Saat Wijaya Hartono masuk ke kamar anaknya, ia melihat anaknya sedang asik melukis, melihat pemandangan itu Wijaya emosi lalu ia mendekat.
Braakkk! Braakkk! Braakkk!
Wijaya menghancurkan semua peralatan lukisan anaknya.
"Apa yang Papa lakukan, hentikan!," Alvin mencoba menghalangi papanya.
"Dasar anak bodoh!" Wijaya meluapkan kemarahannya menghajar anaknya.
Alvin tidak melawan, ia pasrah dipukuli, sela mendengar suara keributan di kamar anaknya segera datang, saat ia sampai Alvin sudah babak-belur di pukul Wijaya, melihat pemandangan itu Sela berteriak.
"Hentikan! Jangan pukul lagi!" ucap sela sambil memeluk anaknya.
Seketika Wijaya menghentikan pukulannya lalu pergi dari kamar anaknya.
Sela mengobati luka lebam anaknya bekas pukulan Wijaya.
"Kenapa Papa sampai memukulmu?" tanya Sela lembut.
Tapi Alvin tidak menyahut dia diam membisu, Sela mendesah melihat anaknya seperti itu, setelah mengobati anaknya ia membersihkan semua kekacauan di kamar anaknya setelah itu Sela keluar dari kamar anaknya.
Melihat mamanya sudah pergi Alvin mengemasi barangnya lalu ia pergi dari rumah orang tuanya.
"Kenapa Papa memukuli Alvin sampai babak-belur? Alvin itu sudah besar bukan anak kecil lagi, kalau dia salah seharusnya Papa menegur dengan cara menasehati bukan memukulnya, cara Papa seperti itu membuat Alvin semakin membangkang dan tidak mau menuruti keinginan Papa," kata Sela protes pada suaminya setelah ia masuk kamarnya.
"Anak itu selalu membangkang tidak mau menuruti keinginan Papa, Mama lihat sendiri bagaimana dia setiap Papa kasih tau selalu tidak mau menurut," jawab Wijaya.
"Tapi tidak harus memukul," ujar Sela.
"Sudah Ma, jangan bahas itu lagi hari ini Papa capek yuk kita tidur," kata Wijaya memotong perkataan istrinya.
Lalu mereka tidur. Sedangkan Queen saat ini tidak bisa pergi kemana-mana karena banyak anak buah Wijaya dimana-mana, ia bersembunyi dirumah kosong pinggir kota, tempat itu lebih aman untuk dirinya bersembunyi sementara.
"Aauu," jerit Vania saat ia mengeluarkan peluru dari kakinya, ia mengeluarkan peluru pakai pisau, ia tidak mungkin ke rumah sakit atau pulang kerumah orang tua angkatnya, terpaksa ia mengeluarkan sendiri peluru itu dari kakinya.
Alvin terus berjalan walau ia tidak tau mau kemana pergi ia hanya mengikuti langkah kakinya melangkah.
Alvin sudah lelah berjalan akhirnya ia istirahat di rumah kosong di pinggir kota, karena kelelahan Alvin tertidur di teras rumah kosong.
**
Sementara itu rumah Bimo di kepung anak buah Wijaya, salah satu dari mereka mendobrak pintu rumah Bimo.
Braakkk!
Pintu terbuka, anak buah Wijaya segera masuk mereka memeriksa semua kamar, saat mereka masuk ke kamar Bimo, Bimo terbangun.
"Siapa kalian?"tanya Bimo merasa heran melihat banyak orang di kamarnya.
Anak buah Wijaya segera menodongkan senjata.
"Katakan dimana Queen?" tanya anak buah Wijaya.
Bimo bingung pasalnya semalam ia mencari Queen kemana-mana karena tidak pulang tapi tidak ketemu, serang ada yang mencari Queen sepertinya Queen membuat kesalahan pada orang berkuasa di negeri ini, pikir Bimo.
"Mau apa kalian mencari anakku?" bukanya menjawab Bimo balik bertanya.
"Dasar banyak omong," kata anak buah Wijaya lalu menghajar Bimo.
"Hentikan jangan sakiti suamiku!" jerit Pertiwi memenuhi isi rumah.
Pertiwi iba melihat suaminya di hajar membabi-buta.
"Kalian manusia berhati iblis, apa salah kami? mengapa kalian memukul suamiku hiks..hiks..hiks, kata Pertiwi menangis sambil memeluk suaminya.
"Ayo kita bawa mereka ke gudang!" kata salah anak buah Wijaya.
Mereka membawa Bimo dan Pertiwi.
**
Queen tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan orang tua angkatnya ia khawatir kalau orang tuanya di tangkap anak buah Wijaya.
Karena tidak bisa tidur Queen bangun dari pembaringannya lalu ia pergi keluar, diluar ia melihat ada orang tidur meringkuk, lalu ia mendekat ingin melihat wajah orang itu, ia tidak mengenal siapa orang itu, lalu Queen pergi kerumah orang tuanya.
Walau tidak bisa berjalan cepat ia tetap pergi untuk memastikan orang tuanya baik-baik saja atau dalam bahaya.
Sesampainya ia dirumah orang tuanya ia melihat pintu rumah orang tuanya sudah terbuka lebar, Queen mempercepat langkahnya masuk kerumah orang tuanya, ia memeriksa semua ruangan tapi ia tidak menemukan orang tua angkatnya.
"Sial aku sudah kecolongan, mereka sudah membawa Papa dan Mama," ucap Queen dalam hati, ada penyesalan di hati Queen karena melibatkan orang tua angkatnya dalam bahaya.
"Aku harus menolong Papa sama Mama, aku tidak bisa berdiam diri,"gumam Queen.
Queen pergi dari rumah orang tua angkatnya, saat di halaman rumah ia diserang anak buah Wijaya.
Mereka sudah menunggu Queen datang.
Perkelahian terjadi antara anak buah Wijaya dan Queen, mereka ada lima orang sedangkan Queen sendiri, tapi tetap pertarungan seimbang.
Queen mengeluarkan semua tenaganya untuk melawan anak buah Wijaya, karena ia tidak mau tertangkap.
Doorrrr!
Doorrrr!
Doorrrr!
Suara selongsong peluru terdengar Queen tetap bisa mengelak dari tembakan anak buah Wijaya.
Setelah hampir dini hari baru anak buah Wijaya bisa dilumpuhkan Queen, Queen mengambil senjata anak buah Wijaya, lalu ia segera pergi takut anak buah Wijaya yang lain datang.
Queen kembali kerumah kosong, sesampainya di teras Queen pingsan, Alvin yang sudah bangun melihat Queen pingsan segera membawa Queen masuk kerumah kosong, Alvin memperhatikan banyak darah keluar dari kali Queen.
Lalu Alvin merobek bajunya ia membalut luka Queen.
Alvin menunggu Queen sadar.
"Siapa perempuan ini? sepertinya dia baru berkelahi kakinya juga bekas tembakan," gumam Alvin sambil memperhatikan muka Queen.
**
Pagi harinya di rumah Wijaya Hartono heboh, Sela kalang kabut mencari Alvin.
"Pa, bangun! anak kita pergi," ucap Sela membangunkan Wijaya.
"Apa sih Ma, pagi-pagi sudah ribut?" tanya Wijaya.
"Anak kita pergi dari rumah, ini semua gara-gara Papa pukul Alvin semalam, dia jadi pergi dari rumah," kata Sela menyalahkan Wijaya.
"Biarkan Alvin pergi, nanti dia pasti kembali kalau sudah tidak punya uang,"jawab Wijaya santai.
"Papa kok bisa setenang itu anaknya pergi dari rumah?" tanya Sela heran melihat reaksi suaminya.
"Jadi Papa harus bagaimana Alvin sudah besar, dia pasti tua jalan pulang, sudah tidak usah di pikiran paling besok dia sudah pulang," kata Wijaya menenangkan istrinya.
"Mama tidak mau tau Papa haru cari Alvin kalau tidak Mama ikut pergi dari rumah," kata Sela mengancam suaminya.
"Iya nanti Papa cari," jawab Wijaya agar istrinya tidak lagi mengomel.
Suara dering ponsel Wijaya berbunyi tanda ada yang menghubungi. Lalu Wijaya mengangkat.
"Halo, kabar apa yang kau bawa?" tanya Wijaya setelah mengangkat telepon dari anak buahnya.
"Perempuan yang Bos cari belum ketemu tapi orang tuanya sekarang kami sekap di gudang," kata anak buahnya melapor.
"Kerja bagus ya sudah nanti aku kesana," ujar Wijaya lalu ia mematikan sambungan teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Tobi🐈
hebat juga ya😏
2023-10-07
0
Tobi🐈
menurut pendapat seseorang "mengatai anaknya dg sebutan bodoh atau tidak berguna akan membuat anaknya depresi dan menjadi seperti yg disebutkan"
2023-10-07
1
Tobi🐈
bpknya
2023-10-07
0