Keesokan harinya, Emeliete meminta kepada suaminya untuk membawanya melihat Rashie. Setelah di operasi Rashie dibawa ke ruang VVIP. Di sana sudah ada dokter Rey sebagai dokter spesialis bedah saraf, 1 orang dokter bagian orthopedic dan 1 orang lainnya dokter bagian penyakit dalam.
Sanjaya pun membantu istrinya untuk berdiri dan memapahnya untuk mendekat ke ranjang putrinya. Begitu banyak alat yang terpasang membuat air mata Emeliete kembali jatuh.
"Ayo sayang, kamu harus kuat. Putri kita pasti akan sembuh dan berkumpul bersama kita. Kamu duduklah di sofa itu. Adam, Sean, tolong kamu bantu mama," ucap Sanjaya.
Emeliete hanya bisa mengangguk perlahan dan menuruti perkataan suaminya. Mau menolak pun tenaganya sudah tidak ada. Ia hanya berharap bahwa putri kecilnya segera sadar dan sembuh.
"Kita akan memantau keadaannya selama beberapa hari kedepannya. Kalau tidak ada efek samping, maka ia akan bisa dipastikan untuk rawat jalan saja." ucap salah satu dokter.
Hari demi hari telah berlalu. Tepat 2 minggu setelah kejadian tersebut. Namun, Rashie tak kunjung jua membuka mata. Helion yang datang menjenguk pun hanya bisa terduduk sembari meneteskan air mata.
"Rashie, kakak mohon buka matamu. Kakak benar-benar minta maaf. Andai saja kakak tidak berpaling walau sebentar, kita pasti masih bisa bermain bersama di taman samping rumah. Karena itulah tempat favoritmu ketika bermain di luar rumah." lirih Helion.
Adam dan Sean yang melihat Helion berkata seperti itu pun tak kuasa menahan tangisan mereka.
Adam pun meraih bahu Helion dan menepuknya seraya berkata " Tenanglah Helion, Rashie akan segera sadar dan kita bisa bermain bersama."
Sudah hampir 2 minggu pasca operasi itu, namun Rashie belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Sanjaya dan Emeliete begitu cemas dengan keadaan putrinya. Selama itu pula, Sanjaya dan juga Alex mengerahkan semua orang kepercayaan mereka untuk menyelidiki kejadian itu. Namun sayangnya, hingga detik ini belum juga ditemukan bukti yang signifikan.
Sanjaya benar-benar marah dan frustasi. Ia merasa gagal sebagai ayah dan juga kepala rumah tangga. Ia sungguh heran, bagaiman mungkin belum bisa ditemukan satu bukti pun setelah penyelidikan selama ini. Ia berpikir, apakah ada sesuatu yang terlewat.
"Alex, apakah ada perkembangan dari penyelidikan yang dilakukan oleh anak buahmu?" ujar Sanjaya sembari mengutak-atik laptopnya. Biar bagaimanapun, tugasnya sebagai seorang pemimpin perusahaan harus tetap berjalan.
Alex hanya memberikan satu buah map.
Diliriknya sekilas mao tersebut, kemudian diliriknya Alex.
"Hem, apa ini?"
"Sebaiknya kau buka dan baca saja. Ini baru spekulasi awal saja. Bukan berarti ini hasil akhirnya. Aku hanya tidak mau bertindak gegabah. Melihat mereka berani menyentuh putri bungsumu, sekaligus cucu perempuan satu-satunya keluarga Edelmiro." Ucap Alex penuh penekanan di setiap kalimat yang ia lontarkan.
Sanjaya membaca secara detail dan sangat fokus. Lalu ekspresi di wajahnya berubah drastis. Dari yang serius hingga mengerutkan keningnya.
"Apa informasi ini tidak salah Alex? Sepanjang yang aku tahu, kakek tua itu tidak terlalu ambisius. Yang sangat serakah itu adalah istri dan anaknya yang tidak tahu diri itu," ucap Sanjaya.
"Aku yakin, karena salah satu mata-mata yang aku tempatkan di sana sempat mendengar rencana mereka. Bahwa akan merebut SE Corps bagaimanapun caranya. Dan mereka akan menyingkirkan kemungkinan terbesar dalam kepemilikan saham itu." Tekan Alex seraya meminum kopi yang ia pesan tadi.
Sanjaya nampak berpikir cukup lama, lalu ia hanya mengangguk. Tak lama terdengar suara handphone.
Tri Ring...
Tri Ring...
"Iya Adam, papa sedang berada di kantin rumah sakit dengan om Alex. Ada apa nak?" tanya Sanjaya setelah tahu yang meneleponnya adalah anaknya.
"Pa-Papa, Rashie pa, Rashie...
Seraya menatap Alex untuk segera beranjak dari sana, ia pun menanyakan kembali ke Adam perihal Rashie.
" Kenapa dengan Rashie nak? Jawab papa Adam?"
"Rashie sudah sadar pa, Tapi...
" Tapi apa nak? Ayolah, tunggu di sana, papa segera kesana," ucap Sanjaya seraya mematikan panggilan itu.
Sanjaya pun setengah berlari agar cepat sampai di lift. Ia pun dengan tidak sabar memencet tombol yang menuju ke lantai dimana ruangan anaknya di rawat.
"Tenanglah Sanjaya, sebaiknya kamu mendoakan Rashie baik-baik saja. Aku tahu dia bisa melewati ini semua. Ia anak yang kuat, " kata Alex seraya berusaha menenangkan Sanjaya yang terlihat sangat gelisah.
Setibanya di ruangan itu, Sanjaya pun langsung mendekati istrinya dan melihat beberapa orang dokter, termasuk dokter Rey sedang memeriksa Rashie.
"Halo anak cantik, om dokter periksa kamu boleh, kan?" tanya dokter Rey.
Rashie yang sudah duduk pun hanya mengangguk perlahan.
Rey pun memeriksa Rashie dan sesekali menanyakan beberapa pertanyaan. Tiba dimana ketik dokter Rey bertanya siapa namanya, Rashie hanya terdiam dan menunduk. Lalu ketika dokter Rey menanyakan apakah ada yang Rashie kenal di dalam ruangan itu. Jawabannya sangat mengejutkan. Kenapa? Karena lagi-lagi Rashie hanya menggeleng perlahan.
Dokter Rey yang melihat hal itu pun hanya bisa menghela nafas. Dugaannya sedari awal ternyata benar. Bahwa Rashie mengalami amnesia. Tetapi, ia akan melakukan serangkaian tes untuk lebih memastikan kembali hasil diagnosanya.
Sanjaya dan Emeliete yang melihat hal itu hanya bisa terdiam.
Emeliete yang tak kuasa menahan tangis pun kembali terisak dan pingsan. Sanjaya pun lekas menggendong istrinya lalu membaringkannya di sofa yang ada di dekat jendela.
"Tuan Sanjaya, saya akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan dugaan sementara saya. Jika terbukti bahwa nona amnesia, maka saya sarankan tuan segera mengambil tindakan lanjutan." Tutur dokter Rey.
"Lakukan yang terbaik dok. Saya akan melakukan antisipasi jikalau putri saya benar-benar mengalami amnesia." ujar Sanjaya lirih.
Adam, Sean dan tak lupa Helion pun juga shock. Bagaimana jika Rashie benar-benar mengalami amnesia? Apakah sementara atau permanen? Jika sementara maka patut disyukuri. Karena setidaknya mereka bisa melakukan sesuatu yang bisa membantu Rashie untuk ingat kembali. Tentunya hanya kenangan yang indah saja.
Setelah serangkaian tes dilakukan, hasilnya benar-benar sesuai dengan dugaan dokter Rey. Kakek Handoko yang mendengar hal tersebut, lalu mengatakan akan membawa Rashie berobat ke Jerman. Sekalian untuk pemulihan pasca trauma akibat kecelakaan yang dialaminya.
"Papa, apa tidak bisa Rashie berobat disini saja? Apa papa tega memisahkan kami lagi?" ucap Sanjaya kepada ayahnya.
Emeliete hanya bisa pasrah. Ia pun hanya bisa terduduk lesu di sofa. Ia sudah menduga bahwa ayah mertuanya akan membawa Rashie kembali ke Jerman. Nyonya Shivanya pun berusaha untuk menenangkan menantu dan cucunya. Mereka tentu saja shock. belum selesai shock akibat hasil diagnosa Rashie, sekarang mereka malah dibuat shock dengan keputusan suaminya yaitu tuan Handoko Edelmiro.
"Papa 'kan sudah mengatakan dengan jelas, jika terjadi sesuatu dengan cucuku, maka aku akan mengambil tindakan tegas. Sanjaya, biarlah Rashieka ikut denganku dan mamamu ke Jerman. Pengawalan dan penjagaan di sana akan bisa selalu papa pantau. Sedangkan kamu dan Alex, selama Rashieka dalam proses pemulihan, kalian cari bukti-bukti yang memperkuat hasil temuan dari anak buah Alex. Ingat Sanjaya, jangan lengah dan tetap waspada." tekan kakek Handoko.
Adam dan Sean hanya bisa menatap pasrah. Sedangkan Rashie yang tidak mengerti hanya tetap fokus memakan buah pir yang telah dikupas dan dipotong kecil-kecil oleh Emmy.
"Oh iya satu lagi. Emmy, segera urus berbagai keperluanmu. Karena kamu akan ikut dengan saya ke Jerman. Kamu saya tugaskan untuk menemani serta menjaga Rashie selama menjalani pemulihan di sana," tegas kakek Handoko.
Kakek Handoko pun menelepon Jacob untuk segera mengurus segala hal yang diperlukan oleh Rashie dan Emmy selama berada di Jerman.
"Anakku, Emeliete, maafkan papa melakukan hal ini. Namun percayalah, bahwa ini demi kebaikan Rashieka. Kamu bisa mengunjungi anakmu di sana. Dan akan papa pastikan Rashieka aman selama menjalani proses pemulihannya." Dipeluknya Emeliete dengan erat.
Emeliete adalah anak dari sahabatnya. Kedua orang tua Emeliete meninggal akibat baku tembak ketika dalam perjalanan pulang. Sehingga Handoko merasa bertanggung jawab atas kehidupan Emeliete. Ia pun tahu betapa sedihnya Emeliete. Karena baru saja mereka berbahagia karena bisa berkumpul, tetapi harus dipisahkan kembali dengan cara seperti ini.
"Aku harus melaporkan hal ini kepada tuan Hartono," ucapnya seraya berlalu secara perlahan.
Siapakah orang itu? Apakah ia adalah salah satu mata-mata?
Nantikan di bab selanjutnya ya teman-teman
Selamat membaca 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments