Setelah beberapa lama tak sadarkan diri, akhirnya Teguh terbangun dari tidur panjangnya. Entah sudah berapa waktu dia ada di tempat ini. Tempat ini sangat asing untuk Teguh. Sama sekali Teguh belum pernah melihat tempat ini.
"Akhirnya, kamu sadar juga Teguh. Selamat datang di rumah." (Lidya)
"Rumah? Rumah siapa ini?" (Teguh)
"Jadi kamu tidak tahu ini tempat apa?" (Lidya)
"Sama sekali tidak." (Teguh)
Teguh nampak sangat kebingungan melihat tempat ini. Tempat ini tidak terlalu besar, namun sangat nyaman. Cahaya diruangan ini pun sangat terang.
"Ini adalah tempat dimana kamu dilahirkan. Dan tempat dimana seharusnya kamu tinggal." (Lidya)
"Maksudnya?" (Teguh)
Teguh melihat sekeliling ruangan ini, dan ada sebuah foto keluarga yang tak asing untuk Teguh.
"Kamu lihat kan? Itu adalah foto Ayah, Ibu kamu, dan kamu sendiri. Dulu mereka tinggal disini, mereka memulai segalanya disini. Dan akhirnya kamu datang di kehidupan mereka." (Lidya)
"Sebenarnya siapa orang tua saya? Kenapa semuanya selalu dihubung-hubungkan dengan orang tua saya?" (Teguh)
"Orang tua kamu adalah anggota kami yang terbaik. Tidak ada anggota yang seperti orang tua mu. Jarang sekali anggota kami yang mau berkorban. Bahkan, tak jarang pula yang menjadi pengkhianat." (Lidya)
Teguh justru semakin bingung dengan apa yang Lidya ucapkan. Bahkan dia tak mengerti siapa Lidya yang sebenarnya.
"Teguh. Jangan pernah berfikir bahwa ini adalah sebuah omong kosong. Kamu pun sudah setuju untuk bergabung dengan kelompok ini." (Lidya)
"Tapi saya ingin mengetahui siapa orang tua saya sebenarnya." (Teguh)
"Baiklah. Tapi saya tidak mau banyak bicara, kamu harus langsung melihatnya sendiri. Dan semuanya akan kita mulai besok. Jadi sekarang bersihkan tubuh kamu, makan, dan setelah itu istirahatlah." (Lidya)
Lidya berlalu dari ruangan itu, meninggalkan kunci pintunya di sebuah meja.
Teguh geram dengan tingkah Lidya yang mulai membosankan itu. Dia bukan seperti seorang anggota sekte. Tapi lebih tepatnya seorang budak, yang harus menuruti segala perintah ratunya. Namun demi mengetahui rahasia orang tuanya, Teguh tetap harus melakukan itu. Walaupun terkadang rasa kesal selalu menguji Teguh untuk melakukan tindakan.
Teguh hanya tak ingin perjalanannya sejauh ini sia-sia hanya karena menuruti rasa kesalnya. Disamping itu, Teguh juga ingin mendapatkan apa yang dia idamkan selama ini. Yaitu kekayaan dan kehormatan. Kalau dia belum mendapatkan itu, dia tidak akan pernah pulang ke rumahnya. Dia akan menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan semuanya.
Teguh merasa sudah bosan dan sudah tak mampu lagi harus hidup dengan penuh hinaan dan cacian. Teguh ingin nasibnya berubah, dan dia juga ingin dihargai oleh orang lain. Bahkan dia menginginkan orang yang dulu menginjaknya harus bisa dia tundukan. Pikiran Teguh seolah sudah benar-benar dirasuki setan. Nafsunya untuk berkuasa atas apapun sudah tak bisa dibendung lagi.
"Mendingan aku mandi, makan, terus tidur. Karena aku ngga mau sia-sia'in kesempatan ini. Pokoknya aku harus tahu siapa orang tua ku yang sebenernya. Juga aku ngga mau pulang kalau aku belum jadi orang kaya. Aku harus bisa. Aku ngga mau lagi dihina sama orang. Aku mau bales hinaan mereka. Mereka harus jadi budakku kalau perlu." (Teguh)
Teguh terus meyakinkan dirinya, bahwa apa yang dilakukannya itu sudah tepat. Dan sekarang Teguh tak mau berdoa, dan beribadah. Karena menurut Teguh itu semua sia-sia belaka. Karena terlalu banyak berdoa hanya akan membuang waktunya saja. Sungguh Teguh bukan lagi Teguh yang dulu. Dalam beberapa Jam, Teguh sudah berubah menjadi manusia setengah iblis. Tak punya perasaan sedikit pun. Menjadi emosional, dan menjadi sombong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Budi Saputra
Aku sampai sini dulu ya thorr, nanti aku lanjut baca lagi🥰😘🤗😁
2021-12-02
0
Budi Saputra
Udah aku boom like dan Rate 5 mendarat yaa, terus semangat kak, semoga ceritanya jadi best seller...💪🥰😁🤗
2021-12-02
1
netizen maha benar
bertele tele ngmgnya si lidia ini..
2020-08-23
0