Dalam pesawat menuju Belanda, Anya hanya memandang keluar jendela. Di sebelahnya duduk pria tampan berwarga negara Belanda. Tadi mereka sempat ngobrol sebentar sampai akhirnya Anya merasa kelelahan dan meminta izin untuk istirahat. Dia mematikan ponselnya supaya tidak menggangu istirahatnya. 14 jam bukanlah waktu yang singkat, beberapa kali Anya harus bangun dan tidur lagi. Disaat tidur yang kedua dia yakin tadi tidak pakai selimut, tapi saat terbangun dia sudah dalam kondisi diselimuti.
Anya yakin dia diselimuti oleh pria tampan disampingnya, sehingga tidak salah bila dia mengucapkan terimakasih.
" Dank U " pria tampan itu hanya tersenyum dan menjawab. kata sama-sama dengan dialek yang begitu kagok., dan lucu didengar oleh Anya. Anyapun ikut tersenyum
Setelah itu mereka ngobrol seru, dengan menggunakan bahasa inggris, sebab bahasa Belanda yang dikuasai oleh Anya hanya kata, 'apa', siapa dan terima kasih saja.
Mereka saling bertukar nomor telepon dan alamat yang ada di Belanda.
Tak terasa obrolan mengantar mereka sampai tujuan, pesawat landing di Bandara International Schiphol tepat pada waktunya, Anya dan Steve teman barunya menuju ke terminal kedatangan, dijalan keluar ia sudah ditunggu oleh ibu dan ayahnya.
Anya langsung berlari untuk memeluk ibunya, mereka berpelukan seolah tak mau dilepas, sedang ayahnya hanya menepuk-nepuk pundak anak dan ibu tersebut. Tanpa mereka sadari kopor yang tadi dibawa oleh Anya, ia tinggalkan begitu saja. Untung ada Steve yang berbaik hati menyeretkan kopor tersebut untuknya.
Ayah Anya bingung saat ada laki-laki bule memberikan kopor padan-Nya. Tapi saat Steve menunjuk Anya, Ayah Anya maklum dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Ok Anya see you again' sambil menyalami Anya dan keluarga.
"Makasih Steve, sampai jumpa lagi". Mereka berpisah sambil melambaikan tangan.
"Sambil berjalan menuju parking area, anak dan ibu ini tidak melepaskan diri satu dan yang lainya, mereka saling bergandeng tangan.
"Ibu sudah sembuh ? kok ikut jemput Anya siih ?"
"Ibu kan cuma sakit ringan, jadi dirawat sebentar j7ga sembuh".
" Kamu kerjaanya gimana Nya ?" tanya ayah tiri Anya.
"Baik yah, lancar"
"Kamu sudah lama kerja di perusahaan itu ? disini banyak lowongan kerja Nya, siapa tahu kamu mau pindah ke Belanda ?".
" Yaaa liat nanti deeh"
Ayah meletakkan koper Anya di bagasi, Anya sedikit kedinginan saat turun dari pesawat. Ini bulan september harusnya di Belanda sekarang adalah musim gugur.
Walaupun cuacanya lebih hangat dibandingkan dengan musim dingin dan musim semi, tapi karena berasal dari negara tropis, 20° menurut Anya tetaplah dingin.
"Dingin ya buk, ibuk pasti betah disini ?"
"Apalagi kalau ditemani anak gadisnya tinggal disini, ibumu pasti betah banget" jawab ayah sambil mengerling kepada istrinya. Mereka tertawa bersamaan.
" Seandainya kamu tinggal disini, ibu akan lebih tenang, sebab kamu di Indonesia sendirian Nya, ibu kepikiran".
Anya memeluk ibunya dengan erat.
"Ah ibu, ibu kan tahu gimana tangguhnya anak ibu, masa gitu aja khawatir".
Mobil mulai melaju, Anya melihat suasana kota Amsterdam yang menurutnya sangat luar biasa. Walaupun sudah tampak sepi, tapi dari beberapa sudut kota masih ada keramaian. Pertunjukan-pertunjukan pinggir jalan juga masih ramai dikerumuni oleh muda-mudi. Anya bisa melihat banyak aneka atraksi yang dipertontonkan di sepanjang jalan.
Perbedaan waktu lima jam dari Indonesia belum bisa mengadaptasi Anya. Dia belum terbiasa.
14 jam di pesawat, harusnya ia sampai disini pukul 6 pagi. Tapi nyatanya.
"Buk, disini jam berapa sekarang ?"
"Jam 1 dini hari Nya"
Mata Anya terbelalak
Tak lama mereka sampai di rumah, karena jalanan sangat lancar, sehingga perjalanan mereka lebih cepat sampai.
Mereka sampai di perumahan yang begitu asri. Semua rumah berbentuk sama dan berlantai dua. Antara rumah yang satu dan yang lain tanpa pagar, halaman depan rumahpun juga tanpa pagar dan ditumbuhi rumput yang halus dan terawat, setiap rumah pasti ditanami 4 pohon yang mirip. Jalan menuju perumahan tersebut sangat lebar. Setiap rumah tidak dilengkapi garasi, tapi semua mobil diparkirkan di pinggir jalan, semua terparkir dengan rapi.
Mereka memasuki rumah, ruangan yang sangat familiar, begitu masuk Anya langsung betah berada di rumah itu.
Ibu Anya mengantar ke kamar dimana nanti Anya tidur. Kamar yang bersih, khas eropa.
"Kamu istirahat dulu ya sayang, kalau dah hilang capeknya, kita ngobrol lagi". Anya menganggukkan kepala.
"Oh ya, baju kamu masukkan ke lemari itu, ini kamar Dimas, anak ayah yang sekarang tinggal di Leiden, nanti kita kesana ya".
"Baik bu "
"Ibu siapkan makan dulu, ibu sudah bikin rawon kesukaan kamu'. Anya memeluk ibunya erat sambil menitikkan air mata.
" Seharusnya nggak usah repot- repot begini bu".
Ibu hanya menepuk nepuk bahu Anya dengan pelan.
Karena baru melakukan perjalanan yang panjang, Anya pingin istirahat sebentar, ia membuka ponselnya, ada ratusan chat dan puluhan telepon yang terlewat dari Rico. Anya menghela nafas dalam.
Sampai di Belanda, rasa rindu Anya menjadi sangat terasa. Dia harus menahan supaya tidak menangis, menangisi kekasih orang lain. Ingatan itu justru membuatnya bertambah sedih. Bayang-bayang Rico, ketampanan Rico, badan tegapnya Rico, bahkan kecuekanya sekarang menjadi sesuatu yang ingin Anya peluk. Lama kelamaan karena kecapekan terlalu lama sesenggukan, Anya sampai tertidur.
Ibu melongok di dalam kamar, ia lihat anak gadisnya masih tertidur pulas. Mungkin ia capek. Ibu mendekati Anya dan mengelus rambut lembut anaknya itu. Ingin rasanya malam ini ia menemani tidur anak gadisnya, sebelum ia harus pulang kembali lagi ke Indonesia.
Pagi hari, saat Ibu sudah bangun dan melongok Anya, terlihat Anya masih pulas. Ibu menemani sarapan Ayah yang akan berangkat kerja.
" Ibu nggak sarapan", tanya ayah
"Nggak, nanti aja nunggu Anya bangun. Mas malam ini aku boleh tidur dengan Anya ?", tanya ibu pada suaminya. Ayah tiri Anya tersenyum.
" Bolehlah... masa Mas larang, kalian pasti rindu kan?, Mas kasih waktu 3 hari cukup ya, buat melepas kangen sama anak gadis?"
" Ya mas, cukup, terima kasih", Inilah yang ia suka dari hidup di Eropa, semua serba dibicarakan, sehingga tidak ada masalah karena mis komunikasi.
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, Anya bangun dari tidurnya, Ibu sudah berada disampingnya. Anya tersenyum sambil memeluk ibunya.
" Sudah bangun Nya, makan yuk, ibu sudah angetin rawonya".
" Anya belum mandi bu, Anya mandi dulu, jam berapa ini bu ?".
" Jam swmbilan pagi. Ya udah sana gih mandi, masih bau Indonesia, ibu jadi pingin pulang", Gurau ibu. Anya bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
Sambil berbisik, Anya bertanya,
" Bu, ada air hangatnya kan?"
" Ada, sayaaaang, udah gih sana mandi, ibu tungguin di ruang makan ya, ibu dah laper, nunggu kamu bangun"
Anya tersenyum menuju kamar mandi.
Mereka bercanda sambil makan, Ayah tiri Anya sangat komunikatif, sehingga mereka ngobrolnya juga enak. Ayah sengaja menunggu Anya bangun baru nanti ia berencana berangkat kerja.
" Nya nanti ibu mau ngeloni kamu, katanya kangen" guru ayah tiri Anya.
"Ya nggak pa pa kan Yah, Anya juga kangen". Sebetulnya, Anya hanya tidak mau tidur sendiri, dan ingat dengan Rico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Vayutanchayank
suka saya suka
2020-11-17
0
Ike Rubiyana
lanjuttt...
2020-11-11
0
Lina Castano Thekelijie
visualnya ding thor...😁
2020-10-22
0