Setelah Teguh masuk ke dalam dapur ia langsung mengambil sendok, dan juga dua bungkus kopi untuk disedu. Tapi saat dia ingin mengambil sebuah termos yang ada di sampingnya, termos itu secara tiba-tiba berpindah ke lantai.
"Lah... ini siapa yang mindahin? kalau jatuh juga ngga mungkin begini." (Teguh)
Lalu Teguh dengan cepat mengambil termos itu, mengisi airnya ke dalam gelas. Setelah itu dia buru-buru keluar dapur.
"Nih mas kopinya." (Teguh)
"Iya Guh makasih. Tapi ko kaya gini Guh kopinya? Belum diaduk ya?" (Prapto)
"Ya Allah mas! Saya lupa, bentar saya ambil sendok!" (Teguh)
"Astaghfirullah aladzim, Teguh.... Teguh....." (Prapto)
Prapto menggeleng-gelengkan kepalanya melihat polah Teguh. Dan saat Teguh kembali duduk disofa, Prapto melihat ada yang aneh dengan Teguh.
"Kamu itu kenapa sih Guh? Aneh begitu." (Prapto)
"Ngga papa mas, tadi cuman lihat tikus kok." (Teguh)
"Hmmm... ya sudahlah, ini rokoknya." (Prapto)
"Oh ya mas." (Teguh)
Prapto lalu menyalakan handphonenya untuk mendengarkan musik. Dan Teguh, mulai menghisap rokoknya sedikit demi sedikit. Prapto terlihat masih sangat mengantuk, bahkan saat mengobrol pun Prapto tidak terlalu fokus.
"Oh ya Guh, kamu tolong ambilin catur ya tuh di atas lemari di kamar ku. Kita main catur ajah, soalnya aku ngantuk nih." (Prapto)
"Lah, kalau ngantuk ya tidur mas. Masa main catur." (Teguh)
"Sudah ambilin aja." (Prapto)
Mereka mulai memainkan permainannya, terlihat Prapto jauh lebih bersemangat. Mungkin Prapto juga bosan menunggu istrinya yang belum pulang karena sedang menghadiri Reuni bersama teman-teman SMA nya dulu.
"Oh ya mas, mba Dina kemana?" (Teguh)
"Katanya hari ini ada reuni teman SMA, jadi di pergi tadi jam tujuh. Soalnya rumah temennya itu jauh." (Prapto)
"Tumben mas ngga ngikut?" (Teguh)
"Ngga, capek banget aku Guh. Biarlah, lagiankan cuma kumpul sama temen." (Prapto)
"Ya juga sih mas." (Teguh)
"Kenapa? ingat sama istrimu lagi? sudahlah Guh, kamu disini saja dulu." (Prapto)
"Ngga mas, aku lagi mikirin rumah mas. Niatnya mau aku jual buat gedein usaha ku mas. Kalau bisa sih aku mau buka toko ajah mas. Bosen jualan ikan." (Teguh)
"Kalau mau berbuat sesuatu itu jangan buru-buru Guh. Sebaiknya kamu pikirkan matang-matang. Soalnya rumah itukan rumah orang tua kamu." (Prapto)
"Iya mas. Tapi yah mas, aku tuh bingung. Kenapa ya, dulu orang tua ku punya segalanya. Tapi setelah aku menginjak dewasa, aku ngga dapet apa-apa." (Teguh)
"Guh, kamu ngga tahu? atau bener-bener ngga tahu?" (Prapto)
"Ya ngga tahulah mas, memangnya kenapa sih mas? ada apa?" (Teguh)
"Begini Guh, aku cuma mau sekedar berbagi cerita sama kamu. Dan cerita ini pun aku dapet dari orang tua ku." (Prapto)
"Soal apa mas?" (Teguh)
"Jadi begini, dulu kata orang tua ku, orang tua kamu itu sangat sederhana Guh. Bukan orang kaya, dan ibu kamu bahkan susah punya anak." (Prapto)
"Nah terus gimana mas?" (Teguh)
"Orang tua kamu pergi entah kemana, ya sekitar dua atau tiga tahunanlah. Sampai orang tua ku lapor sama polisi. Dan polisi juga ngga tahu dimana orang tua kamu berada, karena ngga ada saksi yang ngelihat orang tua kamu pergi dari rumah." (Prapto)
