Rico berusaha mencari alamat Anya di Belanda. Untuk bertanya pada pegawaianya, itu adalah hal yang tidak mungkin, sedangkan beberapa kali Rico chat dan calling, tak juga ada jawaban dari Anya.
Dia ingat dia punya teman kuliah yang sekarang tinggal di Leiden, namanya Dimas.
Rico berusaha mencari nomor temanya itu di ponselnya, tidak ada, sudah terhapus mungkin. Dia menghubungi Zein.
"Hallo Zein, lo masih nyimpen nomor Dimas nggak?"
"Ada, kemaren ane baru di calling sama dia, ada apa?"
"Gue kirimin ya, gue tunggu".
"Yap, ada apa Ric, kayaknya penting banget'.
" Yak antara hidup dan mati" Sambil tertawa Rico menjawab pertanyaan Zein.
"Mau melebarkan sayap ente ke Belanda ?".
"Ya siapa tahu keberuntunganku"
" Oke good luck, tunggu ane cari, ntar ane kirim".
" Yo bro thanks"
Tak berapa lama kemudian Zein memgirimkan nomor ke ke Rico. Rico segera menyimpan nomor Dimas. Dan langsung menghubungi Dimas.
Tuuuut tuuuut, nada sambung.... ada sahutan dari seberang.
"Goedemorgen", Ada suara dari seberang dengan dialek Belanda yang sangat lancar.
" Dimas, ini gue, Rico"
" Ooo Rico apa kabar, ada yang bisa saya bantu Ric".
" Lo punya teman atau saudara di Amsterdam ?"
" Ada lah, bapak sama istrinya tinggal di Amsterdam, ada apa nih ?"
" Gue mau minta tolong, Lo kenal dengan orang Indonesia yang sekitar 3 bulan yang lalu balik ke Indonesia, nikah dengan orang Indonesia?".
" Eits jangan-jangan lo cari bapak gue ??, kenapa nih".
" Emang bapak lo pulang bawa istri tiga bulan yang lalu?"
" Yoa" jawab Dimas pendek.
" Di rumah kamu sekarang ada tamu nggak?"
" Ya adik tiri gue, lusa dia mau kesini, ada apa nih, gue curiga" sambil tertawa terkekeh. " Emang lo udah putus sama Rebecha".
" besok aku maen ke rumahmu di Leiden kasih alamat, jangan bilang apa-apa dulu dengan keluarga yang di Amsterdam, Besok ketemu aku cerita".
" Oke brooo, gue tunggu"
" Lo mau oleh-oleh apa dari Indonesia?"
"Sekarang gue punya ibu baru yang pinter masak, masakan Indonesia apapun, jadi gue nggak perlu koriman makanan dari Indonesia. Yang penting lo kesini slamet aja deh Ric".
" Ok broo thanks banget ya ?"
Malam ini, Anya diajak jalan-jalan oleh ayah dan ibunya. Tinggal di Amsterdam kehidupanya sangatlah tenang. Tak ada polusi.
Selama musim gugur ada banyak atraksi ditampilkan di pinggir jalan. Tidak hanya di Indonesia, di Belanda pun banyak berjejer kedai kopi, yang memang disediakan untuk para turis dalam negeri maupun mancanegara, bila ingin mencari minuman hangat.
Di setiap kedai selain menyediakan kopi, biasanya juga disediakan appletaart, semacam apel pai, dengan tekstur yang lembab dan lembut di lapisanya. Kulitnya kering seperti roti kering, rasanya merupakan campuran apel yang tidak begitu manis.
Anya sangat menyukai kue ini. Sebab memang sangat cocok dengan lidahnya.
Mereka duduk-duduk di salah satu kedai yang nyaman. Di setiap kedai disediakan tempat duduk berpayung untuk dua sampai empat orang di trotoar jalan.
Malam ini sangat semarak. Walaupun cuaca di bawah 20° derajat menurut apa yang dirasakan oleh Anya, tapi di setiap sudut jalanan tampak penuh manusia.
Tak ada yang menggunakan kendaraan bermesin, mereka lebih suka jalan kaki atau bersepeda. Sehingga kota terasa sangat bersih dan damai.
" Nya, di perusahaan Walvarende Sentosa ada lowongan kerja. Mereka mencari marketing, mungkin kamu berminat?"
