam tangan yang unik tapi terkesan sudah terlalu lama yang tergeletak di atas nakas. Reno pun berpikir akan membelikan anak-anaknya sebuah jam tangan.

Sedangkan kamar Leindra, bernuansa jagat raya. Karena memang Leindra sangat senang dengan planet-planet dan alam semesta lainnya. Banyak sekali barang-barang unik di kamar Leindra. Beberapa di antaranya, teleskop, teropong, ada juga sebuah kaca mata, namun Reno belum pernah melihat Leindra memakai kacamata dan sebuah jam tangan yang mirip dengan milik Neina.

Reno melihat ke arah Leindra yang sedang membaca. Dan Neina sekarang pun sedang berada di kamar Leindra. Ia pun sedang menikmati memainkan teleskop milik Leindra. Namun, Reno penasaran dengan buku-buku yang terdapat di lemari buku milik Leindra itu. Ia memperhatikan satu persatu sambil membaca judul-judul buku tersebut.

“Lein, buku kamu kok ginian semua sih? Nggak ada novel percintaan gitu?”, tanya Reno yang ingin menggoda Leindra.

Ya, semua buku milik Leindra tidak jauh-jauh dari Sains dan ensiklopedia. Tentu saja Leindra tidak tertarik dengan buku yang begituan. Leindra menatap kesal pada Reno tapi, Reno malah nyengir seperti kuda.

“Membayanginya aja aku udah mau muntah, Pa”, celetuk Leindra yang bergidik membayangkan isi novel percintaan itu.

“Kenapa? Emangnya kamu tahu apa tentang percintaan? Hayo...”, goda Reno lagi.

“Ck, nggak tau ah!”, jawab Leindra merajuk.

Tapi, hal itu malah membuat Reno cekikikan. Wajah imut Leindra semakin terpancar saat dia sedang merajuk seperti itu.

Kemudian, ia teringat akan sesuatu. Lalu, memanggil Neina dan Leindra untuk mendekatinya. Keduanya segera menghadap Reno. Kemudian, Reno berlutut di hadapan mereka.

“Neina, Leindra, hari ini adalah hari terakhir papa di sini. Dan karena kalian juga sudah tahu yang sebenarnya, Papa ingin kalian ikut bersama Papa”, pinta Reno dengan wajah yang penuh pengharapan.

“Tidak! Aku tidak akan pernah mengizinkan mereka untuk ikut denganmu!”, sanggah Rini saat mendengar perkataan Reno itu.

Mereka langsung melihat ke arah Rini yang sedang memasang wajah sangarnya. Rini berlari kecil dan langsung menarik kedua anaknya serta memeluknya. Ia tidak akan pernah Rela jika keduanya diambil oleh Reno.

Reno menatap Rini yang tengah ketakutan itu. Ada di dalam hatinya rasa tidak tega. Namun, rasa ingin memiliki dan merawat anak-anaknya itu jauh lebih kuat. Ia pun meminta Rini agar bersikap adil.

“Kenapa tidak membiarkan anak-anak saja yang menentukan?”, ungkap Reno yang tidak mau kalah.

Ia sangat yakin sekali jika anak-anaknya akan mau ikut bersamanya. Karena selama ini mereka juga pasti menginginkan sosok seorang ayah. Ia berjanji akan memberikan apa saja yang Neina dan Leindra mau. Tentunya itu tawaran yang menggiurkan bukan?

“Keterlaluan kamu Reno! Segitunya kamu ingin merebut mereka dariku!”, ucap Rini yang marah pada sikap Reno yang seperti mendesak anak-anaknya.

“Aku? Keterlaluan? Lalu kamu apa? Segitunya kamu tidak mau mengizinkan mereka tinggal bersamaku setelah bertahun-tahun kamu bersama mereka!”, imbas Reno yang membalikkan ucapan Rini.

Lagi-lagi pertengkaran kedua orang itu membuat anak-anak mereka menjadi bingung. Neina dan Leindra menghela napas karena lagi-lagi mereka harus melerai orang tuanya yang sedang bertengkar itu.

“Cukup Ma, Pa! Kalian jangan bertengkar lagi!”, ucap Neina.

“Iya Ma, Pa! Kami yang akan menentukan. Supaya adil”, sambung Leindra.

