Kakek Handoko surah menyiapkan pesawat pribadi untuk mereka. Karena kakek Handoko tidak ingin Rashie terlalu lama berada di dalam pesawat. Setibanya di Jerman, sudah ada orang yang menjemput kedatangan tuan Handoko dan Rashie beserta Emmy. Tak luput pula tim medis juga ada di sana. Karena mengingat kondisi Rashie saat ini yang baru saja sadar dan tentunya belum pulih sepenuhnya.
Kakek Handoko sudah mempersiapkan semuanya. Ia tidak ingin sesuatu terjadi lagi kepada cucu perempuan satu-satunya itu.
Rashie menggunakan kursi roda untuk saat ini. Lalu dia digendong ke dalam mobil oleh Emmy. Mereka pun langsung dibawa ke kediaman kakek Handoko yang berada di Jerman. Kurang lebih memakan waktu hampir 2 jam untuk sampai ke mansion.
Setibanya di sana mereka disambut oleh kepala pelayan yang ada di mansion tersebut.
"Arnold, tolong kamu antar Rashie dan Emmy ke kamarnya. Biar mereka bisa istirahat." Ucap kakek Handoko kepada kepala pelayan tersebut.
"Baik tuan besar," jawab Arnold sembari sedikit membungkukkan badannya.
"Mari nona Emmy dan nona kecil, saya antar ke kamar agar kalian bisa segera istirahat," ucapnya sembari berjalan.
Mereka menaiki lantai atas dengan menggunakan lift khusus. Tak lama mereka telah tiba di lantai 3. Kamar Emmy bersebelahan dengan kamar Rashie. Hal ini sudah diantisipasi oleh kakek Handoko. Karena ia ingin Rashie diawasi dan dijaga 24 jam. Ia benar-benar tidak ingin kejadian buruk menimpa cucu perempuannya.
Setelah tiba di kamar, Rashie yang bingung hanya menatap kamar itu. Ia ingin bertanya namun ia takut. Emmy yang menyadari hal itu pun lalu menurunkan nona kecilnya dan mengajaknya untuk duduk di kursi yang ada dipinggir kasur.
"Nona, apakah nona ingat saya?" ucap Emmy sambil menggenggam tangan nona kecilnya.
Emmy sangat berhati-hati ketika akan menyentuh nona kecilnya. Mengingat kaki dan tangan nona kecilnya mengalami patah tulang.
Rashie pun berkata sembari menatap Emmy, " Maaf, tetapi kakak siapa? Kenapa kita ada di sini? lalu kakek itu siapa? Ke-kenapa banyak sekali paman yang mengenakan pakaian hitam?" lirihnya.
Terlihat Rashie sangat ketakutan, Emmy pun memeluk dan menepuk pelan punggung Rashie. Emmy menyadari bahwa butuh waktu yang tidak sebentar agar nona kecilnya bisa pulih dan ingatannya kembali, hanya ingatan yang indah saja.
Emmy tak ingin nona kecilnya mengingat kejadian mengerikan itu.
Perlahan Emmy melepas pelukannya dan menjawab pertanyaan Rashie.
"Nona, saya adalah salah satu maid yang bekerja di rumah nona. Nama saya Emmy dan saya sudah mengasuh nona sejak usia nona 4 tahun. Kakek itu bernama Handoko dan beliau adalah kakek nona. Nona ingat tidak, ketika nona membuka mata ada sepasang orang tua dan ada 3 orang anak lelaki ditambah 1 orang paman yang berwajah tampan?" tanya Emmy kepada Rashie.
Rashie pun berusaha mengingat hal itu dan perlahan menganggukkan kepalanya.
"Mereka adalah keluarga nona. Saya akan menceritakan semuanya secara perlahan kepada nona. Sekarang nona istirahat biar segera sembuh," ucap Emmy.
Setelah membantu nona kecilnya berganti pakaian, Emmy pun keluar dari kamar nona kecilnya lalu ia turun ke bawah. Sebelum ia membantu nona kecilnya, salah satu bodyguard yang berada di luar memberitahunya bahwa tuan besar ingin berbicara terkait nona kecilnya.
Dan disinilah Emmy berada, yaitu diruang kerja tuan Handoko.
Tok
Tok
Tok
Pintu diketuk kemudian tuan Handoko menyuruhnya masuk dan duduk.
"Emmy, saya akan langsung berbicara ke intinya. Saya ingin kamu merawat, dan mengawasi serta menjaga cucu perempuan saya. Nanti akan ada dokter keluarga yang datang kemari. Mereka yang akan memantau perkembangan serta pemulihan Rashie. Namun, saya ingin kamu menjelaskan apapun yang terjadi selama Rashie diperiksa. dan ingat satu hal, jangan pernah tinggalkan Rashie dengan orang lain kecuali saya dan istri saya. Paham!" Jelas tuan Handoko kepada Emmy.
