Semua karyawan bekerja seperti biasa, hari yang cerah untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda kemarin. Mereka semangat mengerjakan pekerjaan hari ini. Anya menghadap kepala bagian untuk meminta izin resmi, Untuk satu minggu ke depan pergi ke Belanda. Kantor sibuk seperti biasa. Setelah sampai di tempat duduk, Anya basa basi dengan teman-temanya dulu seperti biasa. Mereka bercanda mengenai sesuatu hal yang sebetulnya tidak penting.
"Nya lo jadinya berangkat hari jum'at?" Tanya David
"Ya, kenaoa ? Mau kasih uang saku?"
"Ya, bilang aja mau berapa?"
"Huuuu" jawab Anya sambil memonyongkan mulutnya yang tipis. Ah Anya, batin Irfan, kenaoa lo musti pergi jauh banget si.
"Mau berapa lama di Belanda mbak" Tanya Raras, yang memiliki bahasa yang sangat medok, Raras berasal dari Blitar Jawa Timur. Nih anak manis, anaknya juga murah senyum. Kawan-kawan satu divisi paling suka ganggu Raras, selain manis, anaknya juga polos, dan medoknya itu yang bikin orang sering mengganggunya.
"Seminggu aja ndooook" jawab Anya yang menirukan gaya bicara Raras, walaupun sedikit kagok. Mereka tertawa berbarengan. Saat mereka bercanda, tiba-tiba ada yang memanggil nama Anya.
" Perhatian yang namanya Anya mana ya", semua menengokke arah sumber suara, Rachel.
"Ya, saya mba" Anya menjawab sambil berdiri. Rachel dengan cepat melangkah ke arah Anya, sampai di samping Anya, plak !!, Rachel memukul pipi Anya dengan keras, reflek Irfan menengahi dan melindungi Anya dari pukulan yang akan dilancarkan oleh Rachel selanjutnya. Kantor jadi gaduh, beberapa orang berusaha memegangi Rachel yang terlihat seperti kesetanan.
" B.... !! kurang ajar, pegawai rendahan, Jelek, de..., kamu mau rebut Rico, calon suami ku, ngaca, siapa looo !!" Saat mengucapkan kata-kata tersebut, karyawan Rico yang memegangi, mencium aroma alkohol. Mereka berusaha sekuat tenaga supaya Rachel tidak lepas dari pegangan. Sedang Anya, menundukkan kepala sambil menutup pipinya yang baru dipukul oleh Rachel .
" Lo deketin lagi Rico, gue bunuh looo". Semua karyawan yang ada disitu terkejut mendengar perkataan Rachel , mereka semakin terpaku. Anak orang kaya dan terpelajar, lulusan luar negeri, bagaimana bisa lose control seperti itu. Ira menggandeng Anya untuk dibawa pergi, sementara, teman kerja perempuan yang lain mengikuti. Karyawan laki-laki, berusaha menenangkan Rachel . Salah satu memanggil security. Ada 2 orang security yang lari ke arah Rachel yang sedang dipegangi oleh beberapa karyawan.
"Lepas... lepas... pegawai ren... !!!, Jangan memegang badanku dengan tangan kotor kalian!!!", sebetulnya ada beberapa karyawan yang geram mendengar kalimat Rachel, tapi apa daya, yang dihadapi mereka adalah kekasih boss. Mereka hanya berusaha memegangi sampai para security memegang Rachel.
"Maaf bu, maaf, kami hanya menjalankan tugas"
"Jangan pegang, aku j.... sama tangan kotor kalian". Sebetulnya mereka kasihan pada Rachel , tapi mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rachel , mereka maklum bila Pak Rico memacari Anya. Itu pikir mereka saat itu.
Sampai di bassement, Rachel masih teriak-teriak. Sampai sopir Rachel keluar dari mobil, dan mohon maaf pada para security.
" Maaf ya bang, merepotkan, sebetulnya tadi saya sudah melarang, tapi nona malah marah-marah, saya disuruh tetap tinggal di mobil ".
"Ngga pa pa mas, kelihatanya Ibu Rachel sedang mabuk".
"Ya bang, maaf". Sopir memapah Rachel, dan dibawa ke dalam mobil. Saat itu keadaan Rachel sudah betul-betul mabuk berat, sehingga dia tertidur di jok mobil.
Saat kejadian, Rico belum tiba di kantor, sehingga keributan tersebut tidak diketahui olehnya. Di tempat metting, teman-teman Anya mengelilingi Anya dengan mata bertanya-tanya, tak ada yang berani mengeluarkan pertanyaan, tapi mata mereka menuntut jawaban. Tentu saja Anya tahu itu, tapi Anya sendiripun tidak tahu mau mengatakan apa, sedangkan dia sendiri memiliki hubungan tanpa status dengan Rico.
"Nya lo ngga pa pa ", tanya Ira kepada Anya, Anya menganggukkan kepala. Ira memberi isyarat mata pada teman yang lain untuk kembali bekerja. Satu persatu mereka meninggalkan Anya dan Ira.
"Kamu mau cerita Nya ?", Anya memandang Ira dengan pandangan kosong, dan lama lama menangis sangat sedih. Tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya matanya saja yang mengeluarkan air mata tanpa henti. Ira berlari-lari ke arah mejanya untuk mengambil tisyu, sementara teman yang lain ribut bertanya, bagaimana keadaan Anya. Ira hanya meletakkan jari di depan mulutnya saja. Lalu kembali ke ruang meeting untuk menemani Anya.
"Kamu pulang aja ya Nya, nanti aku anter, istirahat di rumah saja dulu". Sebetulnya Anya tidak suka dengan keadaan ini, dia merasa tidak bertanggung jawab dengan pekerjaannya, tapi hari ini, untuk bertemu dengan Rico dia tidak akan sanggup, mood nya juga turun drastis. Dia malu pada teman-temanya dengan peristiwa tadi. Tapi untuk menjelaskan pun dia tak sanggup.
" Aku pulang aja Ra, aku mau sendiri dulu di rumah ". Terlihat Anya mulai tenang.
"Baiklah, aku antar ".
"Ngga pa pa Ra, aku bisa sendiri".
Mereka keluar dari ruang metting, dan sekali lagi dengan isyarat mata, Ira menyuruh teman-temanya untuk kembali bekerja. Mereka menurut dan pura-pura tidak perduli saat Ira dan Anya lewat.
Sampai di bassement, Ira mengantar Anya sampai ke mobil.
" Lo ngga pa pa sendiri ?"
"Ngga pa pa Ra, makasih ya" sambil menutup pintu.
"Ya, ati-ati Nya".
Anya keluar dari bassement dengan pelan-pelan. Sepanjang jalan, dia menyalahkan diri sendiri. Kenapa dia harus jatuh cinta dengan boss-nya, kenapa dia harus jatuh cinta dengan orang yang sudah punya kekasih. Kenapa jatuh cinta pada orang yang salah. Karena tak tahan Anya meminggirkan mobilnya, dan tertelungkup di atas setir. Anya menangis sesenggukan. Sampai sekitar 15 menit, Anya mulai menata perasaanya, dia mengambil nafas dalam dan menjalankan lagi mobilnya dengan pelan. Sampai rumah Anya segera mengunci pintu dan masuk ke dalam kamar. Di sana ia melanjutkan tangisnya.
Sudah lewat siang hari Rico datang ke kantor, pandangan mata semua pegawai.menuju ke arahnya, terlihat jelas, mata mereka sangat tajam.memandang Rico, tak ada satupun yang menyapa, semuanya tampak tegang dan menyimpan amarah, apalagi Irvan, dia memandang Rico dari baru masuk sampai dengan Rico memasuki ruanganya. Ira berdiri hendak menuju ruang Pak Rico, dia tidak sabar untuk marah pada Rico. Saat akan menuju ruang Rico, ada tangan yang memegang tangan Rico. Yonas, sambil memegang tangan Ira, ia menggeleng-gelengkan kepala, supaya Ira tidak masuk ke ruang Pak Rico. Tapi Ira bersikeras, tentu saja teman-teman yang mulai menperhatikan mereka berdua juga melarang Ira masuk. Karena banyak yang melarang akhirnya Ira mengalah.
'Besok-besok aja, kalau kepala lo dah dingin, kalau sekarang, adanya lo malah marah-marah, lo sendiri nanti yang rugi, sini duduk'. Kata Yonas lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Widya Wati
akoh juga ikutan panas
2020-12-24
1
Vayutanchayank
lanjut
2020-11-17
1
Ike Rubiyana
sabar Ira..kl salah langkah kamu bisa dìpecat dehhh...
2020-11-11
0