Setelah mandi, badannya terasa sangat segar sekali. Lalu Teguh keluar, dan melihat di atas ranjang ada satu setel pakain (Tuxedo) dengan surat diatasnya.
"Ya Allah... Aneh-aneh saja wanita ini. Udah disuruh mandi, disuruh ini, disuruh itu. Ini lagi, aku harus pakai pakaian jas begini. Huftt..." (Teguh)
Teguh mulai mengeluh dan malas dengan tingkah wanita yang bernama Lidya itu. Tapi karena Teguh ingin sekali mengetahui rahasia keluarganya, Teguh melawan rasa malasnya. Dia tidak ingin kesempatan ini dia lewatkan. Lagi pula tak ada orang yang pernah memperlakukannya seperti ini. Tapi hari ini Teguh benar-benar seperti Raja. Dilayani dengan sesuatu yang mungkin selama ini hanya menjadi mimpinya.
"Silahkan Tuan."
Dua orang itu benar-benar ada di depan pintu kamar. Mempersilahkan Teguh untuk menuju ke tempat makan yang telah Lidya sediakan. Kedua orang itu tersenyum dan bahkan membungkukan badannya kepada Teguh. Mereka sangat menghormati Teguh seperti tuannya sendiri.
"Ekhmm... iya ayo." (Teguh)
Teguh menjadi salah tingkah. Jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Tak terasa peluh keluar dari dahinya, karena perasaan yang sedang bercampur aduk. Antara bahagia, malu, dan khawatir, semuanya bercampur menjadi satu. Teguh berusaha bersikap biasa saja. Namun bahasa tubuhnya tak bisa menutupi perasaannya.
Mungkin ini saat paling berarti dalam hidup Teguh. Seumur hidupnya, tak pernah dia diperlakukan sebaik ini. Bahkan dia sangat dihormati di tempat ini. Dan ternyata di apartemen yang besar ini sudah banyak orang yang menunggu Teguh sedari tadi.
Mereka semua berpakaian rapi dan sangat berwibawa. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Sedangkan pria hanya sebagian saja. Mungkin itu pun hanya anak buah dari para wanita yang ada disini. Terlihat yang pria hanya berdiri, sedangkan para wanita semuanya duduk di kursi dengan meja makan yang besar di depan mereka.
"Saudari-saudariku! Perkenalkan, dia adalah Anak dari anggota terbaik kita. Dialah yang akan meneruskan perjuangan orang tuanya. Meneruskan semua yang telah orang tuanya bangun di kelompok ini." (Lidya)
"Beri sambutan untuknya!" (Teguh)
Para wanita lalu berdiri dengan menundukan kepala sebagai tanda penghormatan kepada Teguh. Walaupun Teguh hanya bisa diam dan bingung dengan semua ini. Dia tidak menyangka bahwa apa yang wanita ini katakan memang benar adanya. Semua ucapannya bukan hanya omong kosong belaka.
"Silahkan duduk Teguh." (Lidya)
"Saudara saya yang baru. Mungkin kamu masih bingung dengan semua ini. Tapi akan semua disini akan menjelaskan semuanya kepada mu. Dan kamu tidak perlu khawatir, karena kami semua saudari mu. Dan mereka semua adalah anak buah mu. Mereka siap melakukan apapun untuk dirimu."
Salah seorang wanita diantara mereka membuka pembicaraan. Dengan nada yang halus dan tutur kata yang lembut, membuat Teguh terpesona melihat wanita itu.
"Teguh. Sebelum kita memulai pesta ini, saya akan memenuhi semua janji saya. Bahwa saya akan menceritakan semua tentang keluargamu yang sebenarnya." (Lidya)
"Dulu, dulu sekali. Ayah dan ibumu mendatangi saya karena sebuah permasalahan hidup yang sangat rumit. Waktu itu, kamu belum ada Teguh. Dan, Ayahmu juga orang yang tidak memiliki apa-apa. Harta satu-satunya Ayah kamu hanyalah rumah yang sudah sangat tidak layak untuk dihuni." (Lidya)
"Lalu?" (Teguh)
"Setelah itu, saya memberikan sesuatu yang sangat luar biasa kepada mereka. Kamu tahu? waktu itu Ibu kamu bahkan tak bisa hamil." (Lidya)
"Mereka menangis, merengek seperti anak kecil. Mereka menginginkan seorang anak, menginginkan harta, kejayaan, kehormatan, dan segalanya. Dan saya memberikan itu semua. Dengan syarat mereka harus ikut dengan kelompok ini." (Lidya)
"Saya masih tidak mengerti apa yang Ibu katakan." (Teguh)
"Orang tua kamu adalah anggota sekte kami yang terbaik. Bahkan mereka bisa melakukan pekerjaannya dengan sangat cepat. Semua orang mengaguminya, menghormatinya. Tapi semua itu tidak bertahan lama Teguh. Karena salah satu anggota keluarga Ibumu terlalu ikut campur dalam urusan orang tua mu." (Lidya)
Teguh memandangi wajah Lidya, melihat matanya, seakan kemarahan terlukis diwajahnya dengan jelas. Masa lalu yang mungkin sangat menyedihkan, dan bahkan sangat menyakitkan.
"Jika tidak, pastilah orang tuamu masih ada dan mereka bisa duduk bersama kami ditempat ini sekarang." (Lidya)
"Tapi saya tidak pernah mengingat bagaimana keluarga saya dulu. Bahkan saat orang tua saya meninggal pun saya tidak tahu bagaimana mereka meninggal." (Teguh)
"Jelas kamu tidak akan tahu Teguh. Karena sampai sekarang pun kamu masih tetap dibodohi sepertj halnya orang tua mu dulu." (Lidya)
"Maaf Bu. Tolong jangan bicara sembarangan soal ibu saya. Saya tidak suka!" (Teguh)
"Teguh.... Coba kamu lihat semua ini. Indahkan?" (Lidya)
"Semua ini karena usaha orang tua mu yang sangat luar biasa. Apa kamu tidak mau hidup mewah, bergelimang harta, dihormati, disegani, dan bahkan kalau kamu mau saya bisa menawarkan hidup abadi." (Lidya)
"Maaf Bu, saya lebih suka hidup sederhana apa adanya. Dari pada saya harus mengikuti kalian yang sudah menyembah Iblis." (Teguh)
"Teguh! Jangan munafik. Saya tahu kamu menginginkan semua ini, untuk membalas rasa sakit kepada istri mu itu! Iya kan?" (Lidya)
"Kami semua akan membantu kamu saudaraku. Karena kami adalah saudari mu."
"Kamu ingin membuktikan kepada semua orang, kalau bisa menjadi apa pun yang kamu mau. Iya kan Teguh?" (Lidya)
Teguh diam tak berbicara sepatah kata pun. Walaupun dia berusaha menolak sekuat tenaganya, tapi dia tak mampu meyakinkan hatinya kembali untuk melawan semua ini. Semua yang ada di depan Teguh adalah kenyataan yang benar-benar bisa dia miliki sepenuhnya.
Selama ini Teguh hanya seorang pedagang ikan yang hasilnya tak seberapa besarnya. Bahkan Teguh pernah mengalami kelaparan karena menuruti hawa nafsu istrinya yang serakah itu. Dia tersiksa selama bertahun-tahun selama pernikahannya. Teguh tak pernah mengalami kebahagiaan semacam ini.
Teguh selalu menjadi bahan hinaan bagi orang-orang disekitarnya. Tapi disini, dia begitu didukung, dan dia sangat dihormati. Itulah yang membuat Teguh bingung. Dia bahkan ingat kembali dengan apa yang telah dia alami selama ini. Dia mulai merasa hidup tidak adil. Dan disinilah keadilan itu ada. Teguh merasa sangat dianggap disini.
Meskipun Teguh tahu, resikonya sangat besar jika mengikuti perintah Lidya. Karena dia adalah pimpinan sekte. Sekte yang menyembah setan. Yang segala aturannya sangat bertentangan dengan aturan agama yang Teguh anut. Tapi apalah daya Teguh yang hanya seorang hamba biasa. Dia tak mampu menjaga kepercayaannya dengan sangat baik.
Dia mungkin mampu melawan segala hal yang menggoda kepercayaannya. Namun yang satu ini sungguh sulit untuk dia lawan. Semua yang dia lihat di tempat ini telah membutakan mata hatinya. Hatinya kini hanya dipenuhi dengan dendam, emosi, dan ambisi untuk mencapai apa yang dia impikan selama ini. Kebencian sudah menghapuskan segala keyakinan yang selama ini telah ia anut dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
keren thor ceritanya
salam dari karyaku "terjebak dalam derita"
2020-07-31
2
Agnia yuki
aku sudah boom like ya dan bintang 5 kk
2020-07-18
1
YouTube : MF OFFICIAL CHANNEL
penasaran kelanjutannya nih...
apakah Teguh akan murtad dari agamanya?
lanjut terus thor...
Jangan lupa mampir juga yaa
"INDRA KE ENAM SANG PENAKLUK"
2020-07-10
1