"Baik, saya paham tuan,"
"Satu hal lagi. Akan ada tim medis lainnya yang membantu Rashie khusus untuk pemulihan ingatan dan pengobatan pasca kecelakaan itu. Kamu tetap pantau dan awasi gerak gerik mereka. Saya curiga ada mata-mata yang diletakkan diantara bodyguard saya. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Hal ini akan diurus oleh Arnold," ucap tuan Handoko.
Setelah mendengarkan semua tugasnya, Emmy pun meminta izin untuk kembali ke kamar agar dapat segera beristirahat. Setelah mendapatkan izin, Emmy pun bergegas kembali ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Rashie. Dan kamar tersebut saling terhubung.
Emmy pun bergegas menyiapkan makan malam untuk nona kecilnya. Emmy segera kembali ke kamar Rashie dan membangunkannya.
"Kak Emmy dari mana saja?" ucap Rashie dengan wajah yang sedikit takut.
"Nona Rashie sudah bangun? Saya tadi habis beres-beres barang yang saya bawa. Apakah nona mau mandi?" seraya menenangkan Rashie yang terlihat sedikit ketakutan.
"Nona...
"Nona Rashieka, apakah nona baik-baik saja? Apakah ada yang sakit?" ucap Emmy seraya melepaskan pelukannya.
"Kak Emmy, siapa Rashieka? Apakah dia adik kak Emmy?" ucap Rashie penuh tanda tanya kepada Emmy.
Emmy pun menepuk jidatnya seraya berkata, "Ya ampun nona, maafkan saya. Seharusnya saya memberitahukan hal ini lebih ih dulu kepada nona. Nama nona adalah Rashieka Edelmiro. Putri bungsu dari 3 bersaudara."
Rashie hanya menganggukkan kepalanya sedikit.
"Kak Emmy, Rashie lapar." ujarnya seraya menundukkan kepala.
"Ya ampun, maafkan saya sekali lagi nona. Apakah nona mau makan dikamar atau di meja makan? Nanti saya siapkan untuk nona." ucap Emmy seraya membantu Rashie bersiap-siap.
Tak lama pintu diketuk. Ternyata salah satu pelayan di sana memberitahukan bahwa makan malam sudah siap dan mereka sudah ditunggu oleh tuan besar untuk makan bersama.
Rashie pun digendong dan didudukkan di kursi roda. Mereka pun turun ke lantai dasar. Di sana sudah ada tuan Handoko dan istrinya, nyonya Shivanya sedang menunggu mereka di meja makan.
"Sayang nenek, bagaimana perjalanan kemari? Apakah kamu baik-baik saja? Cucu nenek, duduk disebelah nenek saja ya sayang?" ucap sang nenek sembari meminta Emmy untuk mendudukkan Rashie di sebelahnya.
Rashie pun hanya diam saja. Dia masih bingung dengan semuanya. Wajar saja, orang baru sadar eh tahu-tahu sudah ada di luar negeri.
Emmy pun membantu nona kecilnya makan. Tak lupa pula dengan obat untuk Rashie. Setelah makan malam, mereka pun duduk di ruang tv dan mengobrol santai. Tak lama dokter keluarga pun datang untuk memeriksa keadaan Rashie.
"Bagaimana keadaan cucuku?" tanya Handoko.
"Untuk saat ini kondisi nona tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup awasi dan jaga agar nona tidak dibebani dengan hal-hal yang memberatkannya. Apalagi nona masih sangat kecil. Untuk kembali atau tidaknya ingatan nona juga bergantung dengan dukungan orang-orang disekitar nona. Asal tidak diforsir berlebihan. Untuk sementara fokus dalam pemulihan tangan dan kaki nona. Setelah itu baru kita fokuskan ke pemulihan ingatan dan trauma pasca kecelakaan." terang dokter tersebut.
Kakek Handoko pun mengangguk perlahan. Lalu setelah itu, beliau pamit untuk kembali ke ruang kerjanya. Di sana sudah menunggu Arnold dan beberapa orang yang ditugaskan untuk menyelidiki siapa dalang dibalik kejadian ini. Apakah orang yang sama atau berbeda.
Tanpa kakek Handoko ketahui, sedari tadi sudah ada yang memantau beliau. Dan orang itu pun segera menghubungi tuannya untuk melaporkan yang terjadi saat ini.
"Halo tuan, selamat malam. Saya akan melaporkan sesuatu. Mereka saat ini akan memfokuskan pemulihan tangan dan kaki nona yang patah. Setelah itu baru fokus untuk pemulihan pengembalian ingatan nona. Dokter tersebut mengatakan agar tidak diforsir begitu berat. Jika terlalu diforsir, maka hal itu justru akan membahayakan nyawa nona," jelasnya kepada sang tuan.
"... Lakukan tugasmu dengan baik. Jangan sia-siakan 3 tahun pengabdianmu pada keluarga mereka. Ingat, laporkan segalanya tiap detail kepadaku." ujar orang itu.
"Baik tuan, kalau begitu saya tutup telfonnya," balas sang mata-mata.
Siapakah gerangan sang tuang yang dimaksud?
Lalu siapa pula mata-mata tersebut?
Nantikan di bab selanjutnya ya teman-teman.
Happy Reading🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments