"Bagaimana Teguh?"
"Tapi maaf Bu, ayam itu untuk apa?" (Teguh)
"Dengarkan saya Teguh. Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, terkadang kita tak harus selalu memakai cara yang halus. Dan ini adalah salah satu cara agar kamu bisa memiliki segalanya."
"Maaf Bu, saya masih bisa bekerja. Permisi." (Teguh)
Teguh bangkit dari kursinya, lalu meninggalkan ruangan itu. Tapi sampai di depan pintu rumah, wanita itu memanggil Teguh kembali.
"Teguh! kamu tidak akan bisa pulang, kamu tidak tahu jalannya. Kalau kamu ingin pulang, biar anak buah saya yang akan mengantarkan mu."
"Aduh! iya juga yah. Aku kebanyakan ngalamun tadi di mobil, sampai aku lupa jalannya." (Tegu)
Teguh bergumam di dalam hatinya. Sekarang dia benar-benar merasa bahwa dirinya sangat bodoh.
"Baik Bu, tolong antar saya pulang. Dan maaf, saya harap ibu tidak tersinggung dengan semua keputusan saya Bu." (Teguh)
"Tentu saja tidak Teguh. Dan pintu rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu, kapan pun kamu kembali ke tempat ini, kami akan menerima mu."
"Terimakasih." (Teguh)
Salah satu anak buah wanita itu pun mengantar Teguh sampai ke depan rumahnya. Dan dia memberikan beberapa lembar uang kepada Teguh, namun Teguh menolak.
"Jangan begitu, kamu butuh ini. Lagi pula ini perintah dari Nyonya. Saya harap kamu mau bergabung bersama kami. Kita akan sukses bersama, dan kamu akan tahu betapa indahnya kehidupan ini."
Orang itu pun pergi meninggalkan Teguh. Pesannya benar-benar menguji kesabaran Teguh. Dia hampir saja terpengaruh di rumah wanita tadi. Andai saja dia tidak menjaga keyakinannya, mungkin dia sudah tertarik untuk mencari tujuh ayam cemani untuk tumbal kekayaannya.
"Alhamdulillah... Allah masih nglindungin aku. Terimakasih Ya Allah." (Teguh)
Setelah itu Teguh kembali ke dalam rumah, untuk membersihkan rumahnya. Didalam otaknya, fikiran-fikiran itu mulai muncul kembali. Melihat rumah ini, hati Teguh seketika dipenuhi dengan dendam dan rasa sakit. Seakan rumah itu benar-benar sudah dipenuhi dengan kebencian.
Teguh mulai merasa tidak tenang, bahkan dia merasa kalau penolakannya kepada wanita itu adalah kebodohan yang sesungguhnya. Andaikan dia menerima tawaran wanita itu, pasti dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Ya Allah.... kenapa hatiku jadi panas gini yah. Sabar... sabar....." (Teguh)
Teguh mengeluh sendiri di dalam hatinya. Antara hati dan pikiran sudah tak bersatu lagi. Hatinya menolak, tapi fikirannya tidak. Lalu dia meninggalkan rumahnya menuju ke pabrik milik Prapto. Dia ingin membicarakan masalah ini kepada Prapto, karena selama ini dia orang yang sangat Teguh percaya.
Teguh langsung gas sepeda motornya, menuju ke pabrik milik Prapto. Prapto memang orang yang selalu ada ketika Teguh menghadapi setiap masalah. Prapto adalah orang yang sangat mengetahui bagaimana Teguh dan seperti apa kehidupannya.
Dia satu-satunya keluarga yang masih mau menerima Teguh. Kebanyak dari keluarga Teguh yang hanya memanfaatkannya saja. Bahkan ada yang berhutang sampai saat ini tak dikembalikan. Teguh tak berani menagih, karena dia bisa dihajar habis-habisan.
Teguh orang yang selalu mengalah dalam keadaan apa pun. Hanya kali ini saja Teguh baru merasakan keanehan yang ada dalam dirinya. Tak pernah dia bersikap seganas ini. Sampai dia bisa membentak Vera, istrinya sendiri.
Setelah di sampai di pabrik, Teguh langsung menuju ke ruangan Prapto. Dia ingin segera menceritakan semua kejadian yang telah ia alami hari ini. Dia ingin meminta bantuan Prapto untuk membereskan masalahnya yang sangat rumit ini. Walaupun Teguh tak yakin Prapto akan percaya pada ceritanya yang sangat tidak masuk akal.
"Assalamualaikum." (Teguh)
"Walaikumsalam. Kamu Guh?" (Prapto)
"Kuncinya tadi dibawa sama Dina Guh." (Prapto)
"Aku kesini bukan nyari kunci mas." (Prapto)
"Lah terus?" (Prapto)
"Mas lagi sibuk ngga?" (Teguh)
"Ngga. Ada apa sih Guh? Kamu bertengkar lagi sama istrimu? Hah? Kamu tadi pulang ke rumahkan?" (Prapto)
Teguh hanya diam. Menarik nafasnya dalam-dalam. Membuat Prapto tak tega memaksa Teguh untuk bercerita.
"Ya sudah, kita pulang ajah. Nanti ceritain semuanya di rumah. Oke?" (Prapto)
"Iya mas." (Teguh)
"Ya udah ayo." (Prapto)
Melihat raut wajah Teguh yang mulai tidak menyenangkan, Prapto lalu mengajak Teguh pulang agar Teguh bisa menceritakan semuanya di rumah. Karena pabrik bukanlah tempat yang cocok untuk berbagi kisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Windari
saudara yg baik hati thor patut jd contoh menolong tanpa pamrih
2020-08-14
4
Sari Siregar🌻
semangat thor😊😁
"Oh, my CEO!" mampir memberi like, dan vote nya. 😊
saling mendukung itu indah🙏
2020-07-28
1
AAH♥️
AINUN mampir thorr 🤗 sukses selalu buat Authornya 😉
Jangan lupa feedbacknya yah 😉 mari saling mensupport ok
2020-07-14
1