Anya menghela nafas dalam, masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
" Ya yah, aku betah tinggal disini, rasanya damaaaai, banget. Tapi untuk pindah kerja.... rasanya belum ada dalam rencana".
" Ya sudah dipikirkan saja dulu, ayah cuma memberi masukan"
" Ya Nya, siapa tahu kamu berminat, Ibu jadi ada temannya kalau pas ayah kerja'.
" Ini mah rayuan ibu ya, ayah suruh nyariin pekerjaan?" Mereka tertawa, sedang ibu tersipu.
" Ibu kepikiran Nya..."
" Ya, nanti Anya pikirkan".
Selebihnya mereka ngobrol banyak mengenai kegiatan sehari-hari.
Sementara itu, Rico mempersiapkan diri untuk keberangkatanya ke Belanda. Segala sesuatu sudah disiapkan oleh Pak Hasan, besok pagi ada jadwal penerbangan ke Amsterdam. Di Leiden bandaranya sudah tutup kata Dimas. Akhirnya diputuskan untuk turun di Amsterdam saja, lalu nanti dilanjutkan dengan kendaraan darat menuju Leiden.
Tidak ada yang mahal demi cinta. Rico menertawakan diri sendiri. Bagaimana dia bisa segila ini mengejar cinta.
Ternyata bucin bukan hanya milik ABG, dia yang sudah dewasapun merasakan hal yang sama. Rico tersenyum. Menyenyumi diri sendiri.
Pesawat besok berangkat jam tujuh pagi. Dia memanggil Pak Slamet yang merupakan sopir pribadinya, supaya besok diantar ke bandara jam lima pagi. Sebab 2 jam sebelum keberangkatan ia harus sudah ada di bandara.
Malam ini Rico tertidur sangat nyenyak, selain capek, membayangkan besok bertemu dengan Anya, itu cukup membuat Rico lebih cepat terbawa mimpi.
Akhirnya, sampailah Rico di Bandara Schiphol Amsterdam, dia harus melanjutkan perjalanan lagi lewat darat yang memakan waktu kurang lebih 45 menit menuju Leiden.
Sudah ada beberapa taxi yang berjejer di pintu keluar bandara, Rico memilih salah satunya. Dan menyebutkan kemana tujuanya.
Taxi melaju dengan stabil, walaupun ini perjalanan yang lumayan jauh, Rico tidak bosan, karena pemandangan yang ada di hadapanya sangatlah indah.
Beberapa kali Rico melewati ladang gandum yang dilengkapi dengan beberapa kincir yang tampak kecil dari jalanan. Ciri khas negara Belanda. Seandainya saja dia kesini musim semi, pasti akan melihat bunga tulip yang bermekaran dimana-mana.
"Meneer, zoek een goed hotel als u in Leiden aankomt"
(Pak Carikan saya hotel yang bagus setiba di Leiden)
" Ik probeer het, Meneer".
((Baik, saya usahakan pak). Selebihnya mereka banyak berdiam diri. Driver konsentrasi dengan jalanan, sementara Rico konsentrasi dengan pemandangan yang membuatnya sangat takjub.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah memasuki kota Laiden. Driver mencari hotel yang diminta oleh Rico. Mereka memasuki sebuah hotel yang terlihat bagus dan eksklusif.
Sampai di pintu masuk hotel, driver taxi membantu Rico mengeluarkan koper. Dan Rico membayar sesuai dengan tagihan yang tertera di argo meter.
Taxi tradisional disini, masih terawat bagus, walaupun bentuk luar tampak tua, tapi baik eksterior dan interior mobil terlihat sangat terawat.
Koper Rico diterima oleh porter (bel boy), Rico mengikuti porter di belakangnya, sampai di loby hotel, Rico mendaftarkan diri. Untung tidak banyak tamu. Sehingga Rico masih mendapatkan kamar kosong.
Sampai di kamar, Rico merebahkan diri sejenak, dia melihat jam di dinding pukul lima sore lewat, tapi matahari di luar masih terasa terik, dibandingkan jam lima sore di Indonesia.
Memang musim gugur di Belanda lebih panjang siang hari dibandingkan malamnya. Apapun Rico ingin istirahat dulu, dia ingin esok hari saat bertemu dengan Anya, dia sudah terlihat fress dan lebih segar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nurull Assyfa
bucin ya si rico
2021-04-01
0
Vayutanchayank
seru banget lanjutkn
2020-11-17
0
Rufita💐
pengorbanan cintaa
2020-11-13
1