Setelah berkutat lumayan lama di depan laptopnya, sebuah email pun masuk. Arnold pun membuka email tersebut yang ternyata berisi tentang laporan yang sudah ia minta sebelumnya. Arnold dan Albert saat ini berada di restoran yang merupakan lokasi penculikan nona bungsu keluarga Edelmiro.
Sedangkan Albert masih sibuk berkutat dengan berkas berisi semua informasi yang sudah dikumpulkan sejak terjadinya penculikan tersebut.
Arnold terkejut ketika membaca dan membuka sebuah link. Karena setelah ia mengklik link tersebut, bermunculan semua foto serta video yang memperlihatkan secara jelas siapa yang membawa nona bungsunya.
Albert yang melihat Arnold hanya terdiam pun, kemudian sedikit menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan Arnold. Albert yang melihat foto itu juga seketika membelalakkan matanya.
Ia lalu memandang ke arah Arnold yang benar-benar tidak bereaksi apa pun. Arnold hanya menghela nafasnya kasar. Ternyata dugaannya selama ini memang benar. Ditambah dengan informasi yang diberikan Albert dan anak buah tuan muda Jacob Romanov yang berhasil mendapatkan CCTV dari satu buah truk yang kebetulan berada tak jauh di mana nona Rashieka disekap.
Berdasarkan informasi yang Arnold peroleh, ditambah lagi dengan petunjuk yang diterimanya dari Jacob maupun dari Albert bahwa truk itu berada di sana kurang lebih satu minggu. Dikarenakan sang pemilik sekaligus supirnya sedang berada di luar kota.
Lokasi truk itu berada di halaman sebuah ruko yang berjarak 3 bangunan dari restoran tersebut. Arnold fokus melihat video tersebut. Setelah berkutat sangat lama, akhirnya ia menemukan kembali bukti yang tidak bisa dibantah sedikit pun.
Tato yang ada di leher Andrew menjadi bukti kuat bahwa memang dia si pelaksana penculikan itu. Kenapa Arnold tidak menyebutnya sebagai pelaku? Karena setelah Arnold menonton video itu ia pun beralih ke video yang satu lagi di mana Roy sedang menelepon seseorang sembari menunggu Andrew membawa nona Rashieka.
Hari itu bukanlah keberuntungan Roy. Kenapa demikian? Karena ketika Roy menelepon menghadap ke sebuah bangunan yang mana terdapat CCTV yang bisa merekam gambar maupun suara. Sehingga isi percakapan Roy dengan si penelepon terdengar sangat jelas. Hanya saja suara si penelepon seperti disamarkan agar identitasnya tidak ketahui .
Arnold pun serius mendengarkan isi percakapan Roy dengan si penelepon. Arnold hanya bisa menerka-nerka siapa orang yang ditelepon oleh Roy. Apakah itu orang yang menjadi dalangnya atau hanya kambing hitam saja?
"Bagaimana situasi di sana? Apakah si Handoko dan anaknya itu sudah pergi? Lalu di mana anak kecil itu? Apakah kalian berhasil membawanya?" tanya si penelepon.
"Iya tuan, mereka sudah pergi setelah asistennya menyampaikan pesan yang sudah kita kirimkan. Tanpa mereka sadari bahwa kepergian mereka tersebut membuat kita bisa melanjutkan rencana kita. Saya membuat restoran itu seolah-olah mengalami kebakaran dan semua orang yang ada di restoran itu saat ini sudah dievakuasi sesuai dengan rencana." jelas Roy bersemangat.
"Lalu di mana temanmu Pharos? Apakah kau sendirian saat ini? Aku tidak mendengar suaranya di sampingmu," ujar si penelepon.
"Ah iya tuan, saya sedang sendiri saat ini. Dia sedang mengambil anak itu dari dekapan ibunya. Situasi saat ini sangat kacau tuan. Dan itu mempermudah kami untuk segera mengambil anak itu. Dia sedang mengarah ke mari tuan. Saya akan melaporkan kembali ketika kami sudah tiba di alamat yang tuan sebutkan tadi," ucap Roy seraya berbalik ke arah mobil lalu masuk dan menunggu Andrew.
"Baiklah kalau begitu. Segera kabari aku ketika kalian sudah tiba di sana. Aku sudah menghubungi pengurus di sana. Mereka akan mengizinkan kalian masuk dan ingat, jangan izinkan anak itu keluar dari kamarnya sekali pun. Tempatkan beberapa penjaga untuk menjaga di sekitar kamar itu baik di dalam ataupun di luar. Kemudian amankan CCTV setiap harinya. Jangan lupa, kalian harus melaporkan semuanya kepadaku, mengerti?" ucap orang itu.
"Baik tuan, saya mengerti. Oh ya, bagaimana dengan imbalan kami? Apakah sesuai dengan yang tuan janjikan?" tanya Roy.
"Tenang saja, akan aku berikan pada kalian ketika pengurus di sana mengkonfirmasikan kepadaku. Tapi ingat, kalian jangan berani sekali pun memberitahukan segalanya atau kalian akan menerima akibatnya. Rahasiakan hal ini, bukankah kita harus bermain dengan aman?" ujar si penelpon.
"Baik tuan saya mengerti," ucap Roy seraya memutus telepon tersebut.
Setelah mendengarkan percakapan itu, Arnold kembali syok. Ia sungguh tak menyangka hanya demi uang mereka rela melakukan hal ini. Lalu yang lebih tak disangka oleh Arnold dan tentunya Albert, bahwa orang yang membawa nona muda mereka ternyata teman baik dari tuan Sanjaya Edelmiro.
Setelah semua bukti terkumpul, Arnold dan Albert segera beranjak dari restoran itu menuju ke kediaman Edelmiro. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara, baik itu Arnold maupun Albert.
Tepukan di bahu Arnold pun menyadarkannya. Ia melirik ke arah Albert dengan sedikit memiringkan kepalanya.
"Apa kau baik-baik saja Arnold? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Bukankah dengan bukti ini sudah sangat jelas bahwa pelakunya adalah tuan Andrew? Kita bisa melaporkannya ke polisi, bukan?" ucap Albert.
"Albert tenanglah, aku baik-baik saja. Aku merasa kita tidak usah terburu-buru untuk melaporkannya ke polisi. Walau dengan bukti yang ada sudah lebih dari cukup untuk memenjarakannya. Hanya saja, kita tidak tahu siapa orang di belakang mereka. Bisa saja orang tersebut masih terus mengawasi Andrew. Kalau kita bertindak gegabah, bisa saja kita kehilangan Andrew dan kita tidak akan pernah tahu dalang yang sesungguhnya. Aku tidak ingin kita kehilangan kesempatan itu Albert," ucap Arnold seraya menatap keluar jendela mobil.
"Ah... Maafkan aku, Arnold. Aku tak berpikir ke sana karena terlalu terkejut dengan begitu banyak bukti yang sudah terkumpul. Semuanya sesuai dengan dugaanmu. Aku menyangka mungkin ini sebuah kebetulan saja, akan tetapi dengan bukti sebanyak ini yang kita terima ditambah bukti yang sudah diserahkan oleh orang suruhan tuan Jacob, aku semakin yakin ini akan menjadi sangat panjang dan rumit." ucap Albert.
"Kau benar, ini akan menjadi proses yang panjang. Kita tak tahu akan ada kejutan apalagi ke depannya. Aku hanya berharap nona Rashieka segera pulih, baik itu fisik dan ingatannya." ucap Arnold lagi.
"Oh iya, apakah temuan ini akan kita laporkan ke tuan Handoko atau tuan Sanjaya?" tanya Albert.
"Akan kita laporkan kepada mereka berdua. Karena ini menyangkut nona bungsu." ucap Arnold.
"Apakah kau lupa? Benarkah tidak apa-apa kalau kita laporkan hal ini ke tuan Sanjaya juga? Apakah kau yakin?" tanya Albert lagi.
Mendengar pertanyaan Albert, Arnold pun seketika teringat yang ia ucapkan sebelumnya. Bahwa mereka harus merahasiakan hal ini dari tuan Sanjaya.
"Ah... Aku lupa Albert. Untuk sementara waktu, jangan sampai tuan Sanjaya mengetahui fakta ini. Karena, jika ia mengetahuinya, kemudian mengambil tindakan tersendiri, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk mengetahui dalang sesungguhnya." ucap Arnold.
***
Setibanya mereka di kediaman Edelmiro, Albert pun pamit untuk segera ke rumah sakit. Karena ia mendapatkan telepon bahwa ada pasien darurat.
Arnold pun mengangguk dan segera menuju ke ruang kerja tuan Handoko. Sesampainya di sana, ia segera melaporkan semuanya tanpa ada yang di tutupi.
Mendengar penjelasan serta temuan yang di berikan Arnold, Handoko pun menggebrak meja dengan keras. Ia marah kecewa dan sedih. Sungguh ia tak menyangka, bahwa anak dari sahabatnya yang melakukan hal ini.
Namun, ia pun memerintahkan kepada Arnold agar pembicaraan yang terjadi di ruang kerjanya tidak diketahui siapa pun termasuk Sanjaya.
***
Apakah yang akan dilakukan sang kakek selanjutnya?
Lalu, bagaimana dengan perkembangan Rashieka?
Nantikan di bab selanjutnya
Selamat membaca teman-teman 🥰🥰😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments