"Kring... kring...."
Ponsel Prapto berbunyi, kebetulan saat itu Prapto sedang duduk santai menunggu istrinya yang sedang masak. Waktu baru menunjukkan pukul 05:00, tak biasanya di jam ini ada yang menelfon ke nomornya kecuali benar-benar genting dan penting.
"Hallo..." (Prapto)
"Halo... Assalamualaikum."
"Apa ini benar nomor telefonnya mas Prapto?"
"Iya saya sendiri. Ini siapa ya?" (Prapto)
"Alhamdulillah. Saya Farah mas. Jadi begini mas, Dina nya ada mas?" (Farah)
"Ada tapi dia lagi masak tuh, barangkali ada yang mau disampein Fa?" (Prapto)
"Kita bisa bicara berdua? ini penting mas! Kalau bisa Dina jangan sampai tahu." (Farah)
"Hmmmm...... oke bisa." (Prapto)
Prapto keluar dari rumahnya agar pembicaraannya dengan Farah di telefon tidak terdengar oleh Dina.
"Ada apa ya Fa? kayanya penting banget." (Prapto)
"Jadi gini mas, aku mau ngomongin sesuatu yang penting banget mas. Dan ini sebaiknya mas Prapto ajah yang tahu." (Farah)
"Oke... Aku pasti jaga rahasia kok." (Prapto)
"Mas Teguh, orang yang mas Prapto ceritain kemarin belum pulang kan?" (Farah)
"Loh... kok kamu tahu sih Fa?" (Prapto)
"Iya mas. Tapi maaf, aku bukan mau membahas soal Teguh. Tapi soal Dina. Semua ini ada hubungannya dengan dia." (Farah)
"Maksudnya?" (Prapto)
"Maaf mas, sebaiknya kita ketemu ajah mas. Dan kalau bisa Dina jangan sampai tahu." (Farah)
"Tapi rencananya hari ini kita mau ke rumah kamu Fa." (Prapto)
"Jangan dulu mas, bilang ajah kalau kamu ada pekerjaan lain." (Farah)
"Hmmm... Oke Fa. Tapi inget yah, aku ngga main-main kalau kamu bohongi aku Fa." (Prapto)
"Iya mas. Nanti kita ketemu di cafe kemarin." (Farah)
"Iya Fa." (Prapto)
Prapto masuk kembali kedalam rumahnya, dan mendapati istrinya sedang duduk menghadap ke jendela. Dina tersenyum kepada Prapto, lalu memeluknya.
Seraya dia berkata ;
"Mas. Kamu percaya kan kalau aku ini setia sama kamu mas?" (Dina)
"Ya iya dong sayang. Kamu kan istri aku, masa aku ngga percaya sama kamu." (Prapto)
"Ya udah mas, sekarang kamu cobain masakan istri kamu ya mas. Aku udah siapin sarapannya di meja makan." (Dina)
"Makasih ya sayang. Oh ya, kamu ikut makan juga dong." (Prapto)
"Aku nanti ya sayang. Aku mau mandi dulu. Yah?" (Dina)
"Ya udah ngga papa. Dion udah bangun?" (Prapto)
"Belum mas. Nanti aku bangunin kok. Udah sana mas kamu makan." (Dina)
"Ya udah, aku makan dulu." (Prapto)
"Iya." (Dina)
Prapto menuju makannya, mengambil nasi dan lauk satu persatu. Bau masakannya sangat enak. Prapto merasa sangat senang istrinya bisa memasak pagi ini, biasanya makanan selalu beli di warung. Karena mereka orang-orang yang super sibuk. Sangat jarang Prapto merasakan nikmatnya masakan istri sendiri.
Prapto mulai merasa ada yang aneh dengan masakan Dina. Rasanya lama kelamaan tidak enak. Dan baunya pun menjadi busuk. Entah apa yang terjadi dengan masakan istrinya ini, padahal masakannya baru saja matang dan masih hangat. Sangat aneh kalau masakan ini basi dalam waktu beberapa menit saja.
"Kok ini basi semua yah. Padahal tadi dari baunya ajah udah enak banget. Masa jadi kaya gini sih. Aduh, Dina masaknya gimana sih ini." (Prapto)
Prapto mencoba mencicipinya kembali, dan terus mencium bau makanannya itu. Lalu semuanya kembali normal, tak ada yang basi. Tak ada makanan yang berbau busuk. Ini sangat aneh bagi Prapto. Dia jadi ingat dengan apa yang dikatakan Farah. Kalau Dina ada hubungannya dengan hilangnya Teguh.
"Hmmm..... Aku mendingan langsung pergi aja lah. Dari pada lama-kelamaan makin aneh. Aku harus temui Farah secepatnya." (Prapto)
"Sayang... Kamu mau kemana? kok buru-buru? hmm?" (Dina)
"Ekhmmm.... aku mau ada urusan sayang, mungkin ke rumah Farah besok-besok ajah yah? Ya sayang? Ngga papa kan?" (Prapto)
Prapto sangat panik ketika mengetahui istrinya ternyata sudah ada di hadapannya. Dan tatapan mata Dina begitu tajam, tam seperti biasanya. Terlihat Dina mengeluarkan pisau di balik bajunya. Dia menatap Prapto penuh dengan kemarahan. Entah apa yang terjadi kepada istrinya itu.
"Sayang! kamu mau apa?! Jangan main-main sama pisau Din, itu bahaya!" (Prapto)
Sedikit demi sedikit Dina mendekati Prapto. Dia menggenggam erat pisau ditangannya itu. Dia seakan mau membunuh suaminya sendiri.
"Mama! Jangan Ma! Aku ngga mau Mama ngelakuin itu ke Papa!" (Dion)
"Dion?! Cepet masuk kamar!" (Prapto)
"Aku bunuh kalian semua!" (Dina)
Dina langsung melompat ke atas tubuh Prapto. Tubuhnya menindih Prapto yang jatuh ke lantai. Dina mencoba menusuk Prapto dengan pisau ditangannya. Prapto berusaha sekuat tenaga menahan serangan Dina. Istrinya itu benar-benar ingin membunuhnya. Bahkan wajah Dina berubah menjadi sangat menyeramkan. Giginya bertaring, tangannya pun mengeluarkan cakar yang sangat mengerikan.
Matanya berubah warna menjadi hitam legam. Bau tubuhnya pun sangatlah busuk, lebih busuk dari sampah dan bangkai. Prapto berusaha menyadarkan istrinya itu. Tapi sudah tak dihiraukan lagi. Sekuat tenaga Prapto menahan serangan Dina agar pisau itu tidak menusuk ke jantungnya. Walaupun tenaga Dina sekarang menjadi berlipat-lipat, tapi Prapto masih cukup untuk menahannya.
Jika Prapto tak mampu menahan tangan Dina, maka Dion pun pasti akan menjadi korban. Tangannya mulai terasa sakit. Entah kenapa, tenaga Dina justru semakin kuat dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Sampai-sampai Prapto menangis dan berteriak keras karena menahan sakit yang luar biasa.
Lalu tiba-tiba!
"BRrrrraaaaaakkkkk!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nofa_
udah mampir nih, jangan lupa mampir juga ya ke karya ku.
jgn lupa tinggalin jejak biar tau!!
mari saling dukung 🤗
2020-07-11
1