Setibanya di rumah sakit, semua sudah siap. Karena Alex sudah memberitahukan untuk menyiapkan segala yang diperlukan. Sehingga begitu tiba, Rashie bisa langsung ditangani oleh dokter di sana.
Sanjaya sudah berusaha menahan amarahnya sedari tadi. Ia begitu kesal, kenapa anak buahnya bisa teledor dalam pengawasan di rumah tersebut. Padahal ia sudah memberitahukan segalanya secara detail untuk tidak membuat kesalahan dan benar-benar mengawasi dengan ketat.
Adam dan Sean yang mendengar adiknya kecelakaan pun sungguh tidak bisa menahan amarah dan kekesalannya. Mereka kesal karena tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Adam pun menoleh ke arah Helion lalu menanyakan perihal kejadian ini.
"Helion, bukankah tadi Rashie bersama denganmu? Kenapa ia bisa kecelakaan begini, hah?" teriak Adam kepada Helion.
"Sudah kak, bisakah kakak menanyakan hal ini dengan kepala dingin?" ucap Sean sembari menahan kakaknya untuk tidak mengamuk.
"Bisakah kamu tenang sedikit, Adam? Adikmu sedang diperiksa. Sebaiknya kamu menemani mamamu di sana. Mama kalian pasti shock dan sangat sedih. Nanti om dan papamu yang akan menanyakan hal ini kepada Helion." Tegas Alex sembari menatap anaknya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Helion hanya bisa terus menunduk dan menahan kecewa, kesal dan semuanya bercampur menjadi satu. Ia terus menyalahkan dirinya. Akibat kelalaian dirinya, Rashie mengalami kecelakaan fatal seperti ini. Tepat di hari ulang tahunnya, yang seharusnya ia bisa tersenyum ceria. Namun, yang ada hanya suara tangisan dari tante Emeliete, yang terdengar begitu pilu.
"Kenapa lama sekali dokter itu memeriksa Rashie? Apakah begitu lukanya begitu parah?" ucap Sanjaya dengan penuh cemas.
Alex pun berusaha menenangkan sahabatnya itu. Ia paham apa yang dirasakan oleh sahabatnya. Bagaimana tidak, baru 1 tahun si putri bungsu dapat berkumpul kembali bersamanya. Namun, hal ini yang terjadi, tepat di hari ulang tahunnya.
Sembari menunggu, Sanjaya mendapatkan kabar bahwa tidak ditemukan jejak yang menyebabkan putrinya kecelakaan. Karena cctv rumah itu tidak bisa menangkap gerakan apapun ketika mengarah ke tiang listrik.
"Pokoknya kalian cari dari berbagai sudut. Tidak mungkin tidak ada celah. Saya tidak mau tahu, kalian harus bisa menemukan bukti biar sekecil apapun itu. Jika tidak, kalian tahu akibatnya. Paham!" teriak Sanjaya.
Ia begitu marah dan kecewa dengan laporan dari anak buahnya tersebut. Alex lalu mengatakan bahwa ia akan membantu sebisa mungkin agar bisa menemukan bukti tentang kecelakaan yang dialami oleh Rashie.
"Helion, kemari!" perintah Alex dengan suara yang cukup menakutkan.
Helion pun berjalan mendekati om Sanjaya juga papanya. Langkah demi langkah terasa begitu berat. Helion yakin ia akan mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Namun, ia sudah siap dengan segala resiko akibat kelalaiannya.
"Bisa kamu jelaskan kepada kami kenapa hal ini bisa terjadi? Seperti kata Adam dan Sean, bukankah saat itu Rashie bersama denganmu? Kamu kemana saja sehingga Rashie bisa kecelakaan Helion Kim?" teriak Alex kepada anaknya.
Sesungguhnya ia tidak ingin marah. Namun, karena kelalaian anaknya sehingga putri dari sahabatnya mengalami hal mengerikan ini. Alex sungguh malu kepada Sanjaya.
"Sebenarnya, ketika Rashie bermain sepeda, Helion masih bersama dengannya. Hanya saja saat itu Rashie kelihatan haus. Helion sudah mengatakan kepadanya tunggu di sana dan tidak usah sampai ke jalan. Helion hanya memanggil salah satu maid untuk membawakan cemilan juga minuman. Namun, begitu berbalik, Rashie... Rashie... "
Helion tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia pun menangis dan berteriak hingga terduduk.
"Om, maafkan Helion om. Helion tidak bermaksud mencelakakan Rashie. Helion sangat sayang Rashie om. Rashie adalah sahabat sekaligus adik buat Helion om. Helion sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Helion sambil sesenggukan.
Sanjaya yang melihat anak sahabatnya menjelaskan hingga menangis sesenggukan, membuatnya menjadi semakin sedih. Ia tahu bagaimana sayangnya Helion terhadap Rashie. Ia juga tidak menyalahkan Helion, karena ia tahu tidak mungkin Helion tega menyakiti Rashie.
"Sudah nak, bangunlah. Om tidak marah dan menyalahkan dirimu. Om tahu kamu sangat sayang dan begitu menjaga Rashie. Om akan mencari tahu apakah hal ini berkaitan juga dengan kejadian 3 tahun yang lalu. Karena om merasa bahwa hal ini direncanakan oleh orang yang sama." Diraihnya tubuh Helion dan dipeluknya dengan erat.
Pelukan itu membuat tangis Helion semakin menjadi. Lalu ia teringat sesuatu.
"Om, saat kami bermain, tidak hanya ada saya dan Rashie. Sekilas saya melihat Andini juga di sana. Namun, karena fokus ke arah Rashie, saya tidak begitu memperhatikan kemana Andini pergi atau apakah ia masih di sana juga saya tidak tahu," lirih Helion.
Mendengar hal itu, Sanjaya dan Alex pun saling pandang. Namun, mereka berusaha menepis apa yang ada dipikiran mereka saat ini.
"Sanjaya, kau tidak memikirkan seperti yang kupikirkan saat ini, kan?" ujar Alex.
"Hem, entahlah lex. Aku begitu bingung saat ini. Lalu, mengapa dokter lama sekali memeriksa putriku?" ucap Sanjaya sembari menyenderkan tubuhnya ke kursi di ruang tunggu.
Selagi mereka berkutat dengan pikiran masing-masing, ruangan itu terbuka.
Seketika Sanjaya beranjak dari duduknya lalu menghampiri dokter tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan putri saya? Apakah lukanya parah? Apakah dia baik- baik saja?" cecar Sanjaya kepada Rey yang tak lain adalah dokter yang menangani putrinya.
"Tuan bisakah anda menanyakannya dengan perlahan? Lebih baik kita bicarakan ini di ruangan saya. Mari kita bahas di sana." Tegas dokter Rey.
Alex memerintahkan beberapa anak buahnya untuk berjaga di depan ruangan Rashie dan juga Emeliete. Adam, Sean dan Helion diminta untuk menunggu di ruangan Emeliete saja.
"Kalian bertiga tunggu dan temani mama kalian, dan kamu juga Helion. Setelah selesai, papa dan om Alex akan menyusul kalian," ucap Sanjaya sembari berlalu menyusul Alex dan dokter Rey yang telah berjalan terlebih dahulu.
Setibanya di ruangan Rey, mereka dihadapkan dengan kenyataan pahit.
"Mohon maaf sebelumnya tuan Sanjaya dan tuan Alex. Jika keterangan yang saya berikan dari hasil pemeriksaan terhadap putri bungsu tuan Sanjaya tidak begitu baik," papar dokter Rey kepada mereka berdua.
"Apa maksud dokter kalau nyawa anak saya terancam tidak bisa diselamatkan?" ucap Sanjaya dengan sedikit berteriak sambil menggebrak meja.
"Sanjaya, kau harus tenang. Usahakan kita mendengar penjelasan dokter Rey hingga akhir. Jiak tidak memungkinkan untuk dirawat di sini, kau bisa membawanya berobat ke luar negeri. Jadi, sekarang kau usahakan tenang, oke?" ucap Alex seraya menepuk bahu Sanjaya.
Sanjaya hanya bisa pasrah dan mengatur nafasnya kembali. Setelah dirasa cukup tenang, dokter Rey melanjutkan penjelasannya.
"Begini tuan Sanjaya, akibat kecelakaan tersebut dipastikan bahwa terdapat beberapa benturan di bagian kepala putri tuan. Lalu, kaki kanan serta tangan kirinya juga mengalami patah tulang di beberapa bagian. Untuk saat ini kita harus segera melakukan tindakan operasi. Terutama di beberapa tulang yang patah dan juga bagian kepala putri tuan. Setelah itu bisa kita pantau untuk selanjutnya." Terang dokter Rey.
Sanjaya yang mendengarkan hal itu tentu saja shock. Ia tak menyangka putri kecilnya akan mengalami hal mengerikan seperti ini.
"Lakukan yang terbaik dok, tolong selamatkan putri saya." ucap Sanjaya sembari menunduk.
"Alex,bagaimana jika Emeliete mendengar hal ini? Aku sungguh tak bisa membayangkan kesedihan yang akan dirasakannya. Begitu jua dengan Helion. Aku yakin ia akan merasa paling bersalah. Tolong kau perhatikan Helion, Alex. Aku tak ingin ia terpuruk akibat kejadian ini. Aku yakin ini ulah orang yang sama dengan kejadian beberapa tahun lalu," ucap Sanjaya.
Alex hanya mengangguk dan meyakinkan Sanjaya bahwa semua akan baik-baik saja.
Operasi pun dilakukan malam itu juga. Para dokter sudah bersiap dan akan segera melakukan operasi. Setelah beberapa lama operasi pun selesai dilakukan.
"Untuk sementara kita perlu memantau keadaan nona Rashie. Apakah ada efek samping dari operasi ini atau tidak. Kita bisa mengetahui hal itu jika ia sudah sadar, " tutur dokter Rey.
Sanjaya, Alex, Adam, dan Helion pun mengangguk. Sean tidak ikut karena ia mau menjaga mamanya yang masih menangis.
"Sean, bagaimana dengan Rashie? Mama tidak sanggup kalau harus berpisah dengan Rashie kembali. Mama harus bagaimana Sean?" ucap Emeliete sembari sesenggukan
"Mama tenang saja. Rashie pasti lekas sembuh dan berkumpul bersama kita. Sekarang mama istirahat ya, nanti mama sakit." bujuk Sean sambil menggenggam tangan mamanya.
Emeliete pun hanya mengangguk pelan. Dan tak lama ia pun tertidur. Wajar saja, karena ia begitu lelah dan sedih. Baru saja berkumpul bersama, sudah ada kejadian tidak mengenakkan seperti ini. Ia hanya tidak ingin jika Rashie berpisah darinya. Kenapa bisa ia berpikir begitu? Sudah dapat dipastikan ayah mertuanya siapa lagi kalau bukan kakek Handoko Edelmiro akan membawa Rashie untuk menjalani pengobatan di Jerman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments