Sembilan Tujuh

Sebelum matahari terbenam, Kaela dan Jane sudah sampai di lokasi pesta pantai, saat mereka sampai, ternyata sudah banyak orang yang berkumpul dan sedang merapikan barang-barang, ada yang sedang sibuk menumpukan kayu untuk dibuat sebagai api unggun, ada juga yang sibuk dengan urusan mereka sendiri, seperti beberapa gadis dan pria yang sibuk bermain air.

Pesta pantai yang diadakan oleh mahasiswa tahun terakhir ini dibuka untuk umum dan memang sering diadakan untuk melakukan pendekatan dengan para junior atau mahasiswa baru di luar area atau kegiatan kampus. Sudah menjadi budaya secara turun temurun.

Saat Kaela sedang sibuk membantu merapikan camilan di meja bundar, seorang senior menghampiri Kaela dan tiba-tiba saja menyodorkan kotak yang berisi potongan kertas yang dilipat menjadi dua.

"Ambil satu!"

Kaela yang kebingungan itu sempat diam, sebelum akhirnya Senior itu kembali menyuruhnya mengambil satu kertas dari dalam kotak!

"Ambil!"

Kaela memasukkan tangannya, mengambil acak.

"Simpan! Jangan sampai hilang!"

Lalu senior itu melakukan hal yang sama juga pada yang lainnya.

"Sembilan tujuh?" gumam Kaela saat melihat nomer yang tertulis di atas kertas itu. "Maksudnya apa?"

Apa yang menjadi pertanyaan Kaela akhirnya terjawab juga setelah para senior meminta mereka semua berkumpul, bahkan yang sedang asik mandi dan bermain gitar serta menyalakan api unggun dipaksa untuk segera berkumpul!

"Apakah kalian sudah membuka kertasnya?" tanya Billie, dia adalah senior wanita yang paling disegani di kampus dan di kelompoknya.

Mendengar ucapan Billie, semua yang mendapatkan kertas tadi pun mencari dan membuka kertas mereka, termasuk Kaela yang menyimpan kertasnya di dalam saku celana.

"Eh, Kae, liat itu!" Jane menyenggol lengan Kaela saat rombongan para senior yang lainnya ikut bergabung dan duduk berseberangan dengan mereka!

"Sial! Kenapa dia ada di sini!" lirih Kaela saat ia melihat dengan jelas Gabriel yang menggunakan kemeja putih ikut duduk dengan yang lainnya.

"Apakah kalian sudah mengambil kertas kalian?!" tanya Billie pada rombongan Gabriel yang baru bergabung. Para pria itu mengeluarkan kertas yang sudah mereka ambil sebelumnya.

"Aturannya, siapapun yang mendapatkan nomer yang sama harus melakukan kencan selama satu semester!"

"What?" Kaela yang mendengar itu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, lalu gadis itu buru-buru menutup mulut saat beberapa orang menoleh menatapnya.

"Apa-apaan ini, Jane! Aku tidak mau ikut-ikutan!" keluh Kaela.

"Udah, ikut aja, lagipula kamu kan single! Apa salahnya, kan?"

"Tapi---"

"Sussst!"

Jane merebut kertas milik Kaela, "Nomer yang cantik!. Semoga beruntung!"

"Silahkan, cari pasangan kalian masing-masing!" seru Billie dan mau-tidak mau semua yang mendapatkan kartu itu pun berdiri, mencari siapa yang memiliki nomer yang sama dengan mereka!

Kaela meremas kertas yang masih di tangannya, menatap ke arah semua senior, berharap tidak ada dari mereka yang mendapatkan nomer yang sama seperti Kaela!

"Hi!" sapa salah satu senior pria pada Kaela.

"Hi!"

"Berapa nomormu?"

"Sembilan tujuh----"

"****, kamu gadis yang beruntung! Gabriel! Pasanganmu di sini!" teriak senior itu yang membuat kaki Kaela langsung lemas, tidak berselang lama, Gabriel berjalan ke arah mereka di tengah kerumunan orang yang sedang sibuk mencari pasangan mereka.

"Nggak, jangan dia!!" lirih Kaela, ingin rasanya Kaela merobek kertas di tangannya ini sekarang juga!

Gabriel menatap Kaela dari atas sampai bawah, lalu tangannya terulur, menunjukkan kertas miliknya yang bertuliskan nomer yang sama seperti milik Kaela.

"Maaf, jika aku menolak untuk melakukan permainan ini, apa konsekuensinya?" tanya Kaela.

"Jika menolak ya?" sahut Billie yang mendengar pertanyaan Kaela. "Apakah kamu mau menjadi pelayan pribadi kami selama satu semester?"

Glekk.

Kaela menelan ludahnya, lalu menoleh ke arah Gabriel.

"Come on, Little Girl, pasanganmu seorang Gabriel, kenapa kamu mau menolaknya?!"

"Aku punya pacar! Ya, aku punya pacar!" seru Kaela. Berharap ia bisa terlepas dari permainan gila ini!

"Oh lihatlah mata berbohong, Sayang!" Billie mengelus kepala Kaela pelan, "Bersiaplah untuk melayani kami selama satu semester!"

Kaela kembali menoleh ke arah Gabriel yang tidak mengucapkan apapun sejak tadi.

"Dia akan melakukannya!" Gabriel menarik lengan Kaela membuat Billie menjauhkan tangannya.

"Oh, Tuhan, pasangan yang sangat serasi, semoga Tuhan selalu memberkati kalian!" Billie tersenyum puas lalu menepuk pundak Gabriel sambil berbisik pelan. "Selamat menikmati gadis ini!"

"Hei! Tunggu dulu!" Kaela menarik kemeja Gabriel saat pria itu hendak pergi.

"Nggak ada kencan! Aku nggak mau!"

"Silahkan, kamu boleh pilih konsekuensinya!" jawab Gabriel lalu meninggalkan Kaela begitu saja.

"Sial! Sial! Seharusnya aku tidak datang ke sini! Dan ini---" Kaela merobek kertas yang ia genggam dari tadi, "Permainan apa ini! Tidak ada untungnya bagiku!! Ini sebuah penjajahan yang berkedok permainan!!!"

"Arghhhhhhhhhhhhh!" Kaela mengepalkan tangannya saat melihat ke arah Gabriel yang malah asik minum dengan teman-temannya!

"Bad boy and bad attitude!"

Dengan langkah cepat Kaela menjauh, mencari Jane agar ia bisa segera pulang dari tempat ini! Sialnya saat Kaela sudah menemukan Jane, ia malah mendapati gadis itu sedang bermesraan dengan gebetannya yang memang seorang senior di kampus mereka!

"Sial! Sial! Sial!"

Kaela yang sudah tidak tahan berlama-lama di sana pun memutuskan untuk pulang duluan dan berniat akan memesan taksi online!

Saat Kaela menjauh dari area pesta, seseorang tiba-tiba saja menarik lengannya dengan keras. "Mau ke mana?!"

Gabriel menatap Kaela yang bergeming.

"Lepasin! Bukan urusanmu!"

"Acara ini acaraku, aku punya hak di sini!"

"Pulang," jawab Kaela datar. Dan detik berikutnya Gabriel kembali menarik lengan Kaela,

"Tunggu di sini!" ucap Gabriel sebelum meninggalkan Kaela di area parkir, tepat di samping mobilnya.

"Hah? Dia kenapa? Dia mau ngapain?" gumam Kaela cemas takut Gabriel melakukan hal yang tidak-tidak padanya! Saat Kaela sedang sibuk mengetik pesan pada sepupunya Aera, Gabriel pun kembali dengan membawa kunci mobil dan juga handphone-nya.

"Masuk!"

"Nggak!" tolak Kaela.

"Masuk!!" bentak Gabriel hingga membuat Kaela tersentak kaget. Melihat Gabriel yang menatapnya dengan tatapan tajam membuat Kaela semakin ragu untuk masuk, meski begitu ia juga tidak berani membantah lagi, dengan terpaksa Kaela masuk dan duduk di samping kursi kemudi Gabriel. Kaela yang sempat melihat Gabriel minum tadi langsung mengirim pesan pada Jane, memberitahu Jane kalau dia sedang bersama Gabriel sekarang. Takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan!

"Kamu bisa nyetir nggak sih?!" Kaela menoleh pada Gabriel yang membawa mobil secara ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi, terlebih pria itu pasti sedang dalam pengaruh alkohol!

"Bawa mobil yang bener! Aku belum mau mati muda!!"

"Shut up!" Gabriel menambah kecepatan yang membuat Kaela langsung panik, karena Kaela tidak pernah membawa mobil secepat ini!

"Kamu udah gila ya?!!!"

Gabriel tak menghiraukan ucapan Kaela, jalan yang mereka lewati memang sepi, tapi tidak seharusnya Gabriel membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, kan?!!

Laju mobil Gabriel baru menurun saat memasuki jalan raya, dan di saat itu barulah Kaela bisa bernapas dengan tenang.

"Eh, kita mau ke mana?" tanya Aera saat menyadari kalau jalan yang mereka lewati bukanlah jalan menuju apartemen mereka!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!