"Wah, kakak kenapa menanyakan hal itu begitu sembrono?" gumam Bulan, Bulan benar - benar sangat malu.
"Bulan, ... " suara yang tak asing terdengar oleh Bulan.
"Abang Sanny, ... " Bulan sangat terkejut.
"Bulan, apa kau baik-baik saja di sini?" tanya Sanny.
"Abang, jangan datang ke sini lagi Bang, itu untuk kebaikan Abang ... " ujar Bulan.
Sanny memeluk adiknya yang paling dia sayangi.
"Ayo temui suamimu, aku ingin berbicara dengannya." ujar Sanny.
"Tapi, Bang ..." Bulan tidak mau jika nanti abangnya kenapa-kenapa.
"Ayo, kau percayalah pada Abang." Sanny menggandeng adiknya itu menuju kediaman.
"Panggil suamimu keluar!" pinta Sanny.
Bulan pun segera masuk dan memanggil James untuk menemui Abangnya. James terlihat kesal kenapa Sanny masih datang, wajah James sangat tidak bersahabat.
"Ada apa denganmu?, apa kau tuli?" tanya James.
"Aku sudah memutuskan hubungan keluarga dengan orang tuaku, sekarang aku boleh menemui adikku kan?" ujar Sanny.
Bulan terkejut dengan ucapan abangnya, bagaimana bisa abangnya begitu sembarangan.
James juga terkejut, ternyata Bulan sangat berarti untuk abangnya ini.
"Abang, kenapa kau tega pada Ayah Ibu?" ujar Bulan.
"Mereka juga tega padamu, kenapa Abang harus tidur tega?" Ujar Sanny dengan entengnya.
"Tapi jangan seperti itu juga Abang." Bulan merasa sedih sekarang.
"Aku tidak punya tempat tinggal sekarang, dan keluargaku hanya Bulan, apa aku boleh menumpang sementara di sini?" tanya Sanny.
James tak habis pikir dengan abangnya yang rupanya hanya ingin menumpang saja dengan adiknya.
"Jangan salah paham dulu, aku akan bekerja untuk membayar biaya sewa tinggal di sini, kasih aku waktu 2 minggu sampai aku dapat pekerjaan dan menyewa tempat tinggal sendiri." ujar Sanny.
"Hais, Betran kau suruh dia bersihkan gudang belakang untuk dia tidur!" ujar James.
"Oh iya, kebetulan sekali bagian belakang ada atap bocor dan cat temboknya sudah jelek, minta dia untuk mengerjakannya!" James oun segera mendorong kursi rodanya masuk kembali ke dalam.
Ya sudahlah, dia bisa membantuku menjaga anak ceroboh itu dari gangguan nenek sihir di sebelah, aku juga tidak perlu repot mengawasinya lagi.
Dalam hati James.
Sanny tampak sangat senang karena James mengijinkannya tinggal meskipun itu di gudang tidak masalah, yang terpenting Sanny bisa mengawasi adiknya dengan baik.
Sementara Bulan mengejar James,
"Tuan, terimakasih." ujar Bulan.
Bulan juga tidak menyangka, James ternyata juga memiliki hati yang baik.
"Ingatkan Abangmu itu, sebaiknya dia berperilaku baik, atau angkat kaki dari sini!" tegas James.
"Iya Tuan saya akan mengingatkan abang saya." Bulan segera menyusul Sanny dan Betran di belakang.
Bulan terlihat tampak senang karena bisa bertemu dengan abangnya.
" Hem, ... Kenapa aku harus peduli padanya?" James baru sadar jika dirinya terlalu ikut campur masalah Bulan.
"Sudahlah, ... Mungkin memang aku masih punya rasa empati." gumam James segera masuk ke kamar.
Bulan membantu Sanny membersihkan gudang, sampai bersih dan nyaman untuk tempat beristirahat abangnnya.
"Abang, tolong jangan membuat masalah ya di sini!." ujar Bulan.
"Tentu saja, selama suamimu juga tidak berperilaku buruk padamu, aku akan tenang di sini." Sanny juga merasa James tidak terlalu kejam.
"Abang aku lanjut ke depan dulu ya, aku sedang berkebun." ujar Bulan
"Abang juga mau benerin atap juga dulu." ujar Sanny.
Bulan pun segera menyelesaikan pekerjaan begitu juga dengan Sanny.
"Heh, wanita ******!, semua gara-gara kamu kan, anak dan suamiku jadi berubah!" Ternyata Lala datang lagi dengan Rumiya mencari perhitungan pada Bulan.
"Ibu, salah Bulan apa?, kemarin itu kan yang buat keributan Rumiya!" Bulan menyangkal.
Tapi Lala terus memaki-maki Bulan dengan kata-kata indah.
Tiba-tiba
"Byuuuuuuuurrrrr ... "
"Agh .... " Lala dan Rumiya kini basah kuyup diguyur oleh Sanny dari atas genteng.
"Waduh maaf Nyonya, saya tidak tahu kalau ada orang di bawah." ujar Sanny.
Dengan wajahnya yang tidak bersalah.
"Kau siapa?" Ujar Lala menunjuk ke arah Sanny.
"Dia tukang reparasi di kediaman ini, kenapa kau datang lagi?" sahut James yang keluar karena ribut-ribut.
"Bagus, istrimu dan tukang reparasi di kediamanmu memang luar biasa, membuat orang sangat kesal, sama sepertimu!" ujar Lala kesal. Sekarang Lala tidak usah berpura-pura baik lagi dengan James, Lala sudah membuat jelas jika ingin bermusuhan secara terang-terangan.
"Kenapa kau tidak seperti ini sejak dulu, apakah sudah lelah berpura-pura?" ujar James tersenyum akhirnya Lala sudah tidak tahan lagi.
Byurrrrrrr ...
Sanny menyiram Lala dan Rumiya lagi dari atap.
"Ahhhh ... brengsek kau!" teriak Lala.
"Nyonya, saya sedang bekerja dan anda menghalangi pekerjaan saya, bisakah dilanjutkan nanti saja?, atau anda akan terkena air genangan di atap ini yang penuh dengan jentik-jentik. " ujar Sanny.
"Pffft ... tidak buruk Abang dan adek ini, sama-sama menyebalkan." James sangat merasa terhibur dengan kelakuan Sanny dan juga Bulan.
"Nyonya sebaiknya kita cari perhitungan di luar saja, sepertinya kediaman ini sudah dihuni banyak orang gila." ujar Rumiya membujuk nyonyanya.
"Jika tahu rumah ini dihuni orang gila kenapa kalian masuk?" Teriak Sanny tidak terima, sambil menyiramkan air pada Lala dan Rumiya terus menerus.
Lala dan Rumiya pun segera berlari pergi meninggalkan kediaman James itu.
"Sepertinya sudah tidak ada kata damai lagi, semenjak kalian tinggal, selalu ada keributan yang membuat waktu istirahatku terganggu." Keluh James dengan wajah datarnya.
Meskipun di dalam hati dia merasa senang karena Kediamannya mulai seru dan tidak membosankan.
" Betran, kita pindah ke paviliun samping dulu saja, aku mau tidur!" pinta James pada Betran.
Betran pun membawa James ke paviliun samping yang juga miliknya, Tapi hanya dia dan Betran saja yang boleh masuk ke sana.
"Tuan, apa anda tidak keberatan Sanny tinggal di sini?" tanya Betran.
"Lumayan, dia sangat protek pada bunglon itu." jawab James.
"Bunglon?, maksud anda Nyonya?" tanya Betran.
" Ya, bukankah dia seperti Bunglon?, bisa menyesuaikan tempat?" ujar James.
"Apa Tuan mulai peduli pada Nyonya?" Betran menanyakan hal itu pada tuannya.
"Dia adalah sekutu, selama masih berguna aku akan menjaganya, kau jangan terlalu banyak berpikir!" tegas James.
Apa begitu memalukan untuk mengakuinya, oh Tuan ini memang yang maha gengsi
Dalam hati Betran.
"Besok beli mobil satu lagi yang sama seperti mobilku, berikan kuncinya pada Sanny, biar dia yang mengantarkan Bulan pergi-pergi." ujar James.
"Saya kan juga bisa Tuan." Rasanya Betran tidak rela jika Sanny yang mengantarkan Bulan, dia juga ingin menemani Bulan sebagai kakaknya.
"Ada apa denganmu, apa kau lupa pekerjaanmu?" James merasa agak aneh dengan Betran ini.
"Tidak Tuan, bagaimana jika nanti Nyonya dibawa kabur oleh Sanny?" Betran langsung membuat alibi.
"Kalau bisa boleh di coba." ujar James.
Berani membawa Bunglon pergi dariku, sama saja harus dikirim ke liang lahat.
Dalam hati James.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Liiesa Sariie
hahhha abg sama adek sangat bar bar/Facepalm/
2024-06-03
1
Ratih Hermansyah
bunglon🤣🤣🤣
2024-03-29
2
tunggu up nya thor
2023-08-13
0