Reno pun tersenyum puas karena ia telah menang di ronde pertama dari Rini. Namun, Rini sepertinya tidak terima. Reno yang melihat keegoan Rini itu kembali mengejek Rini dengan menyatakan jika Rini takut kalau anak-anak lebih memilih ikut bersama Reno.

“Aku tidak takut! Aku percaya pada anak-anakku! Karena selama ini aku yang mengurus mereka!”, jawab Rini geram dengan merapatkan gigi-giginya.

“Oh, ya? Kalau gitu kita kasih mereka kesempatan untuk berpikir sejenak”, ucap Reno lalu keluar dari kamar tersebut.

Begitu juga Rini yang ikut keluar mengikuti Reno. Namun, Rini telah tersulut api emosi. Dan juga begitu takut jika anak-anaknya benar-benar akan di bawa oleh Reno. Rini pun menarik tangan Reno menghentikannya.

“Apa ini tujuan kamu sebenarnya? Memisahkanku dari anak-anak?” tanya Rini dengan air mata yang telah berlinang.

Reno menatap Rini yang tengah menangis itu. Rasanya belum pernah ia melihat menangis seperti ini. Namun, Reno berusaha mengabaikannya. Ia tidak mau jika dirinya terhipnotis dengan wajah kasihan wanita yang di hadapannya itu.

“Apa aku nggak salah dengar? Kamu Rin, kamu yang telah memisahkanku dari anak-anakku! Dan sekarang aku memintamu untuk mengembalikan anak-anakku!”, jawab Reno dengan tegas.

Reno terus saja mematahkan kata-kata Rini. Ia memang sepertinya tidak mau kalah dari Rini. Karena Reno juga berhak atas anak-anaknya.

“Tapi, aku yang telah membesarkan dan merawat mereka sendirian sampai detik ini! Dengan keringatku!  Aku tidak akan pernah membiarkan mereka tinggal denganmu! Kamu boleh menemui mereka kapan aja. Tapi, jangan pernah mengambil mereka dari ku!”, balas Rini lagi yang juga tidak mau kalah sama sekali.

"Itu masalah kamu! Siapa suruh kamu meninggalkanku? Kamu tidak tahu betapa sakitnya aku saat terbangun dari koma kamu telah lama tiada di sisiku! Aku pikir kamu berbeda dengan wanita lain. Tapi sama aja! Saat aku sakit kamu malah pergi meninggalkanku! Apa kamu tidak pernah mengingat bagaimana aku meninggalkan semuanya hanya demi hidup bersamamu! Tapi apa yang aku dapat? Hanya istri yang tidak tahu di untung!" ungkap Reno meledak-ledak saat mengingat betapa sakit hatinya ia di tinggal Rini.

Rini pun terdiam seribu bahasa. Ingin rasanya ia ucapkan semua kenyataannya. Tapi, mulutnya terasa seperti penuh dengan lem. Ternyata begitu sakit hatinya saat di tuduh seperti itu oleh orang yang di cintainya.

Di dalam kamar, Neina dan Leindra yang mendengar pertengkaran orang tuanya semakin bertambah bingung. Sudah pasti mereka senang karena tahu masih memiliki seorang papa. Dan namanya anak-anak pastilah terlintas di benak mereka untuk melihat rumah Papa mereka yang mungkin lebih besar dari rumah Mama mereka. Apalagi Reno mengiming-imingi dengan semua apa yang Neina dan Leindra inginkan akan langsung ia berikan.

Namun, Mama mereka adalah orang yang paling dekat dengan mereka. Karena, Rini yang selama ini mengurus mereka. Tanpa pernah mengenal lelah Rini terus bekerja dan bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Apalagi saat di mana Leindra yang mengalami penyakit Leukemia. Tidak ada kata letih untuk selalu menemani dan mengurus semua hal untuk Leindra sambil tetap memomong Neina. Betapa besar rasa cinta Rini terhadap anak-anaknya.

Dan kini, Neina dan Leindra keluar dari kamar. Mereka telah mendapati kesepakatan. Dan penentuannya adalah...

***

Terpopuler

Comments

Al Vian

Al Vian

Lanjut Thor

2023-09-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!