Estafet

“Pagi Shakaaa...” panggil pick me girl sekolah, Indah namanya, pada Shaka yang baru menghentikan laju motornya di tempat parkir. Dengan kipas berwarna merah muda di tangannya, ia mengipasi wajah ayu yang terlihat merona itu. Bando berwarna merah muda, lengkap dengan anting dan kalung berwarna merah muda, menjadi aksesoris wajib bagi gadis bertubuh semampai itu.

“Pagi,” timpal Shaka yang masih terduduk di atas kuda besinya. Ia melepaskan helm full facenya, membuat rambutnya terlihat sedikit berantakan.

“Shaka, rambutnya berantakan,” dengan berani Indah menyentuh kepala Shaka untuk merapikan helaian rambut yang menutupi dahinya. Gadis itu berjinjit membuat wajah mereka cukup dekat dalam waktu beberapa saat.

“Thanks,” ucap Shaka seraya tersenyum kecil.

“Sama-sama....” sahut Indah yang tersipu malu. Ia menutup wajahnya yang merona, sambil menoleh pada dua orang dayangnya yang berada di belakang, Winda dan Rima.

“Cieee....” goda temannya, sambil menyenggol bahu Indah dengan sengaja.

“Iisshhh, jangan gitu. Gue kan jadi malu....” Gadis itu benar-benar salah tingkah, wajahnya seperti tomat matang yang siap di panen. Sementara Shaka santai saja, ia tetap terduduk di motornya sambil memandangi gadis yang malu-malu dihadapannya. Anak piyik, pikirnya.

Perhatiannya baru beralih saat sebuah skuter matic berhenti tepat di samping motor sportnya. Pemiliknya adalah seorang gadis berambut panjang yang sedang melepas helm bogo berwarna cream dengan stiker tengkorak di bagian belakang.

“Pagi, Gayatri,” Shaka menyapa gadis itu, tetapi Gayatri tidak menimpalinya. Ia lebih memilih beranjak dari tempatnya dan segera berlalu pergi meninggalkan Shaka yang masih memandanginya.

Shaka tersenyum kecil melihat tingkah gadis itu. Di sekolah ini hanya gadis itu yang mengacuhkannya. Tidakkah ia cukup menarik untuk gadis itu?

“Dih, jual mahal. Udah Shaka, gak usah nyapa si Aya. Dia emang begitu, gak mau ngomong sama siapa pun. Mana dandanannya makin ke sini makin ke sana. Liat aja, masa celana olahraga dia jadiin daleman? Hahahaha... kampungan!” ejek teman Indah.

Dua gadis lainnya terkekeh melihat Gayatri yang memang memakai celana olahraga sebagai dalaman roknya yang mulai pendek.

“Emang kenapa dia gak mau ngomong?” Hal itu yang membuat Shaka penasaran.

“Dia,” Winda hendak menjawab, tetapi Rima segera membekap mulut gadis itu.

“Gak apa-apa kok Shaka, kita permisi dulu yaa... sampe ketemu di kelas.” Indah tiba-tiba saja menarik tangan temannya untuk pergi. Entah apa alasannya hingga mereka tidak mau memberi tahu Shaka mengapa Gayatri tidak mau bicara.

Shaka tidak berusaha menahan gadis-gadis itu, ia tidak mau memaksa mereka. Ia yakin, perlahan-lahan, suatu saat nanti, ia akan bisa mengetahui apa yang terjadi pada teman-teman sekolahnya. Apa sekolah ini memang memiliki banyak rahasia?

Suara peluit terdengar dari tengah lapangan. Hari ini kelas XII IPS 1 sedang mengikuti pelajaran olahraga. Mereka di bagi ke dalam beberapa kelompok. Indah bersorak riang saat ternyata ia satu kelompok dengan Shaka. Ia tampak begitu bersemangat, memegangi tongkat estafet yang akan mereka gunakan.

Guru yang sedang menerangkan pun ia abaikan begitu saja, lebih menyenangkan memandangi Shaka yang terlihat tampan dengan kaus olahraganya yang berwarna putih bergaris navy. Hembusan semilir angin menerbangkan rambut lurus gondrongnya yang melambai-lambai. Sesekali ia tersenyum gemas pada Shaka dan rasanya ingin menyentuh rambut halus itu sekali lagi.

“Okey, silakan ambil posisi masing-masing. Di sini akan ada empat orang yang akan saling mengoper tongkat di tangan kalian. Pastikan kalian kompak, lari dari satu titik ke titik lainnya dengan cepat. Saya sarankan, orang yang paling kuat di pasang paling depan, sebagai orang terakhir yang akan berlomba menuju garis finis,” terang sang guru.

“Siap pak!” seru anak-anak itu bersamaan.

