Sementara itu Alvin sudah sadar dari pingsannya, ia memperhatikan tempatnya saat setelah ia sadar.
"Di mana aku sekarang apa aku sudah di surga," gumam Alvin, matanya menyapu seluruh ruangan itu. Saat ia hendak bergerak ia melihat tangannya ada jarum infus, baru ia mengerti kalau ia saat ini berada di rumah sakit.
Saat Sela masuk keruangan anaknya ia melihat Alvin sudah sadar, buru-buru ia menghampiri Alvin.
"Kamu sudah sadar Nak," ujar Sela sambil mengelus kepala Alvin.
Alvin menganggukkan kepalanya, lalu Sela kembali berkata.
"Maaf ya Nak, tadi mama keluar beli cemilan," ujar Sela.
"Tidak apa-apa Ma," jawab Alvin dengan suara lemahnya.
"Siapa yang menyerempet sepeda motor kamu?" tanya Wijaya ingin tau.
"Tidak tau Pa, sepertinya orang itu memang sengaja, mungkin itu suruhan Fani," kata Alvin. Wijaya gelagapan mendengar perkataan anaknya. Sedangkan Sela mengerutkan keningnya karena bingung, Alvin juga keceplosan bicara. Wijaya memberi kode kepada Alvin agar tidak melanjutkan perkataannya.
"Ada masalah apa Fani dan kamu sehingga dia mau mencelakai dirimu, apa kamu membuat masalah dengannya?" tanya Sela penuh selidik.
"Fani membuat kesalahan patal di kantor karena itu papa pecat dia, mungkin dia sakit hati dan membalasnya kepada Alvin," jawab Wijaya cepat karena ia tidak mau anaknya memberitahu rahasianya.
"Kamu harus hati-hati, setelah kamu sembuh kamu pergi diantar sopir ke mana pun kamu pergi, mama khawatir mereka kembali mencelakaimu kedepannya," ujar Sela.
"Iya, Ma," jawab Alvin.
**
Besoknya Alvin sudah di perbolehkan pulang, Wijaya dan Sela membawa Alvin pulang ke rumah mereka.
Sampainya mereka di rumah, teman sekolah Alvin sudah banyak di halaman rumah mereka. Alvin sangat senang melihat temanya datang menjenguknya.
Mereka asik bercerita banyak hal, mereka juga bertanya bagaimana bisa Alvin sampai kecelakaan, Alvin menceritakan semuanya. Tidak terasa waktu sudah berputar sampai sore. Sementara Queen menunggu Alvin gelisah di rumah kosong.
"Kemana dia, kenapa dia belum menghubungiku, apa ia membatalkan rencana semalam," kata Queen bicara sendiri.
Lalu Queen mencoba menghubungi Alvin, tapi ponsel Alvin tidak aktif membuat Queen semakin gelisah, "Apa aku harus pergi ke perusahaan Grand Alana tanpa Alvin," gumam Queen.
Karena Queen begitu penasaran ia pergi ke rumah Wijaya, dari kejauhan Queen mengamati rumah Wijaya, ia melihat cowok dan cewek beberapa orang keluar dari rumah Wijaya.
"Sepertinya itu teman Alvin karena usia mereka masih muda," gumam Queen.
Queen sudah lelah menunggu tidak jauh dari rumah Wijaya, namun yang di tunggu tidak keluar, akhirnya Queen kembali ke rumah kosong.
Alvin baru ingat kalau ia punya janji kepada Queen.
"Astaga, aku punya janji, bagaimana ini pasti dia marah kepadaku, mana ponselku ya," ujar Alvin sambil memanggil Bibi.
"Bi, bibi melihat ponselku?" tanya Alvin.
"Bibi tidak melihat den," jawab Bibi. Lalu Alvin mencari mamanya.
"Ma, lihat ponselku gak?" tanya Alvin.
"Ponsel kamu hancur, kamu beli saja ponsel baru," jawab Sela.
"Mana ponsel Mama, aku pakai" kata Alvin. Sela memberikan ponselnya kepada Alvin.
Lalu Alvin menghubungi Queen.
"Halo, ini dengan siapa ya?" tanya Queen karena nomor tidak di kenal.
"Ini Alvin," jawab Alvin.
"Kenapa kamu membohongiku, tidak lucu Vin, aku di sini seperti orang gila menunggumu!" kata Queen dengan nada marah.
"Aku tidak membohongimu, kemarin saat aku pulang dari kantor aku di serempet mobil tidak di kenal," ujar Alvin menjelaskan.
"kenapa kamu tidak mengabari biar aku tidak menunggumu," kata Queen kembali memarahi Alvin.
