Gayatri masih mematung di kursi belajarnya, mengetuk-ngetukkan botol obat plastik ke permukaan meja belajarnya. Di hadapannya ada beberapa lembar kertas yang terbuka dan baru selesai ia tulisi dengan tinta hitam. Ini tugas kelompok pelajaran ekonominya, bersama Shaka dan Rosi. Ia yang kebagian menulis tugas mereka karena tulisan tangan Shaka dan Rosi, jauh lebih hancur di banding dirinya.
Setelah satu bulan, baru kali ini lagi Gayatri benar-benar merasa belajar. Seperti di paksa untuk bertanggung jawab setelah ia mengabaikan semua hal tentang pendidikannya. Gadis bermata sayu itu kembali teringat perkataan sang ayah tadi pagi, bahwa ia harus mempertahankan nilai-nilainya. Ada banyak harapan yang ingin coba Barkah sampaikan lewat nasihat singkat itu.
Setelah kematian Rasya dan melewati fase depresinya dengan tidak mulus, gadis ini dipaksa untuk bangkit. Tidak ada lagi yang bisa membantunya mengerjakan tugas selain dirinya sendiri. Rosi seorang anak panti yang tidak bisa keluar masuk panti begitu saja. Terlebih gadis itu patuh ada aturan bahwa seluruh siswa di sekolahnya tidak diizinkan untuk berkeliaran di luar sekolah dan rumahnya tanpa pendampingan orang tua.
Lalu Shaka, laki-laki itu sedang di scorsing. Obrolan di group yang hanya tiga orang itu pun, lebih banyak berisi candaan di banding diskusi kelompok pada umumnya.
"Kepala gue pusing Aya, gak bisa mikir. Lagi butuh sandaran deh kayaknya." Kalimat itu yang menjadi kalimat terakhir Shaka di grupnya. Setelah itu, bad boy itu menghilang entah ke mana.
“Aku harus mulai menatanya lagi Sya,” batin Gayatri seraya memandangi foto dirinya dan Rasya saat sedang camping di Bromo, beberapa bulan silam.
Sebelum melanjutkan tulisannya yang masih tersisa setengahnya, Gayatri meminum obat anti depresan terlebih dahulu. Obat ini yang menjadi andalannya dalam menghadapi hari-harinya, terutama saat ia sedang merasa terpuruk. Kalau tidak meminum obat ini, mungkin seorang Gayatri hanya akan terdiam di dalam lemari dan mengurung dirinya di sana. Pengalaman traumatis yang dialaminya membuat ia kesulitan untuk membuka dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Itu menakutkan dan ia sedang berusaha untuk keluar dari kondisi itu sepenuhnya.
Sebuah notifikasi pesan terdengar di ponselnya. Pesan itu dari Rosi dan disampaikan di grupnya.
“Aku dapet materi tambahan Aya, kira-kira masih bisa di tambahin gak? Ini artikel yang aku temuin di perpus.” Begitu bunyi pesan yang di kirim Rosi beserta foto artikelnya.
Gayatri memeriksanya beberapa saat lalu memberi reaksi pada pesan Rosi berupa emoticon jempol. Iseng Gayatri mengecek siapa saja yang sudah membaca pesan Rosi, ternyata Shaka juga sudah membacanya.
“Tumben dia gak ngebales pesan dengan konyol?” batin Gayatri. Biasanya akan ada stiker aneh-aneh yang bertebaran di grupnya yang sepi itu.
“O iya, Shaka lagi on kan? Shaka ngundang kita pesta ya? Ini terbuka buat semua siswa kan?” lagi Rosi bertanya. Gayatri dan Rosi sama-sama menunggu balasan Shaka, tetapi tumben laki-laki itu belum membacanya.
“Ke mana ini anak? Biasanya paling gercep.” Lagi Gayatri berbicara dalam hatinya.
Laki-laki yang dimaksud Gayatri sedang terdiam di atas ranjangnya. Ia membuka kembali halaman ke sekian dari agenda Rasya yang ia bawa dari rumah tantenya. Ada satu halaman yang sedang Shaka baca berulang kali dengan penuh penghayatan.
“Hey gadis nakal, apa hari ini menyenangkan?” Kalimat itu menjadi kalimat pembuka yang Rasya tulis di agendanya. Tanpa menyebutkan nama sang gadis, Shaka jelas tahu siapa yang Rasya maksud.
“Bagaimana acara jalan-jalan kita hari ini, apa kamu menyukainya?” Ada lambang senyum di ujung kalimat tanyanya.
“Kamu bilang, perjalanan kita seperti mini touring. Aku pemimpinannya meski aku melajukan motorku di belakangmu. Aku suka setiap kali kamu mengintip keberadaanku di belakangmu lewat kaca spion. Kenapa, kamu takut aku pergi ya? Hahahaha…"
"Tenanglah, aku akan selalu mengikutimu cantik, tidak perlu terus melirikku ke belakang, pemandangan di depan sana jauh lebih indah.”
“Cantik, sampai sekarang aku gak tau kenapa kamu gak pernah memperbolehkanku berada di depanmu. Apa aku menghalangimu? Atau laju motorku terlalu cepat? Ya, aku ingat, kamu paling tidak suka saat aku menyalipmu.”
“Tanpa kamu tau, saat berkendara di belakangmu, diam-diam aku memikirkanmu. Setelah ku pikir-pikir, aku mulai sedikit egois dengan keinginanku. Sepertinya, akan lebih baik kalau selama masa remaja ini kita berkendara masing-masing aja. Jangan ada yang kamu bonceng selain aku. Aku juga gak akan bonceng orang lain, selain kamu. Cukup aku yang bonceng kamu saat kita dewasa nanti.”
“Aya, ada yang ingin aku beritau. Aku udah menandai tempat di belakangmu itu sebagai milikku. Gak ada yang boleh duduk di sana apalagi meluk kamu di atas motor itu. Gak ada yang boleh ngendus wangi kamu selain aku. Gak ada yang boleh kamu intip diam-diam wajahnya dari spion apalagi sampai tersenyum seperti tadi.”
“Selain aku, gak ada yang boleh naruh dagunya di bahu kamu. Gak ada yang boleh rangkul kamu dari belakang. Gak ada yang boleh ngusap kepala kamu dan membelai rambutmu.”
“Aku egois, ya aku egois. Banyak hal yang tidak boleh kamu lakukan karena akan membuatku merasa kehilanganmu. Tetaplah berkendara di depanku dan aku akan menikmati senyummu yang aku lihat di spion. Melirik lagilah, aku menunggunya.”
Beberapa paragraph kalimat itu membuat Shaka ikut tersenyum kecil. Sepertinya perasaan Rasya untuk Gayatri sudah tumbuh jauh sebelum tanggal 13 maret yang tertulis di agendanya. Ia tidak tahu, apa Gayatri mengetahui perasaan sang adik atau tidak. Yang jelas, harusnya gadis itu bisa membaca arti tatapan Rasya yang terlihat di foto yang Rasya tempelkan.
Foto ini di ambil di kantin sekolah. Gayatri sedang menyeruput minumannya dengan menggunakan sedotan. Gadis itu tampak menahan senyum sambil menatap Rasya. Sementara Rasya menopang dagunya sambil menatap Gayatri. Tangan kirinya ia gunakan untuk mengambil foto menggemaskan ini. Mereka tampak manis dan seketika hati Shaka berdesiran.
"Apa kalian saling suka?" gumam Shaka.
Puas membaca agenda Rasya, laki-laki muda itu menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjangnya. Sementara agenda itu ia tutupkan di atas dadanya. Matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih.
Membayangkan wajah dan perasaan Rasya saat itu, membuat Shaka bisa merasakan rasa jatuh cinta yang dialami adiknya. Wajahnya pasti merona dan tatapan matanya yang polos itu sedikit berbinar. Akh, ia merindukan anak nakal itu. Anak nakal yang tumbuh tanpa ia di sampingnya.
Lantas Shaka memejamkan matanya. Ada dua wajah yang kini muncul di benaknya yaitu wajah Gayatri dan Rasya. Dua remaja yang sangat sulit untuk ia dekati. Tunggu, kenapa tiba-tiba bayangan laki-laki berhelm juga muncul di pikirannya?
Shaka sampai terhenyak mengingat sosok seseorang yang mengenakan helm, muncul di pikirannya. Ia sangat yakin kalau dia seorang laki-laki. Ia ingat-ingat kembali identitas laki-laki itu lewat jaket kulit yang di pakainya. Ada simbol seperti identitas sebuah genk motor yang membuatnya penasaran.
Tanpa menunggu lama, Shaka segera beranjak dari tempatnya. Menaruh agenda Rasya begitu saja dan memilih pergi. Seperti biasa, malam itu ia berkeliaran untuk menyambangi perkumpulan genk motor yang belum pernah ia datangi.
Di tempat berbeda, Dwi sedang duduk berhadapan dengan dua orang prajurit kepercayaannya. David bersama seorang prajurit wanita yang biasa ia panggil sersan Alya. Ia menyodorkan sebuah surat untuk dua orang itu. tatapannya begitu mengunci pada David dan Alya.
"Kalian tau kan apa yang harus kalian lakukan?" tanya laki-laki itu seraya mengetukkan jarinya di atas berkas.
"SIAP!!!" David dan Alya kompak menyahuti.
“Pastikan untuk mengikuti arahanku dan ikuti permainan Shaka. Kalian hanya perlu mendampinginya dan memastikan dia kembali saat semuanya sudah selesai. Jangan biarkan dia melakukan kesalahan dan membuat identitas aslinya terbongkar.” Perintah itu yang diberikan Dwi pada dua prajuritnya.
Ia tidak punya pilihan lain selain mengutus dua prajuritnya ini untuk memonitor pergerakan Shaka. Setelah tadi ia mendapat laporan kalau Shaka mendatangi markas intelegent dan meminta beberapa hal di luar izinnya, Ia tidak mau Shaka semakin melewati batas dan menyalahgunakan kewenangannya. Karena itu, langkah ini di rasa lebih baik oleh Dwi.
“SIAP!!!” seru David dan Alya bersamaan.
Selain timpalan itu, sersan Alya menyembunyikan senyum manisnya. Akhirnya ia akan bertemu lagi dengan Shaka. Senior yang ia kagumi karena sosoknya yang begitu hebat.
"Aku akan menyusulmu," batin Alya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
aih, ada Alya. jangan sampai Alya cemburu nanti sama Aya
2023-09-01
2
k4g
baguss Shaka ada temen berpikir
2023-08-30
1
k4g
😍😍😍😍
2023-08-30
1