Hari ini seperti biasanya, pagi sekali sehabis subuh Teguh bersiap-siap untuk berangkat ke tempat para nelayan untuk membeli ikan, agar dia bisa berjualan lagi. Setelah sarapan pagi dan berbenah.
"Mas, aku berangkat dulu ya. Soalnya harus buru-buru, dapat pesanan mas." (Teguh)
"Alhamdulillah.... Ya sudah hati-hati ya Guh. Oh ya Guh..." (Prapto)
Prapto menyodorkan uang lima ratus ribu ditangannya untuk Teguh. Karena dia tahu kalau dua hari ini Teguh baru berjualan, pasti dia belum dapat penghasilan sedikit pun.
"Ngga usah mas. Saya ada kok." (Teguh)
"Eeehhh.... jangan begitu Guh, rejeki ngga boleh ditolak loh Guh. Siapa tahu aja kamu butuh nanti" (Prapto)
"Tapi kan mas, saya ngga enaklah sama mba Dina." (Teguh)
"Sudah ini ambil." (Prapto)
"Ya udah mas, makasih ya mas. Alhamdulillah." (Teguh)
"Ya Guh, bawa motor ku aja Guh, biar enak nanti bawa ikannya. Nih kuncinya Guh." (Prapto)
"Makasih banyak ya mas. Insya Allah nanti aku pulang cepet kok mas." (Teguh)
"Sudah Guh. Kamu santai aja, kamu kan keponakan ku Guh. Sekarang berangkat sana, jangan lupa berdoa." (Prapto)
"Iya mas. Assalamualaikum." (Teguh)
"Walaikumsalam." (Prapto)
Teguh menjadi lebih semangat bekerja, karena dia tidak enak pada Prapto kalau sampai dia bermalas-malasan di rumahnya. Apalagi sekarang dia kan numpang hidup pada Prapto.
Setelah sampai di tepi pantai, Teguh melihat-lihat sekitar sembari menunggu para nelayan datang. Biasanya pagi sekali para nelayan sudah menjajakan ikannya disini. Tapi pagi ini sepertinya mereka agak terlambat.
"Waduh.... ini kok nelayan belum pada dateng yah. Biasanya jam segini udah pada siap disini. Bisa bahaya nih kalau aku telat ke pasar, bisa-bisa aku kena marah karena aku ngga nepatin janji." (Teguh)
Pagi itu Teguh merasa sangat gelisah, karena tak seperti biasanya para nelayan terlambat mangkal di tempat ini. Juga karena Teguh sudah berjanji akan membawakan banyak ikan untuk wanita itu. Andai tidak membawa banyak ikan, pasti pelanggan baru itu akan kecewa pada Teguh.
"Nah.... itu mereka. Syukurlah Ya Allah. Mudah-mudahan mereka bawa ikan banyak." (Teguh)
Setelah para nelayan dari pasar, banyak pedagang ikan yang langsung memborong ikan para nelayan itu, terutama Teguh yang sudah sangat yakin bahwa ikannya hari ini akan habis terjual.
"Eaalahh mas, tumben ambil ikannya banyak sekali. Lagi lancar yah?"
"Ya Alhamdulillah pak, lagi ada pesanan buat orang kaya." (Teguh)
"Alhamdulillah kalau gitu mas, saya juga sebagai nelayankan ikut untung juga. Mudah-mudahan lancar terus ya mas."
"Amin pak. Ya udah ya pak, ini uangnya. Saya mau nganter ikannya dulu ke pasar." (Teguh)
"Lah, ngga langsung antar ke rumahnya mas?"
"Ngga pak, katanya dia mau datang ke pasar saja. Barangkali mau belanja yang lain juga pak. Ya udah ya pak, Assalamualaikum." (Teguh)
"Nggih Monggo mas, walaikumsalam."
Setelah membereskan ikannya, Teguh langsung tancap gas berangkat ke pasar. Sampainya di pasar, wanita itu sudah menunggu di lapak Teguh bersama dengan dua anak buahnya.
"Maaf ya Bu. Saya terlambat, soalnya nelayannya juga baru datang tadi." (Teguh)
"Iya tidak apa-apa. Lagi pula saya juga tidak terburu-buru."
"Iya Bu. Oh ya Bu, mau pesan berapa?" (Teguh)
"Saya mau semuanya saja, sekalian dengan karung plastik yang kamu pakai."
"Yakin Bu? ngga mau di lihat dulu ikannya?" (Teguh)
"Tidak perlu, saya inginkan semuanya."
"Iya baik Bu. Saya bawa kemana ini Bu?" (Teguh)
"Biar anak buah saya saja yang membawanya."
"Oh ya Bu. Terimakasih ya banyak Bu." (Teguh)
"Ini uangnya, dua hari lagi saya kesini."
"Ini kebanyakan Bu. Saya ngga mau kalau seperti ini. Ini 600 ribu saja Bu*." (Teguh)
"Rezeki tidak boleh ditolak kan?"
Teguh diam menundukkan kepalanya, tak menjawab apapun. Sebenarnya dia tidak enak hati menerima semua kebaikan wanita itu. Karena antara modal dan keuntungan itu semua tidak sebanding. Bahkan Teguh hanya membawa dagangannya ke pasar. Tapi wanita itu membayar uang begitu banyaknya.
"Hmmm.... tapi ya ngga papa lah, mudah-mudahan ini memang rezeki ku dari mu Ya Allah." (Teguh)
Teguh lalu pulang ke rumah Prapto, karena tak ada lagi yang bisa dia jual. Di jalan Teguh masih terheran-heran dengan tingkah wanita itu. Membeli ikan begitu banyaknya, dengan waktu satu kali dalam dua hari.
Dia menjadi penasaran dengan wanita itu. Orang kaya yang sangat baik hati, dan mau menghamburkan uang hanya demi ikan. Seakan Teguh sudah diawasi jauh hari, barangkali memang wanita itu merasa kasihan kepadanya.
"Masa orang kasihan dengan nasibku sampai segitunya ya. Padahalkan banyak sekali pedagang ikan di pasar. Kenapa harus aku? dia benar-benar seperti malaikat. Tapi ya udahlah, yang penting aku untung." (Teguh)
Teguh tertawa sendiri karena merasa sangat bahagia, ikannya habis terjual setiap dua hari sekali. Jadi sekarang Teguh tak perlu jualan setiap hari. Karena untuk apa dia membeli setiap hari, kalau keuntungan dua hari sekali bisa menutup sampai seminggu lebih.
"Assalamualaikum." (Teguh)
"Walaikumsalam. Lah Guh, ngga jualan kamu?" (Prapto)
"Jualan kok mas, tapi udah habis." (Teguh)
"Alhamdulillah. Tapi kok ngga biasanya sih Guh? Ini kan baru jam 8. Biasanya sampai siang saja kamu belum dapet apa-apa." (Prapto)
"Nah itu mas, aku juga bingung. Mas ngga ke pabrik?" (Teguh)
"Ngga Guh, nanti siang Insya Allah. Pengin istirahat dululah di rumah." (Prapto)
"Oh gitu mas. Aku bingung loh mas, dalam empat hari aku udah dapat keuntungan yang sepadan dengan dua Minggu mas." (Teguh)
"Maksudnya?" (Prapto)
"Iya jadi gini mas. Aku itu dapet pelanggan baru, wanita kaya. Tapi aku juga ngga tahu siapa namanya. Nah dia itu aneh banget mas." (Teguh)
"Aneh kenapa?" (Prapto)
"Wanita itu, pesen ikan sama aku setiap dua hari sekali. Nah yang bikin aku bingung, dia pesen ikannya ngga pakai ukuran mas. Ikan yang aku jual di borong semua sama dia mas. Bahkan sampai karung plastiknya juga dia beli mas." (Teguh)
"Ya mungkin dia ada acara kumpul keluarga, atau apa gitu. Diakan orang kaya." (Prapto)
"Ya tapikan aneh mas. Masa sama karung plastiknya. Terus mintanya dua hari sekali. Nah udah gitu, diborong semuanya mas." (Teguh)
"Wahhh.... iya juga ya Guh. Tapi kalau menurut mas sih ngga papa Guh. Yang pentingkan untung, uangnya juga halalkan. Lagi pula kamu juga ngga maksa kan dagangnya." (Prapto)
"Iya juga sih mas." (Teguh)
"Ya sudah, sana bikin kopi. Kita ngopi aja dulu." (Prapto)
"Siap mas." (Teguh)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mat Grobak
hati2
2022-10-09
0
Kadua Hames
jangan"" ada ikan dibalik karung Thor🤔
2021-01-08
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
hadir disini
2020-10-01
1