Keesokan paginya Andrew sudah siap. Ia akan ke bandara bersama Antonio. Swiss, itulah negara yang akan dituju Andrew. Karena di sana merupakan kampung halamannya.
Andrew yang terlahir sebagai anak seorang pengusaha hidup dengan berkecukupan. Namun, tidak lama perusahaan ayahnya pun mengalami kebangkrutan.
Ketika tahu akan hal itu, Andrew pun hanya bisa terdiam. Tak lama ia pun pergi bersama dengan Roy mulai mencari pekerjaan. Mereka pun pergi dari kampung halamannya.
Awalnya mereka hanya bekerja serabutan. Tak lama mereka mendapatkan pekerjaan tetap sebagai pengantar paket. Roy bekerja sampingan sebagai pengirim pesan para anggota-anggota organisasi bawah tanah. Berawal dari sanalah, Roy bisa mengenal keluarga Edelmiro, Romanov bahkan Hans. Yang mana pada akhirnya mereka pun terlibat dalam penculikan Rashieka.
Pesawat yang ditumpangi oleh Andrew akan lepas landas sekitar pukul 08.00 pagi. Tanpa Antonio dan Andrew sadari sudah ada sekitar lebih dari 10 orang anak buah baik itu dari tuan Edelmiro maupun anggota Wolf yang mana juga merupakan orang kepercayaan tuan Romanov. Saat ini mereka tengah mengawasi dan saling memberikan informasi selengkap mungkin.
***
Tak lama pemberitahuan pun terdengar. Andrew mengecek kembali barang yang dibawanya.
"Kabari aku ketika kau sudah tiba di sana. Berhati-hatilah, karena kita tidak akan pernah tahu kapan mereka akan mengetahui tempat persembunyianmu. Karena seperti yang kau tahu, cepat atau lambat mereka akan segera mengetahuinya. Atau mungkin saja ini sudah ada mata-mata di sekitarmu," ucap Antonio seraya memeluk Andrew dan menepuk bahunya pelan.
Andrew yang mendengarkan ucapan Antonio pun memicingkan matanya dengan tajam. Ia pun mengalihkan pandangannya menatap langit. Memikirkan semua ucapan yang baru saja ia dengar. Mencari keberadaannya bukanlah hal sulit untuk anak buah tuan Romanov. Namun, sampai detik ini yang mereka ketahui tentang Andrew adalah sebagai saksi bukan pelaku apalagi perencana.
"Kau melihatnya bukan dari sana? Kenapa kau bisa terjebak dan akhirnya nyawamu melayang? Apa saja yang kau sembunyikan dariku Roy? Apa yang harus aku lakukan sekarang, padahal saat itu kita hanya menginginkan uangnya saja. Ternyata kita sudah terlibat terlalu jauh," Gumam Andrew.
"Baiklah Antonio. Nanti setibanya di sana, akan aku kabari. Kalau ada sesuatu, cepat beritahu aku. Biar aku bisa segera bersiap," ucapnya.
Setelah melihat pesawat yang ditumpangi Andrew lepas landas, Antonio pun segera menghubungi tuannya.
Tuut...
Tut...
"Dia sudah berangkat tuan. Dia kembali ke rumah. Ketika dia tiba, aku memintanya untuk segera mengabari aku. Setelah itu, akan segera aku laporkan tuan," ucap Antonio sembari menuju ke parkiran lalu ia pun pergi dari bandara menuju rumahnya.
Arnold yang melihat kepergian Antonio pun keluar dari persembunyiannya. Ia pun hanya menyeringai tipis.
Albert yang melihat seringai Arnold hanya bisa terdiam. Ia sudah paham, jika Arnold bersikap seperti itu. Artinya, tujuan target memang sesuai dengan dugaannya.
"Arnold, bisakah kau tidak menyeringai seperti itu? ? melihatmu menyeringai seperti itu membuatku merinding," ucap Albert.
"Aahhh... Maafkan aku Albert, aku hanya sedang memikirkan apakah tempat persembunyiannya sesuai dengan dugaanku atau tidak. Karena jika tujuan persembunyian sesuai dengan dugaanku, maka aku akan melaporkannya kepada tuan Handoko. Tetapi aku akan mencari sedikit bukti lagi dan untuk sementara rahasiakan hal ini dari tuan Sanjaya." Ucap Arnold sembari memerintahkan sopir keluarga untuk segera kembali ke kediaman Edelmiro.
"Apa maksudmu Arnold ? Kenapa kita harus merahasiakannya dari tuan Sanjaya?" tanya Albert bingung.
"Akan ku jelaskan ketika kita sudah tiba nanti," ucapnya sembari menatap keluar jendela mobil.
"Andrew, aku tak menyangka kau masih hidup. Ku kira kau turut mengalami kecelakaan yang terjadi pada Roy. Padahal aku sudah memperingatkan dirinya," gumam Arnold.
***
Setibanya di kediaman, ia pun bergegas menuju ke ruang kerja tuan Handoko. Ia pun mencari berkas yang ada di pojok lemari dekat meja kerja tuan Handoko.
Albert yang melihat hal itu pun kaget. Ia heran apa yang dilakukan Arnold terhadap berkas-berkas itu.
"Arnold, apa yang kau lakukan? Kenapa kau membongkar lemari tuan Handoko?" ucap Albert bingung seraya menahan tangan Arnold untuk berhenti mengobrak-abrik lemari itu.
"Kau mau mendengarkan alasan kenapa kita harus merahasiakannya terlebih dahulu dari tuan Sanjaya, bukan? Aku sedang mencari bukti itu. Kalau memang dugaanku benar, maka ini akan menjadi pukulan yang sangat besar untuk tuan Sanjaya," ucap Arnold sembari menepis tangan Albert.
Albert yang mendengar ucapan Arnold pun akhirnya menjauh dan ia duduk di sofa yang ada di sana. Dia hanya bisa menatap Arnold yang sibuk membongkar lemari yang berisi berkas-berkas yang bisa dikatakan berkas lama. Karena sebagian besar berkas yang berada di pojok lemari itu masih berkaitan dengan perusahaan baik itu dalam negeri maupun yang di luar negeri.
Termasuk segala hal yang berkaitan dengan perusahaan yang melakukan kerja sama, baik itu karyawan, pekerja di kediaman bahkan segala hal mendetail tentang keluarga si pemilik perusahaan tersebut.
Sedetail itulah data yang harus di siapkan jika ingin bekerja sama dengan perusahaan Edelmiro maupun Romanov. Karena tidak sembarang orang yang bisa masuk untuk bekerja atau menjalin kerjasama.
Setelah hampir 15 menit mencari, Arnold pun menemukan satu berkas yang berada di sudut lemari itu. Ketika ia membukanya, senyuman lebar pun terpancar di wajah Arnold.
"Aku menemukannya Albert," teriak Arnold dengan senyuman yang lebar.
"Baiklah, bisa kau berikan kepadaku? Memangnya berkas siapa yang kau lihat?" tanya Albert seraya mengambil berkas itu dari tangan Arnold.
"Lihatlah dengan seksama Albert. Jangan kaget," ucapnya.
Albert pun membuka halaman demi halaman. Ketika ia tiba di bagian yang lebih mendetail tentang si pemilik, Albert pun kaget.
"Bukankah ini keluarga Pharos? Teman baik tuan Handoko dan tuan Alex?" tanya Albert.
"Iya, coba kau lihat lebih kebawah Albert. Lihatlah nama serta wajah anggota keluarganya," ucap Arnold seraya menunjuk ke bagian yang dimaksudnya.
Albert pun mengikuti yang ditunjuk oleh Arnold dan ia pun kaget bukan main. Karena salah satu dari anggota keluarga itu adalah orang yang saat ini sedang diawasi anak buahnya. Siapa lagi kalau bukan Andrew. Nama lengkapnya adalah Andrew Pharos, anak tunggal dari tuan Drey Pharos.
Karena Andrew merupakan teman satu sekolah tuan Sanjaya dan tuan Alex. Mereka dulu dijuluki trio tampan. Karena memang visual mereka yang benar-benar membuat siapa pun yang melihatnya sulit mengalihkan pandangan mereka.
Albert yang mengetahui fakta itu sampai tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya melirik ke arah Arnold lalu melirik lagi ke arah berkas yang dipegangnya. Ia lakukan hal itu berulang kali seolah-olah ingin menanyakan apakah ini benar atau apakah ini hanyalah sebuah rekayasa.
Arnold yang melihat ekspresi Albert hanya bisa tertawa.
"Ternyata dugaanku benar, dia adalah tuan muda Pharos. Aku tidak bisa membayangkan reaksi dari tuan Sanjaya. Jika ia tahu anak dari teman ayahnya yaitu teman sepermainan dialah yang sudah menculik atau lebih tepatnya menjadi perantara yang melancarkan aksi tersebut. Kita harus segera menyelidiki bagaimana bisa Andrew melakukan hal ini. Aku tidak yakin kalau mereka melakukannya hanya demi uang tanpa ada yang mengancam atau melakukan sesuatu kepada mereka," ujar Arnold seraya merapikan dan menyusun kembali berkas-berkas yang sudah dibongkarnya.
Albert pun hanya bisa memijat pelipisnya. Lalu ia pun berkata kepada Arnold, "Baiklah aku akan meminta anak buahku untuk segera melacak dan mencari tahu segala hal yang terjadi selama beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya aku sudah memiliki beberapa bukti. Hanya saja, aku harus memastikan bahwa ini adalah bukti yang tidak bisa terbantahkan,"
"Baiklah, aku juga akan mencari tahu. Setelah kita pastikan hal ini memang benar, barulah kita akan laporkan kepada tuan Handoko. Untuk sementara hanya kita berdua saja yang tahu," ucap Arnold.
***
Sedangkan di sebuah rumah yang tidak terlalu megah namun terlihat nyaman, seseorang tengah menatap rumah itu.
"Ayah ibu, aku sudah pulang. Bagaimana kabarmu ayah, ibu? Maafkan aku... Maafkan aku Ayah... Aku melakukan kesalahan yang besar. Sekali lagi maafkan aku," ucapnya sembari berjalan masuk lalu memegang foto keluarga mereka. Rumah itu memang sudah lama tidak dihuni. Namun, bersih karena memang ada orang yang dibayar untuk rutin membersihkan rumah tersebut.
***
Apakah Arnold dan Albert berhasil menemukan bukti yang tidak bisa dibantah?
Bagaimana dengan perkembangan Rashieka setelah ia melakukan terapi?
Apakah ingatan Rashieka bisa pulih?
Nantikan di bab selanjutnya ya teman-teman.
Happy reading guys😊😊🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments