Tuan Handoko berpikir dengan keras, bagaimana caranya agar bisa memancing Antonio untuk membuka mulutnya. Besok merupakan hari terakhir Antonio cuti. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan serta pengintaian yang dilakukan Arnold serta Albert, Andrew sama sekali tidak mengetahui siapa bos besar mereka.
Tuan Handoko benar-benar penasaran kenapa Antonio tidak memberitahukan kepada Andrew dan juga Roy mengenai identitas bos besar mereka. Tuan Handoko mencurigai satu nama namun, ia masih ragu untuk mengungkapkannya. Ia masih memikirkan konsekuensi dari tindakannya.
Jikalau mereka bertindak gegabah, maka penyelidikan yang dilakukan oleh orang kepercayaannya itu hanya akan berakhir sia-sia. Ditambah data yang sangat valid dari hasil pengintaian dan penyelidikan selama ini.
Dia juga tidak ingin terburu-buru dalam mengambil tindakan. Karena hal itu akan berakibat fatal terutama terhadap Sanjaya dan Emeliete. Handoko yakin, mereka berdua akan sangat marah dan kecewa ketika mengetahui bahwa orang yang membawa Rashieka 3 tahun lalu di saat evakuasi yang terjadi di restoran tersebut adalah Andrew.
Handoko sangat tahu akan persahabatan yang terjalin diantara anaknya dengan Andrew dan juga Alex. Mereka bertiga adalah 3 orang pewaris utama dari tiap perusahaan. Mereka juga terkenal sebagai pribadi yang supel, cerdas dan populer.
Kenyataan pahit ini dijadikan sebagai pelengkap aktingnya. Lebih tepatnya sandiwara mereka yang diracuni dan mengalami halusinasi. Hal ini akan dijadikan Handoko sebagai pancingan. Apakah Antonio akan segera mengungkapkannya atau tidak.
"Sungguh fakta yang tidak bisa terbantahkan oleh apa pun. Sahabat anakku lah yang telah melakukan hal ini. Uang? Apakah hanya itu alasannya melakukan hal ini? Bukankah perusahaan PHS milik ayahnya tidak akan bangkrut semudah ini?" gumam Handoko sembari melihat kembali video itu.
Tanpa Arnold dan tuan Handoko sadari, di luar ruangannya ternyata ada asisten kepercayaan tuan Sanjaya. Ia kebetulan datang untuk memberitahukan mengenai perkembangan lanjutan rencana proyek yang akan dilaksanakan di Kalimantan dan Jerman. Bertepatan kedatangannya asisten tersebut ternyata sedang menerima telepon dari bosnya yaitu tuan Sanjaya.
Percakapan yang terjadi di ruang kerja ayahnya itu tentu saja terdengar olehnya. Sanjaya benar-benar syok dan kecewa. Namun, ia hanya bisa terpaku menatap ke luar jendela. Ia membayangkan apakah anaknya melihat tato yang dimiliki Andrew atau tidak. Lebih tepatnya apakah Rashieka bisa mengingat hal itu?
Disaat seperti ini ia membutuhkan Emeliete. Karena Emeliete lah yang biasanya bisa menenangkan dirinya. Begitu banyak yang dipikirkan Sanjaya. Apakah ia harus memberitahukan Emeliete atau tidak. Karena, jika Emeliete tahu, sudah bisa dipastikan kesedihan Emeliete semakin bertambah. Ia tak ingin Emeliete jatuh sakit. Belum lagi sejak kepergian Rashieka hampir 5 bulan ke Jerman, membuat kondisi kesehatan Emeliete sedikit menurun.
***
Tok...
Tok...
Tok...
Mendengar suara ketukan, Handoko menginstruksikan kepada Arnold untuk membereskan semua dokumen yang ada di meja. Butuh waktu sekitar 5 menit untuk membereskannya. Lalu orang itu dipersilahkan masuk.
"Iya, masuk," jawab Handoko.
Tak lama sang asisten pun masuk dengan membawa beberapa berkas serta dokumen berisi proposal yang akan di presentasikan minggu depan. Semuanya berkaitan dengan rencana pengembangan proyek di dalam dan di luar negeri.
"Permisi tuan, saya Mark, asisten tuan Sanjaya yang baru. saya kemari membawa semua berkas serta dokumen yang berisi proposal untuk rapat minggu depan." terang sang asisten.
Handoko pun mengangguk dan membuka serta membaca isi berkas dan dokumen tersebut. Awalnya tidak ada yang aneh ataupun mencurigakan.
Namun, begitu melihat daftar orang-orang yang akan menghadirinya, seketika raut wajah Handoko menjadi sedikit menyeramkan.
Arnold dan sang asisten pun hanya bisa menunduk.
"Siapa yang mengatur daftar orang-orang ini?" tanya Handoko dingin.
"Mohon maaf tuan, saya tidak tahu. Karena begitu saya masuk kerja, semua ini sudah ada di meja saya beserta sebuah memo. Ketika saya menanyakannya kepada tuan Sanjaya, beliau mengatakan itu dari bagian humas. Karena ada beberapa perombakan di kantor, sehingga untuk semua yang berkaitan dengan rapat, proposal, dan lain sebagainya di handle oleh divisi humas dan administrasi serta untuk rincian biaya oleh divisi keuangan," ucap sang asisten secara jelas.
Arnold yang mendengar penjelasan Mark pun mengambil dokumen dan melihat daftar orang-orang yang akan menghadiri rapat minggu depan. Arnold pun tercengang, pasalnya terdapat nama Hans dan Pharos.
"Tunggu, apa maksud semua ini? Kalau tuan Hans ya masih bisa dimaklumi. Tapi tuan Pharos? Apakah ini adalah orang yang sama dengan orang yang menculik nona Rashieka?" gumam Arnold.
"Mark, beritahukan kepadaku siapa yang mengurus hal ini. Lalu laporkan kepadaku segera. Aku mau nanti malam sudah ada datanya. Hmm...Kau bisa memberikan data itu kepada Arnold saja. Biar dia yang menyampaikan langsung kepadaku." tegas tuan Handoko sembari meminta mereka keluar dari ruangan kerjanya.
Mark pun mengangguk lalu membereskan dokumen tersebut kemudian dia keluar menuju lantai bawah.
Sesampainya di bawah, Arnold mengajaknya untuk duduk diruang tamu sembari menyesap teh buatan bibi, tak lupa dengan cemilan kentang.
"Hey Mark, boleh aku bertanya kepadamu?"
"Silahkan saja tuan. Saya akan menjawab sesuai dengan yang saya ketahui," jawab Mark.
"Sepertinya dia tahu apa yang akan aku tanyakan kepadanya. Apakah dia mau menjawab dengan jujur?" gumam Arnold seraya menimbang-bimbang apakah akan menanyakannya. Kendatipun hal itu terdengar sepele, namun, bukan berarti tidak membantu sama sekali.
"Boleh aku tahu kemana asisten tuan Sanjaya yang sebelumnya? Karena yang kutahu kinerja dia sangat mumpuni dan juga disukai oleh tuan Sanjaya?" tanya Arnold seraya melirik ke arah Mark.
"Sebenarnya asisten yang lama ketahuan melakukan tindakan korupsi yang sangat besar. Dia beralasan membutuhkan biaya untuk berobat ibunya. Namun, ia ketahuan berbohong, karena uang itu ia pakai untuk melakukan hal-hal kotor seperti berjudi." jelas Mark.
Arnold pun mengangguk tanda paham. ia akan menyelidiki hal ini. Karena kemunculan nama Pharos di daftar itu sangat mencurigakan. Pasalnya ia sudah menyelidiki bahwa semua perusahaan yang berada atas nama Pharos, sudah di ambil alih oleh perusahaan lain.
Arnold meminta anak buahnya untuk menyelidiki hal ini. Tak butuh waktu lama untuk Arnold mendapatkan semua informasi tersebut. Namun, alangkah tercengangnya Arnold ketika melihat semua data hasil penyelidikan anak buahnya. Ternyata, perusahaan Pharos diakuisisi oleh perusahaan milik keluarga Hans.
Bagaimana bisa perusahaan sekecil itu mengakuisisi perusahaan sebesar milik keluarga Pharos? Apa ini ada kaitannya dengan yang dilakukan oleh tuan Andrew?
Kalau iya, maka ini menjadi pukulan telak yang kesekian kalinya untuk tuan Handoko, terutama tuan Sanjaya.
***
Penasaran bagimana kelanjutannya?
Sabar ya teman-teman. Akan dikupas di bab selanjutnya.
Happy Reading🥰🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments