Terlalu pelik semua masalah yang terjadi hingga saat ini. Sanjaya pun menghubungi sang ayah guna memberitahukan hasil penyelidikan anak buahnya.
Tuut...
Tuuut...
"Halo, ada apa nak?" jawab tuan Handoko.
"Begini pa, apakah papa sudah menerima email yang dikirimkan oleh Albert?" tanya Sanjaya.
"Email? apakah maksudmu tentang identitas gadis tosca itu? Atau mengenai Antonio?" ucap tuan Handoko.
"Keduanya pa. Jujur, aku bingung harus bagaimana saat ini. Apalagi setelah aku tahu tentang anak itu. Kalau sampai Emeliete tahu, betapa kecewa dan sedih Emeliete, pa. Karena ia sudah menganggap Andini sebagai anaknya sendiri. Sejak kematian kakak iparnya, Emeliete justru banyak memberikan kasih sayang. Tetapi... Aku sungguh tidak menyangka pa, ia jua lah yang mendorong anakku hingga keadaan anakku seperti ini." ujar Sanjaya sembari menahan amarahnya.
Tuan Handoko pun begitu terkejut mendengar penjelasan sang anak kepadanya. Kemudian ia membuka email yang dimaksud oleh Sanjaya. Tuan Handoko memperhatikan semua bukti foto dan video itu dengan teliti dan fokus.
Tepat ketika ia melihat anak yang dimaksud, betapa geramnya tuan Handoko. Ia tak habis pikir, apa mau si Robert itu. Tega sekali ia menyuruh anak tak berdosa melakukan hal seperti ini.
Lalu ia pun melihat email yang satu lagi. Semakin terkejut tuan Handoko, hingga hampir saja ia terjatuh dari kursinya. Bagaimana tidak, ternyata dugaannya tentang Antonio selama ini benar. Sebenarnya sejak awal ia sudah menduga bahwa Antonio ini seorang mata-mata. Namun, hingga saat ini, ia hanya memantau segala gerak gerik Antonio.
"Tenanglah, nak. Papa akan coba mencari jalan keluarnya. Kamu fokus saja terhadap istri, kedua anakmu dan proyek yang sedang kamu jalankan. Hal ini akan papa diskusikan dengan anak buah Romanov dan juga Arnold." Ucap Handoko seraya mematikan teleponnya.
***
Antonio yang sudah selesai dengan cutinya pun kembali ke kediaman Tuan Handoko. Begitu tiba di kediaman tempatnya bekerja, ia pun segera masuk ke kamarnya. Ia meletakkan tasnya di sofa yang ada di kamar itu. Kemudian ia segera membersihkan diri dan berganti pakaian.
Tak lama ia pun memberi kabar kepada bos besarnya. Setelah itu, ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Sejenak ia memandang langit-langit kamarnya dan perlahan ia pun memejamkan matanya.
Matahari pun perlahan mulai menghilang di kala Antonio terbangun akibat mendengar ketukan di pintu kamarnya. Awalnya ia hanya membiarkannya saja. Namun, semakin lama ketukan di pintu itu semakin keras. Antonio yang merasa terganggu, mau tidak mau beranjak dan membuka pintu kamarnya.
"Iya tunggu sebentar. Siapa sih, orang baru aja mau istirahat," gerutu Antonio.
Ceklek...
Pintu pun terbuka dan alangkah terkejutnya Antonio ketika melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata yang mengetuk pintu kamarnya adalah tuan Handoko. Sejenak Antonio hanya terdiam, lalu ia mempersilahkan tuannya masuk ke kamarnya.
"Silahkan duduk tuan besar. Ada gerangan apa tuan besar datang kemari?" ucap Antonio sembari menyingkirkan tasnya yang ia letakkan di sofa.
Tuan Handoko hanya tersenyum. Ia diam dan tak menjawab pertanyaan yang diajukan Antonio kepadanya. Tuan Handoko hanya memperhatikan keseluruhan kamar Antonio. Lalu, ia menangkap hal yang tak biasa di sudut dekat jendela kamar Antonio.
"Aku hanya ingin menanyakan kabar keluargamu. Apakah pengobatannya berhasil? Apakah dia sudah baik-baik saja?" tanya tuan Handoko sembari tetap fokus memperhatikan sekat yang ada di sudut dekat jendela kamar Antonio.
Handoko merasa seperti ada ruangan tersembunyi. Karena dia melihat ada sekat yang membatasi antara kamar Antonio ruangan tersebut. Bagaimana tuan Handoko bisa tahu? Karena kamar yang saat ini digunakan Antonio itu sebenarnya kamar yang digunakan untuk evakuasi para pelayan jika terjadi sesuatu di dalam mansion. Namun, seingat tuan Handoko sekat itu sebelumnya tidak ada. Karena lorong rahasia untuk evakuasi itu terletak di bawah tempat tidur Antonio.
Lalu bagaimana bisa ada sekat ? Ya tuan Handoko yakin bahwa selama Antonio bekerja di rumahnya, Antonio sudah membangunnya sendiri. Entah apa tujuannya membangun sekat itu. Karena kamar yang ditempati Antonio ini juga terhubung langsung dengan gudang. Di dalam gudang tersebut berisi cadangan peralatan kebun, peralatan dapur dan lainnya.
Di ruangan itu juga terdapat mesin cadangan listrik jika terjadi pemadaman listrik secara sengaja maupun tidak sengaja di dalam mansion.
"Keluarga saya baik-baik saja tuan. Semua berkat perhatian yang sudah tuan berikan. Saya dan keluarga saya mengucapkan banyak terima kasih." Ucap Antonio.
"Syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya, semoga keluargamu sehat-sehat. Dan untukmu Antonio, kuharap kau bisa menjaga kepercayaan dariku. Kau tahu akibat dari berkhianat denganku, bukan?" ucap tuan Handoko sembari tersenyum penuh arti.
Antonio yang melihat senyuman itu pun hanya bisa mengangguk perlahan. Ia meneguk ludahnya dengan kasar. Sesaat ia merasa lehernya tercekik. Aura tuan Handoko memang bisa membuat siapa saja tidak berkutik. Ucapan yang lembut dan senyuman yang penuh arti membuat siapa saja merasa terintimidasi olehnya.
***
Keesokan harinya, Rashie yang saat ini sedang menjalani aktivitasnya yaitu belajar, justru teralihkan fokusnya. Ia melihat dari jendela kamarnya, Antonio sedang menelepon seseorang. Kebetulan ruang Rashie belajar dengan guru privatnya itu bersebelahan dengan posisi Antonio.
Rashie yang penasaran pun meminta izin kepada gurunya untuk ke toilet.
Diam-diam Rashie pergi mendekat ke arah Antonio. Lalu Rashie merekam pembicaraan mereka dengan ponselnya.
"Halo tuan. Bagaimana ini tuan? Sepertinya tuan Handoko mulai mencurigai sesuatu," ucap Antonio resah.
"...."
"Baiklah tuan, kali ini akan saya tingkatkan dosisnya," ucap Antonio seraya tersenyum licik.
Tanpa Antonio sadari, bahwa pembicaraannya sudah direkam oleh Rashie.
"Jadi memang benar kata Emmy, kalau Antonio yang memasukkan obat tersebut?" gumam Rashie.
Kemudian Rashie kembali keruangan dimana gurunya sedang menunggu dirinya.
Ia kemudian duduk, dan meminta maaf kepada gurunya karena ia terlalu lama di toilet.
Guru itu menganggukkan kepala lalu meminta Rashie untuk melanjutkan tugasnya.
Tak terasa matahari sudah meninggi, menandakan bahwa waktu belajarnya sudah selesai. Sang guru pun kemudian pamit pulang.
Setelah kepulangan sang guru, Rashie bertanya kepada Emmy apakah kakeknya ada di rumah atau tidak.
"Uhm, kak Emmy apakah sedang sibuk?" tanya Rashie seraya melangkah ke kamarnya dan meletakkan tasnya di meja belajar.
"Tidak nona, memangnya ada apa? Apakah nona membutuhkan sesuatu?" tanya Emmy seraya membantu Rashie membereskan buku-bukunya.
"Apakah kakek atau paman Arnold ada di rumah? Ada yang ingin Rashie sampaikan," ucap Rashie.
"Tuan besar sedang berada di ruang kerjanya nona. Kalau tuan Arnold tidak ada di rumah. Beliau pergi untuk menyelidiki sesuatu. Apakah nona ingin bertemu dengan tuan besar?" tanya Emmy kembali.
Rashie menganggukkan kepalanya dan meminta Emmy untuk membantunya bersih-bersih. Ia terlihat terburu-buru, karena sudah mendekati jam makan siang.
Emmy yang melihat nona muda berlari pun ikut berlari. Tak lama sampailah mereka di ruang kerja sang kakek. Rashie pun mengetuk pintu.
Tok...
Tok...
Tok...
Handoko yang mendengar pintu ruang kerjanya diketuk pun mengalihkan fokusnya dan meminta orang yang mengetuk untuk masuk.
"Masuklah," ucap Handoko.
Rashie pun bergegas masuk dan meminta kak Emmy menunggu di luar untuk memastikan tidak ada orang yang masuk ke dalam selagi ia berbicara dengan sang kakek.
Emmy pun mengangguk dan menunggu nona mudanya di luar.
"Kakek... Sedang sibuk?" tanya Rashie seraya mengecup pipi sang kakek.
"Tidak cucuku sayang. Ada apa?" tanya tuan Handoko seraya mengajak Rashie duduk di sofa.
"Uhm, begini kakek, tadi ketika Rashie sedang belajar, tak sengaja melihat paman Antonio seperti sedang menelepon seseorang. Karena gerak geriknya mencurigakan, Rashie pun mengikutinya." Ucap Rashie.
"Lalu, apa yang Rashie ingin sampaikan kepada kakek, hem?" ujar sang kakek kembali.
Rashie pun menyerahkan ponselnya dan meminta sang kakek untuk mendengarkan yang sudah direkamnya.
Tuan Handoko pun mendengarkan dengan seksama, betapa kagetnya saat ia mengetahui bahwa Antonio masih saja akan melakukan hal terkutuk itu. Ia tak habis pikir, padahal ia sudah mempercayai Antonio.
"Kau ingin bermain rupanya," ucap Handoko sembari menyeringai mengerikan.
Rashie pun menepuk tangan kakeknya, ia mengajak kakeknya untuk ikut ke bawah. Karena sudah waktunya makan siang.
Handoko kemudian mengangguk dan menggandeng Rashie. Emmy mengikuti di belakang keduanya.
Tuan Handoko memasuki lift, di susul dengan Emmy lalu seraya berbisik," Hubungi Arnold dan anak buah Jacob. Katakan padanya, untuk segera datang malam ini ke markas. Bawa Antonio dan kurung dia di sana. Katakan juga mereka bebas menginterogasinya dengan cara apapun."
Emmy pun mengangguk dan mengirimkan pesan tersebut. Arnold yang sedang berada di luar mengintai Andrew pun kaget ketika membaca isi pesan tersebut.
"Antonio, nasibmu mungkin berakhir disini." gumam Arnold.
***
Mohon maaf ya teman-teman, karena updatenya lama. Berhubung author kurang enak badan 1 minggu ini ada acara. Tapi, selanjutnya tidak lagi. Terima kasih sudah setia menunggu🥺🥺
Selamat membaca🥰🥰😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments