Selesai baca, bantu like ya kakak
----------------------------
Ada perasaan sedih yang menggayut di hati Anya, bukan tidak ikhlas, tapi ditinggalkan pergi ibunya ke Belanda menyisakan rasa sepi di hati Anya. Seumur hidup mereka berdua mengarungi kehidupan bersama, sehingga saat ibunya pergi ada ruang kosong di hati Anya. Hal ini tidak lepas dari pandangan teman-teman Anya. Anya yang biasa ceria dan bersemangat sekarang terlihat sebaliknya. Terlihat oleh teman-temanya sebentar-sebentar Anya menyeka air matanya. Teman Satu Divisi di perusahaan itu menjadi terbawa rasa sedih, hal inipun tak lepas dari pandangan Rico.
Rico memanggil Anya karena hasil kerjanya akhir-akhir ini tidak beres. ada saja yang salah.
Anya mengetuk pintu ruang presiden direktur,
"Masuk !!" terdengar suara dari dalam.
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?".
"duduk !!"
"Ya pak terima kasih"
"Kamu tahu, kenapa hari ini kamu dipanggil?" Anya terdiam dan tidak menjawab apa-apa. Dia tahu betul apa penyebab dia dipanggil.
" Kamu bekerja di perusahaan ini sudah berapa lama?"
"Tiga tahun Pak"
"Kamu kenal betul dong dengan kondisi perusahaan?"
"Ya pak".
" Kamu tidak bisa melibatkan masalah pribadi dengan kerjaan, kerja kamu jadi ngga bener, Aku nggak tahu kamu punya masalah apa, tapi mulai besok kamu sudah harus bisa membedakan mana urusan pribadi mana urusan kerja, supaya masalah pribadi kamu tidak bersinggungan dengan kerjaan".
"Baik pak", jawab Anya sambil bercucuran air mata. Ini membuat Rico kaget, kenapa reaksi Anya sebegitunya.
" Ok itu saja, tolong besok diubah, nanti mobil kamu ditinggal saja di bassement, kamu ikut aku" ucap Rico tanpa ekspresi. Sementara Anya melongo mendengarkan apa yang disampaikan Rico.
"Sudah silahkan keluar, dan ingat apa yang saya dampaikan tadi".
"Iiiya pak" jawab Anya dengan sedikit bingung.
Jam 7 malam Anya menyelesaikan pekerjaanya, dia merasa bertanggung jawab, akhir-akhir ini kerjanya awur-awuran. Dia sudah berusaha menyisihkan hatinya supaya tidak terlalu kehilangan kepergian ibunya. Dia masih bisa bertemu, atau setidaknya bisa vicall, apa yang dia sedihkan. Saat Anya beranjak, ada juga yang keluar dari kantor presdir, Rico. Anya terkejut, dia nggak nyangka boss nya itu belum pulang.
"Sudah selesai pekerjaanmu?"
"Sudah pak"
"Ok, tinggalkan mobilmu, kita pulang bareng, ini bukan permintaan, tapi perintah", Rico melihat Anya sudah akan membantah ucapanya, sehingga ia semakin menekankan suaranya. Membuat Anya tidak bisa berkata apa-apa.
Mereka berjalan beriringan, sambil berdiam diri, bahkan saat turun dari lantai puncak menuju bassement. Rico membukakan pintu untuk Anya. Ini membuat Anya menjadi sangat rikuh.
"Tidak usah pak, saya bisa sendiri"
"Ini budaya barat sebagai tanda sopan santun, tidak denganmu saja, siapapun wanita yang ikut mobilku pasti aku bukakan pintu". Jawab Rico acuh tak acuh.
Dasar pria sombong, batin Anya dalam hati.
Rico melajukan mobilnya dengan pelan menuju ke arah lain rumah Anya.
"Pak kita salah arah", teriak Anya tertahan.
"Siapa yang bilang kita mau pulang?" Anya terhenyak
"Lalu kita mau kemana ini pak"
"Jalan saja, entah nanti mau mampir dimana".
"Tapi saya belum mandi, ganti baju, Kita masih pakai baju resmi Pak".
"Tidak ada yang perduli, selama kita tenang".
Tak ada kata-kata lagi yang bisa digunakan untuk membantah ucapan Rico, Anya terdiam tak berdaya.
Mobil mengarah ke rumah Rico di kawasan elit. Anya hafal betul sebab beberapa kali Anya mengantarkan berkas saat Pak Broto sedang sakit. Rumah dengan arsitektur eropa dikelilingi dengan taman yang indah. Mobil berjejer rapi disebelah kiri bangunan utama. Di belakang ada dapur outdoor yang langsung mengarah ke kolam renang. khas rumah para konglomerat.
Rico memarkirkan mobilnya, sementara Anya anteng duduk di sampingnya.
" Kenapa kita ke rumah Bapak? " tanya Anya.
"Kamu perlu mandi dan ganti baju kan?"
"Baju ??"
"Kamu bisa pakai baju adik perempuanku"
"Saya tidak biasa pakai baju orang lain Pak, ngga izin yang punya juga nggak enak".
"Nanti aku yang minta izin" seperti biasa, nada tak terbantahkan. Anya ngedumel dalam hati. Pria nggak punya hati, bisanya perintah mulu, nggak mau dibantah.
"Mbok Minah, tolong bikinin minuman ada tamu", teriak Rico pada Mbok Minah, salah satu asisten rumah tangga yang paling disayang oleh keluarga ini. Sesaat kemudian Mbok Minah keluar sambil membawa baki berisi minuman dan makanan kecil.
"Oooo Mbak Anya, tak kira siapa", ucap Mbok Minah dengan medok jawanya yang kental.
"Ya mbok, gimana kabarnya mbok? sehat?"
"Alhamdulillah sehat mbak, Mbak Anya kok kelihatan kurusan, jangan terlalu capek mbak, ingat badanya, jaga kesehatan" nasihat Mbok Minah, khas mbok-mbok.
" Ya mbok, makasih nasihatnya, mbok sehat-sehat juga ya, jangan sampai sakit".
"Siap mbak, eh Mas Rico kemana ini tadi, kok malah Mbak Anya ditinggal sendirian?"
"ke atas mandi dulu katanya" Mereka berdua menengok ke atas. Sementara Anya dan Mbok Minah ngobrol, di atas Rico sedang mandi dan berganti pakaian. Setelah selesai dia turun.
" Nya, kamu bisa mandi ke kamarku di atas paling kanan".
" Saya mandi di kamar tamu saja pak"
"terserah..." Seperti biasa nada acuh tak acuh
Anya menuju ke kamar tamu, yang sudah ia hafal.
" Mbok siapkan baju buat Anya" perintah Rico pada Mbok Minah.
" Baju tidur pak ?" tanya Mbok Minah bingung.
" Baju buat jalan-jalan punya Rianti".
"O iya mas, sebentar".
Rianti adalah adik Rico, yang sekarang sudah pisah rumah. Dia ikut suaminya, di rumah yang berbeda. Rianti sangat mengenal Anya, mereka pernah akrab saat Rianti masih belum menikah.
Anya turun dengan mengenakan pakaian Rianti. Baju yang dipakai Anya sangat ketat di tubuhnya, sehingga lekuk tubuh Anya terlihat jelas. Dadanya montok kakinya indah, dengan krah yang rendah memperlihatkan jenjangnya leher Anya. Rok motif polkadot kecil warna hitam putih tampak menawan dikenakan oleh Anya, sederhana tapi tampak menarik saat dikenakan. Rico memandang sekilas tampilan Anya, ada kekaguman di mata Rico tapi sebentar, ya hanya sebentar, dia segera menguasai diri.
"Ayo, kita berangkat"
"Kita mau kemana pak"
"Jalan-jalan, nonton film, entahlah.... yang penting kita jalan, supaya nggak suntuk"
Anya bingung dengan sikap Rico, sebetulnya ada apa dengan Pak Rico, kenapa tiba-tiba dia ngajak aku jalan apakah....
" Jangan mikir macem-macem, kita cuma have fun saja, suntuk mikir kerjaan terus, ayoo".
Mereka berjalan menuju tempat parkir mobil.
Mobil berjalan pelan ke arah kota, selama perjalanan tak ada banyak kata yang terucap. Anya melirik Rico, pria disebelahnya tampak sangat menawan, dengan baju casual yang dipadu dengan celana jeans, badanya yang kokoh dan berotot tampak tercetak jelas. Semua yang melekat pada tubuhnya walaupun sederhana tampak berkelas.
Mereka berhenti disebuah mall, Anya nggak banyak bicara, dia mengikuti kemana Rico berjalan. Tepat di studio 21 Rico berhenti.
"Mau nonton film apa?"
"terserah bapak"
Tak banyak bicara dan pertimbangan Rico membeli tiket di salah satu studio yang dia sendiri juga nggak tahu filmnya apa.
Mereka menuju ke studi 4 tujuan, tiba-tiba dari arah berlawanan ada beberapa anak yang berlarian ke arah mereka, tanpa memperhatikan jalan. Rico segera menarik tubuh Anya untuk dilindungi, secara tidak sengaja Rico memeluk Anya. Dada Anya berdegub kencang. Sementara Rico belum juga melepaskan pelukanya sampai anak-anak tadi berlalu dari hadapan mereka. Sampai Rico sadar dan melepaskan pelukanya. Tanpa kata, dia menggandeng tangan Anya dia posisikan Anya disebelah kiri. Mungkin menurutnya itu adalah posisi aman.
Dalam ruang studio lampu sudah gelap film baru saja diputar. Mereka mendapatkan tempat paling pojok atas. Sehingga harus melewati beberapa orang yang ada di kursi sebelumnya. Rico mengandeng tangan Anya. Fikiran Anya sangat tak karuan degub di dadanya semakin kencang, membuatnya gugub dan hampir terjatuh saat akan duduk, untunglah Rico bisa menangkap tubuh Anya dengan cepat. Tangan Rico tanpa sengaja memegang benda kenyal yang ada di dada Anya. Dia segera memindahkan tanganya.
"maaf"
Anya diam dengan perasaan tidak karuan.
Selama menonton film Anya tampak tidak konsentrasi, film yang ditampilkan adalah film romantis, banyak adegan romantik dalam film tersebut. Tiba-tiba, wajah Rico mendekat, dia menarik muka Anya untuk menghadapnya, secara cepat Rico .... bibir Anya. Anya kaget tapi tidak bereaksi menolak, justru dia menikmati .... bibir dari Rico dan membalasnya.
Saat film usai, mereka turun saling bergandengan tangan, sampai di tempat parkirpun, Rico tampak mesra menggandeng tangan Anya. Selama perjalanan pulang Rico menggenggam tangan Anya. Sampai di depan rumah Anya, Rico berhenti.
"Bagaimana, kamu sudah oke?"
Anya menoleh cepat ke arah Rico
"Sudah pak"
"Baik, ayo aku antar depan pintu, usahakan besok oke lagi"
" Baik pak, tapi nggak usah diantar, biar saya turun sendiri".
"baik, silahkan" Anya berharap lebih. Tapi ternyata Rico tidak melakukan apa-apa, dia hanya mengawasi Anya sampai masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sri Hayati
anya kog gitu
2022-12-26
0
elvi nopricha
dih anya murah nian.
2021-06-07
0
Fryy Sweet
Karakter Anya terkesan gampangan dipart ini, masa pasrah aja diperlakukan begitu sekalipun suka nok ya jual mahal dikit dong 😅😅😅
2021-04-23
2