"Aku mana ingat aku saja baru tadi pulang dari rumah sakit, ponselku juga hancur karena itu aku tidak bisa menghubungimu, ini aku pakai ponsel mamaku," kata Alvin menjelaskan.
"Ya sudah aku minta maaf karena sudah marah marah kepadamu, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Queen.
"Begitu dong itu baru temanku, aku sudah pulih besok aku sudah bisa masuk kantor, kamu besok datang siang, besok aku kabari kalau aku sudah sampai kantor," ujar Alvin. Queen merasa lega setelah setelah mendengar penjelasan Alvin tadinya ia sempat berpikir kalau Alvin membohonginya.
"Iya," jawab Queen.
"Ya sudah aku tutup dulu teleponnya," ujar Alvin.
"Iya," jawab Queen. Telepon terputus.
"Siapa yang kamu telepon?" tanya Sela ingin tau.
"Teman Ma, besok ia mau masuk kantor," jawab Alvin.
"Ya sudah kamu istirahat sana, kamu belum sembuh betul!" kata Sela.
"Iya, Ma," jawab Alvin. Lalu Alvin pergi ke kamarnya.
**
Esok harinya Queen datang ke kantor Grand Alana, sedangkan Alvin sudah menunggu di depan kantor.
"Hai," kata Queen menyapa Alvin. Sontak Alvin terkejut melihat orang yang menyapanya.
"Siapa kamu?" tanya Alvin.
"Aku Queen," jawab Queen berbisik di dekat telinga Alvin.
"Hahahaha, kamu lucu sekali sumpah, penyamaran yang sempurna aku saja tidak mengenalimu," kata Alvin.
"Kamu mengejek aku ya?" tanya Queen marah.
"Tidak, penampilanmu memang sangat lucu," kata Alvin.
"Sudah ayo kita ke dalam! aku malas melihatmu menertawakan diriku dari tadi," kata Queen.
"Ayo!" kata Alvin. Mereka masuk kedalam. Alvin membawa Queen ke ruangan papanya.
"Pa, ini orangnya yang akan menjadi sekertaris papa," kata Alvin memperkenalkan Queen.
Wijaya memperhatikan Queen dari atas sampai bawah, penampilan Queen memang sangat culun.
Apa tidak ada orang lain lagi, kalau tidak karena rahasiaku ada di tangan Alvin, aku tidak sudi menjadikannya sekretaris, mana ada sekertaris penampilannya seperti ini, bikin malu saja," kata Wijaya dalam hati.
"Ya sudah aku akan interview langsung dia," kata Wijaya.
"Iya, Pa," jawab Alvin.
Wijaya sengaja membuat pertanyaan yang sulit agar Queen tidak bisa menjawab dan ia gagal menjadi sekertaris.
Tapi sayang rencana Wijaya gagal, karena Queen bisa menjawab semua pertanyaannya. Wijaya tidak menyangka kalau Queen sepintar itu. Dengan terpaksa ia harus menerima Queen jadi sekretaris.
"Ya sudah mulai besok kamu sudah bisa bekerja di sini," kata Wijaya karena ia juga sudah kewalahan mengerjakan pekerjaannya tanpa sekretaris.
"Baik, Pak, kalau begitu saya permisi dulu Pak," kata Queen.
"Silahkan," jawab Wijaya. Lalu Queen keluar dari ruangan Wijaya.
"Aku juga keluar Pa," kata Alvin.
"Ya, seharusnya kamu tidak perlu berada di sini mengawal Dea," ujar Wijaya.
Alvin geram mendengar perkataan papanya, tapi karena ia ingin bicara kepada Queen ia tidak menjawab perkataan papanya. Alvin segera keluar mengejar Queen.
"Bagaimana pendapatmu melihat papaku?" tanya Alvin kepada Queen setelah ia bertemu dengan Queen.
"Aku belum bisa menilai papamu, karena aku baru tadi melihat papamu," jawab Queen.
"Iya, deh," ujar Alvin. Tidak jauh dari mereka ada mata yang memperhatikan mereka saat keluar dari ruangan direktur.
"Ya sudah aku pulang," kata Queen.
"Ya, aku juga mau lanjut kerja," jawab Alvin. Mereka berpisah, Alvin masuk ke ruangannya sedangkan Queen pulang ke rumah kosong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
pak Wijaya ternyata mata keranjang gk boleh ngelihat creek licin dikit
untung Quen menyamar dengan sempurnah pasti kelihatan culun banget km y Quen, sampai Alvin ngetawain km🤭
2023-10-20
2
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
untung km hapal no. HP y Quen jd walaupun HP mu hancur tp msh menghubungi Quen
2023-10-20
2
Putra Al - Bantani
jago juga bersandiwara ya wijaya ini
2023-10-07
2