Bab 11. Bermain Layangan

Dan sekarang Leindra maupun Neina bisa hidup seperti anak-anak biasa pada umumnya. Ya, dengan kata lain pengobatan Leindra berhasil. Dan setelah semuanya selesai, Rini pun memutuskan pindah ke seberang kota agar bisa menjauh dari Reno seperti janjinya.

“Gimana dong Om, bisa nggak?”, tanya Leindra pada Reno yang sedang berusaha menerbangkan layangan.

Reno hanya bisa mengatakan jika anak-anak itu harus bersabar sebentar. Reno sangat malu sebenarnya karena sudah sejam ia juga tidak berhasil menerbangkan layangan tersebut. Ya, sebenarnya sih Reno memang tidak pernah bermain layangan sejak kecil. Wajar jika dia sedikit bingung untuk memainkannya. Awalnya Lucky sudah mengajukan bantuan, tapi Reno berlagak jika ia bisa melakukannya sendiri.

Tidak lama kemudian, Rini pun datang dan langsung duduk di sebelah Lucky yang sedari tadi hanya melihat Reno dan anak-anak.

“Makasih ya, kalian sudah menyempatkan untuk menjemput anak-anak”, ucap Rini yang terlihat lelah itu.

Hari ini, begitu banyak sekali pesanan. Dan ia harus sampai ikut mengerjakan pesanan kue itu. Saat akan tiba jam pulang sekolah, Rini menjadi kebingungan. Dan untungnya Reno saat itu menelepon Rini meminta persetujuannya untuk membawa anak-anak. Karena Rini merasa ia juga tidak punya waktu untuk menjemput anak-anaknya, maka ia pun memperbolehkannya.

“Santai aja mbak” jawab Lucky santai.

“Itu Bos kamu lagi ngapain sih?”, tanya Rini yang melihat Reno sibuk sendiri. Sedangkan anak-anaknya malah terduduk juga menonton dirinya.

“Ya, begitulah mbak. Udah satu jam Bos Reno belum bisa juga menerbangkan layangan itu” ucap Lucky mengadu.

Rini hanya bisa menarik napas dan langsung turun tangan. Ia mendatangi Reno dan anak-anaknya. Kedua anak yang sudah tidak bersemangat lagi itu langsung berhambur memeluk ibunya.

“Ma, liat deh. Omnya gak bisa nerbangin layangan. Leindra capek lihatnya”, keluh Leindra.

“Apaan sih Lein. Kamu tuh yang gak sabaran! Ya kan Om?”, sahut Neina yang tidak terima pria tampan itu di rendahi oleh kembarannya.

Leindra menghela napas capek mendengar Neina terus saja membela Reno. Padahal Leindra tahu sendiri jika Neina sebenarnya juga sudah lelah. Tapi, ia malah malah pura-pura bersemangat.

Rini pun tersenyum meremehkan Reno. Ia mengambil layangan yang masih tergeletak di tanah itu dan mundur beberapa langkah. Rini menyerukan agar Reno menarik benangnya. Awalnya sih layangannya mulai terbang dan Reno mulai bergembira. Tapi, tiba-tiba layangan itu terjatuh lagi.

“Yaaahh...”, keluh Reno, Neina dan Leindra.

“Sini, berikan padaku!”, pinta Rini meminta benang layangan yang di pegang Reno.

Reno pun memberikan benang itu pada Rini dengan hati yang dongkol. Ia berucap bahwa Rini pun tidak akan bisa menerbangkannya juga. Rini pun tertawa karena Reno terlalu meremehkannya.

Rini memulai aksinya. Ia menggulung benang itu sampai pada panjang yang di inginkan ya. Dan setelah angin berhembus kencang, ia langsung menerbangkan layangan itu. Ia mengulur benang dengan cepat agar layangan semakin tinggi.

Anak-anak pun bersorak kegirangan. Membuat Rini merasa senang karena berhasil membuat anak-anak gembira. Di sela-sela itu, Rini menaik-turunkan alisnya pamer pada Reno.

Reno begitu kesal melihat anak-anaknya yang bersorak meneriakan Rini sebagai mama yang hebat. Dengan begitu, Reno pun gak mau kalah. Ia lantas merampas benang itu dari tangan Rini dan mengatakan jika dirinya juga bisa.

Namun, Rini tidak terima! Karena dialah yang berhasil menerbangkan layangan itu. Dia juga berusaha merampas kembali tali itu dari tangan Reno. Dan terjadilah saling rebutan.

“Sini Ren!” ucap Rini berusaha mengambil benang itu.

“Nggak! Biar aku yang menerbangkannya! Aku juga bisa! Lihat ini!”, sanggah Reno sambil terus mengulur benangnya agar layangannya semakin tinggi.

“Sini!”

“Nggak!”

Seperti itulah mereka bertengkar. Membuat Neina dan Leindra pusing melihatnya. Mereka pun menepuk jidat melihat tingkah orang dewasa itu yang seperti anak-anak.

“Apa! Apa!?”, ledek Reno dengan mengecoh Rini agar tidak bisa menggapai benangnya.

“Ih... Reno! Sini!”

Reno terus saja mengulur benangnya. Ia sangat senang melihat layangannya lah yang paling tinggi di antara layangan lainnya. Namun, wajah Neina dan Leindra berubah menjadi keheranan. Mereka menatap layangan itu dengan mulut yang ternganga.

“La.. layangannya tinggi banget”, ucap Neina yang keheranan.

“Hahaha, iyalah! Siapa dulu yang nerbangin”, seru Reno sombong.

“Tapi Om, benang layangan yang pegang mana?”, tanya Leindra.

Reno dan Rini langsung melihat tangan Reno. Ternyata Reno hanya memegang kayu yang sudah tidak ada benangnya lagi. Dengan kata lain, layangan itu kini sudah lepas dari kendali mereka.

“Tuhkan gara-gara kamu! Jadi beneran terbang deh tuh layangan!”, ucap Reno menyalahkan Rini!

“Enak aja! Kamu tuh, yang terlalu mengulur benangnya sampai habis!” bantah Rini yang tidak terima di salahkan.

“Oh, jadi kamu nyalahkan aku!”, ucap Reno sambil mendorong bahu Rini.

Rini benar-benar marah kali ini. Reno yang mulai duluan mengajaknya bertengkar. Dan kini ia pun menerima tantangan Reno.

“Iya, kamu yang salah!”, jawab Rini membalas mendorong bahu Reno juga.

“Apa!”, dorong Reno lagi!

“Apa!”, balas Rini lagi.

Dan begitulah mereka pada akhirnya. Bahkan lama kelamaan, Rini menjadi kesal dan langsung menjambak rambut Reno. Tentu saja Reno berteriak kesakitan. Tapi, Rini tidak mengampuni Reno begitu saja. Ia terus menjambaknya dengan sangat kuat.

Reno mengulurkan tangannya hendak menggapai sesuatu. Dan ia pun berhasil mendapatkan leher Rini dengan satu lengannya. Ia membalikkan Rini yang telah kesakitan itu. Kini ia yang memegang kendali dengan mengeratkan lengannya pada leher Rini.

Rini juga tidak mau kalah, ia berusaha menggapai punggung Reno, dan setelah dia rasa telah pada posisi yang pas Rini pun langsung beraksi.

BAM!

Rini mengangkat serta membanting tubuh Reno bak sebuah batu. Ia pun menyunggingkan senyumannya. Tidak di sangka keahliannya tidak berkurang sedikitpun walau sudah lama tidak di pakai.

“Awas kau ya!”, teriak Reno yang kesakitan.

Rini mundur beberapa langkah untuk menjauhi Reno sambil mengejeknya. Membuat Reno semakin tersulut api emosi. Ia pun bangkit dan langsung mengejar Rini. Dan terjadilah kejar-kejaran. Tapi bukan ala India yang sambil nyanyi di bawah guyuran hujan.

"Aaaaa!!", Reno berteriak seperti orang tidak waras sambil mengejar Rini.

Rini merasa sangat senang bisa memprovokasi Reno. Melihat Reno emosi seperti itu membuat wajahnya semakin lucu. Makanya, Rini tidak mau berhenti mengejek Reno. Ia berlari mundur sambil menjulurkan lidahnya.

Bruk! Reno tersandung akar pohon dan ia saat itu masih berusaha berlari namun sudah kehilangan keseimbangan. Lalu, ia pun jatuh di atas tubuh Rini yang telah menghadapnya. Mata mereka kini saling bertemu. Lama keduanya saling memandangi satu sama lain.

***

Terpopuler

Comments

Al Vian

Al Vian

lanjut Thor

2023-09-27

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!