Mereka mulai mengatur posisi masing-masing. Kelompok Shaka terdiri dari Shaka, Indah dan kedua dayangnya. Sementara kelompok Gayatri terdiri dari Gayatri sendiri dengan satu lelaki bertubuh tambun dan dua gadis lainnya yang terlihat pucat, padahal lomba belum di mulai.

“Aya, lo di depan ya,” pinta siswa tambun itu pada Gayatri. Gayatri tidak mengiyakan ataupun menolak. Ia segera pergi menempati tempatnya di posisi paling depan.

“Shakaa, nanti aku oper ke kamu yaa tongkatnya....” Indah berseru riang pada Shaka yang berdiri sejajar dengan Gayatri.

Shaka hanya mengacungkan ibu jarinya. Ia menoleh Gayatri yang hanya terdiam, memandangi teman-temannya di belakang sana. Jarak mereka sekitar 100 meter. Mata bulatnya memincing karena silau oleh cahaya matahari pagi. Ia tidak terusik sedikit pun oleh Shaka yang sedang memandanginya. Aneh memang gadis ini.

Peluit tanda bersiap sudah di bunyikan. Masing-masing sudah bersiap di tempatnya termasuk Gayatri dan Shaka. Sebenarnya ia bisa tenang saja memainkan permainan ini, karena kemampuannya berlari berada di atas rata-rata siswa lainnya. Fisiknya jauh lebih teruji di banding teman-temannya. Sementara siswa yang lain sudah mengambil ancang-ancang, Shaka masih melakukan peregangan. Menekuk-bekuk pergelangan tangannya dan sesekali memutar sendi kakinya untuk melakukan pemanasan.

“Lo gak pemanasan dulu?” tanyanya pada Gayatri.

Gadis itu tidak menjawab, seolah pertanyaan Shaka hanya angin lalu. Pandangannya tetap fokus pada kawannya dan menunggu peluit berikutnya dibunyikan.

Siswa di garis depan segera berlari saat suara peluit kedua dibunyikan. Mereka berlari dengan cepat dan kecepatan mereka cukup berimbang. Shaka mulai waspada begitupun dengan Gayatri. Tubuhnya sedikit membungkuk, berusaha membaca arah gerak teman-temannya.

Di orang kedua, tim Gayatri memimpin. Walau tubuhnya kurus, gadis itu berlari lebih cepat di banding siswa lainnya. Di orang ketiga, teman Gayatri kembali memimpin dan sekarang Gayatri yang berlari lebih dulu dengan kecepatan tinggi.

“Shaka, ini tongkatnya,” ucap Indah saat mengoperkan tongkat estafetnya. Tidak lupa ia mengibaskan rambut panjangnya yang harus selalu rapi.

Shaka segera mengambil alih dan berlari dengan kencang menyusul Gayatri. Gadis itu ternyata bisa berlari sangat cepat, Shaka cukup kewalahan mengejarnya. Pria muda itu menambah kecepatannya agar bisa mengimbangi Gayatri dan dalam beberapa meter ia berhasil mengejar Gayatri.

Setelah bisa menyusul Gayatri, Shaka memutar tubuhnya berbalik menghadap Gayatri dan tersenyum pada gadis itu. Gayatri hanya mengernyitkan dahinya melihat tingkah laki-laki itu. Ia mempercepat gerakan kakinya, tetapi terlambat, langkah Shaka lebih panjang dan cepat hingga akhirnya laki-laki itu mencapai garis finis lebih dulu.

“YEAAYY!!!” seru Indah dan teman-temannya saat kemenangan berada di timnya. Wanita itu melonjak-lonjak kegirangan karena Shaka berhasil mengalahkan tim Gayatri yang menjadi saingan terberatnya. Ia asyik mengambil beberapa foto bersama teman-temannya untuk mengabadikan kemenangan mereka, sementara Shaka lebih memilih menghampiri Gayatri yang sedang terduduk di tanah sambil meluruskan kakinya. Kakinya keram karena ia kurang pemanasan.

“Lo hebat,” ucap Shaka seraya mengulurkan tangannya pada Gayatri. Napasnya terengah karena kelelahan menyusul Gayatri. Sayangnya gadis itu hanya memalingkan wajahnya sambil menoleh ke arah lain. Ia memijat-mijat kakinya yang keram dan kaku.

“Lo keram?” tanya Shaka kemudian. Gayatri masih tidak menjawab, membuat pria muda itu akhirnya berjongkok di hadapan Gayatri dan menyentuh betis Gayatri yang memang sedang tegang-tegangnya.

Gayatri hendak menarik kakinya menjauh dari Shaka, tetapi kakinya tidak bisa digerakkan. “Gue cuma mau bantu lo, bukan mau melecehkan,” ucap Shaka seraya menatap wajah Gayatri yang memerah karena kepanasan, metabolisme tubuhnya berjalan cepat. Shaka mengabaikan panggilan Indah yang terus memanggil namanya karena tidak rela Shaka mendekat pada Gayatri.

"Ish, curi-curi kesempatan aja sih si Aya!" Indah mendengus dengan kesal. Gadis itu hanya berani mengumpat di belakang, tidak berani jika harus berhadapan langsung.

Sementara gadis dihadapan Shaka tetap terdiam, namun ia membiarkan kakinya dipijat lembut oleh Shaka. Laki-laki itu tidak berkata apa pun, melainkan fokus pada kaki Gayatri. Semakin lama, pijatan Shaka semakin terasa nyaman. Otot kaki Gayatri pun mulai melunak, tidak tegang seperti sebelumnya.

Gayatri mulai menoleh Shaka, laki-laki itu masih menunduk, memandangi kaki Gayatri. Saat laki-laki itu mengangkat kepalanya, Gayatri kembali membuang muka. Shaka hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu. Ia merasakan kaki Gayatri yang mulai melunak. Menekuknya perlahan dan gadis itu tidak meringis. Rupanya kakinya benar-benar pulih.

“Sama-sama,” ucap laki-laki jangkung itu saat Gayatri menolehnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bagi Shaka, tugasnya sudah selesai dan ia segera beranjak dari tempatnya. “Gue anggap ini sebagai ucapan terima kasih,” imbuhnya seraya mengambil botol minum milik Gayatri.

Gadis itu tidak protes sama sekali. Ia membiarkan Shaka membawa botol minumnya yang berwarna hitam itu. Jauh dari kesan girly.

“Shaka, mau ke mana?” tanya Indah yang penasaran.

“Ke toilet,” sahutnya seraya tersenyum. Sengaja menjawab seperti itu agar Indah tidak mencegahnya. Setelah berjalan jauh, Shaka kembali menoleh pada Gayatri, mengangkat botol minumnya tinggi-tinggi dan meneguk air minumnya dengan nikmat.

Tidak hanya itu, ia juga menyiramkan sisa air itu ke kepala dan wajahnya, mengeleng-gelengkan kepalanya hingga rambutnya yang sedikit gondrong itu terkibas bersama bulir air. Kaus olahraga berwarna putih itu ikut basah hingga terlihat transparan.

Hanya beberapa saat Gayatri memandanginya sebelum kemudian membuang muka melihat ke arah lain. Berbeda dengan gadis lain yang sibuk berteriak memanggil nama Shaka.

"Aaakkk Shaakaaaa!!! I love you!!!" seru Indah dengan berani. Melihat tubuh Shaka yang proporsional dan berotot itu membuatnya semakin terpesona. Berkali-kali ia memanggil Shaka dengan menggunakan tangannya untuk dijadikan corong agar suaranya terdengar jelas oleh Shaka.

Dengan tengilnya Shaka menaruh tangannya di telinga, pura-pura tidak mendengar suara Indah. Para gadis itu pun semakin riuh berteriak, meneriaki Shaka yang tersenyum dengan manis sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah.

“Lo gak tertarik sama sekali sama gue?” batin Shaka pada Gayatri yang malah asyik memainkan pasir di dekat kakinya.

****

Terpopuler

Comments

Tia rabbani

Tia rabbani

Gayatri say " sok gantang lo " 😅

2023-12-25

0

Imas Karmasih

Imas Karmasih

emang siapa kamu Shaka Gayatri harus tertarik😄

2023-09-27

2

Rya Kurniawan

Rya Kurniawan

ayo shaka berjuang...

2023-08-29

1

lihat semua
Episodes
1 Kepulangan
2 Anak baru
3 Black rider
4 Kedai soto
5 Estafet
6 Siswa Populer
7 Preman pasar
8 Mengenang rasa pilu
9 Sapaan pagi
10 Ruang Arsip
11 Usaha yang gagal
12 Kunjungan Malam
13 Penguntit
14 Mengantar pulang
15 Butuh bantuan
16 Tanding
17 Scorsing
18 Kelompok sepi
19 Undangan Pesta
20 Laporan
21 Teman baru
22 Usaha satu kelompok
23 Kembali bersama
24 Tamu yang tak diundang
25 Pesta yang ditinggalkan
26 Menghadapi serangan
27 Pertolongan
28 Thanks
29 Kang rusuh
30 Pagi berseri
31 Share loc
32 Kedatangan yang dinanti
33 Bantuan teman
34 Sehari penuh
35 Menyusun misi
36 Dion
37 Mempertahankan previlage
38 Bertukar
39 Basket
40 Teman makan bersama
41 Di paksa melawan
42 Nostalgia
43 Banyak persamaan
44 Ngobrol
45 Undangan penting
46 Berandal
47 Persaingan
48 Penyelamat
49 Pagi penuh kecurigaan
50 Bunga lili
51 Kekhawatiran
52 Permintaan telak
53 Menjatuhkan
54 Bukti valid
55 Merancang masa depan
56 Menginap
57 Pancingan
58 Memilih menghindar
59 Penyelidikan langsung
60 Kegagalan ke dua
61 Tamparan
62 Putus asa
63 Bayangan semu
64 Saling mengenali
65 Tak selesai dengan diam
66 Terbuka
67 Kerinduan
68 Pasukan elite?
69 Pertemuan kita
70 Jejak
71 jejak 2
72 Jejak 3
73 Menemui ujung
74 Menyusun strategi
75 Menyusun Strategi 2
76 Menyusun Strategi 3
77 Hal tidak menyenangkan
78 Ayaaa... Pulaang....
79 Pulang
80 Pendapat yang berbeda
81 Pengecualian
82 Bujukan
83 Tomat matang
84 Kenyataan
85 Ungkapan
86 Pertandingan
87 I D
88 DGap
89 Bangun
90 Mulai menapaki hari
91 Dikerdilkan
92 Pembelaan
93 Kekompakan
94 Isyarat
95 Membuat strategi
96 Dikegelapan
97 Gue gak bunuh dia
98 Gebrakan
99 Ketauan
100 Hukuman yang lebih baik
101 Maling teriak maling
102 Saling menjaga
103 Manis dan Pahit
104 Perlawanan
105 Kesepakatan
106 Kehilangan
107 Wanita pujaan
108 Berjuang untuk diri sendiri
109 Tembakan
110 Kedukaan
111 Karena pelangi itu nyata, meski hanya bias cahaya
112 Pagi yang baru
113 Sambutan untuk kepergian
114 Menemui ujung
115 Janji mie ayam
116 Penyusup
117 Mess
118 Misi baru
119 Pernikahan
120 Gasha
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Kepulangan
2
Anak baru
3
Black rider
4
Kedai soto
5
Estafet
6
Siswa Populer
7
Preman pasar
8
Mengenang rasa pilu
9
Sapaan pagi
10
Ruang Arsip
11
Usaha yang gagal
12
Kunjungan Malam
13
Penguntit
14
Mengantar pulang
15
Butuh bantuan
16
Tanding
17
Scorsing
18
Kelompok sepi
19
Undangan Pesta
20
Laporan
21
Teman baru
22
Usaha satu kelompok
23
Kembali bersama
24
Tamu yang tak diundang
25
Pesta yang ditinggalkan
26
Menghadapi serangan
27
Pertolongan
28
Thanks
29
Kang rusuh
30
Pagi berseri
31
Share loc
32
Kedatangan yang dinanti
33
Bantuan teman
34
Sehari penuh
35
Menyusun misi
36
Dion
37
Mempertahankan previlage
38
Bertukar
39
Basket
40
Teman makan bersama
41
Di paksa melawan
42
Nostalgia
43
Banyak persamaan
44
Ngobrol
45
Undangan penting
46
Berandal
47
Persaingan
48
Penyelamat
49
Pagi penuh kecurigaan
50
Bunga lili
51
Kekhawatiran
52
Permintaan telak
53
Menjatuhkan
54
Bukti valid
55
Merancang masa depan
56
Menginap
57
Pancingan
58
Memilih menghindar
59
Penyelidikan langsung
60
Kegagalan ke dua
61
Tamparan
62
Putus asa
63
Bayangan semu
64
Saling mengenali
65
Tak selesai dengan diam
66
Terbuka
67
Kerinduan
68
Pasukan elite?
69
Pertemuan kita
70
Jejak
71
jejak 2
72
Jejak 3
73
Menemui ujung
74
Menyusun strategi
75
Menyusun Strategi 2
76
Menyusun Strategi 3
77
Hal tidak menyenangkan
78
Ayaaa... Pulaang....
79
Pulang
80
Pendapat yang berbeda
81
Pengecualian
82
Bujukan
83
Tomat matang
84
Kenyataan
85
Ungkapan
86
Pertandingan
87
I D
88
DGap
89
Bangun
90
Mulai menapaki hari
91
Dikerdilkan
92
Pembelaan
93
Kekompakan
94
Isyarat
95
Membuat strategi
96
Dikegelapan
97
Gue gak bunuh dia
98
Gebrakan
99
Ketauan
100
Hukuman yang lebih baik
101
Maling teriak maling
102
Saling menjaga
103
Manis dan Pahit
104
Perlawanan
105
Kesepakatan
106
Kehilangan
107
Wanita pujaan
108
Berjuang untuk diri sendiri
109
Tembakan
110
Kedukaan
111
Karena pelangi itu nyata, meski hanya bias cahaya
112
Pagi yang baru
113
Sambutan untuk kepergian
114
Menemui ujung
115
Janji mie ayam
116
Penyusup
117
Mess
118
Misi baru
119
Pernikahan
120
Gasha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!