"Lalu, setelah sekitar dua atau tiga tahun orang tua kamu pulang ke rumah mereka. Dan bahkan ibu kamu pulang sambil membopong kamu yang katanya waktu itu umur kamu baru tiga bulan." (Prapto)
"Kok aku ngga inget yah mas?" (Teguh)
"Hmmmm... Umur kamu waktu itu Tiga bulan Guh, bukan tiga tahun." (Prapto)
"Ehhehe.... iya mas. Terus setelah itu gimana mas?" (Teguh)
"Nah baru beberapa hari pulang, ayah kamu sudah membeli material bangunan sama bayar orang buat bangun rumah kamu yang sekarang itu." (Prapto)
"Terus, ibu ku ngrasa ada yang aneh sama mereka berdua. Karena...." (Prapto)
"Assalamualaikum...." (Dina)
"Walaikumsalam...." (Teguh, Prapto)
"Udah pulang kamu Guh?" (Dina)
"Iya nih mba, Alhamdulillah semua dagangan aku udah habis mba." (Teguh)
"Syukurlah." (Dina)
"Tadi gimana acara reuninya mah?" (Prapto)
"Ya Alhamdulillah lancar, tapi ya sayangnya ngga semuanya Dateng mas, kan banyak yang udah pindah jauh juga rumahnya." (Dina)
"Oh, iya iya." (Prapto)
"Oh ya mas, aku istirahat dulu ya mas. Aku capek banget mas." (Dina)
"Oh ya mah ngga papa, nanti Dion dianter sama Papa kan mah?" (Prapto)
"Katanya sih iya mas, tapi ya ngga tahu. Nanti tunggu sampai jam 4 sore, kalau Dion belum dianter sama papa, ya jemput ajah mas." (Dina)
"Iya mah." (Prapto)
Dion adalah anak Prapto dan Dina yang masih berumur 12 tahun. Dion memang sering ke rumah kakeknya, karena orang tuanya ini sering sekali sibuk memikirkan bisnis mereka masing-masing.
Dion adalah anak yang pendiam, terutama kepada papanya ini. Karena Prapto jarang sekali memiliki waktu bersama anaknya. Kebanyakan waktunya habis karena terus mengurus bisnis.
"Mas, lanjutin ajah mas cerita yang tadi soal orang tuaku. Aku masih penasaran mas, soalnya aku jugakan harus tahu mas bagaimana keluargaku dulu sebelum semuanya seperti ini." (Teguh)
"Nah ya itu gitu Guh, ibu ku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua. Siang hari mereka bisa tidur seharian, dan pada malam harinya mereka tak pernah tidur barang satu jam pun. Bahkan ada suatu ketika ibuku datang kerumah, dan di rumah terlihat ada Sebuah ukiran wajah yang wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang ibuku kenal." (Prapto)
"Siapa mas?" (Teguh)
"Entahlah Guh. Ibuku juga ngga mau ngejelasin lebih dalam lagi. Tapi kalau tidak salah, itu ukiran wajah perempuan." (Prapto)
"Tapi aku kok ngga pernah lihat yah mas, kalau di rumahku itu ada ukiran wajah perempuan?" (Teguh)
"Ya aku juga ngga tahu Guh. Saran aku begini Guh, kamu jangan jual rumah itu. Siapa tahu orang tua mu masih nyimpen harta yang berharga buat kamu." (Prapto)
"Iya juga ya mas. Tapi kalau ada Vera ya aku jadi ngga maulah mas balik ke rumah ku lagi." (Teguh)
"Ya makanya Guh, kamu cepat-cepat urus surat perceraiannya. Nah, kalau sudah begitu kan kamu bisa suruh pergi dari rumah kamu. Lagi pula kalian kan belum punya anak, gampang jadinya Guh." (Prapto)
"Iya yah mas. Ya udahlah mas, aku ngikuti sarannya mas ajah." (Teguh)
"Nah gitu dong, coba ajah kalau dari dulu kamu ngikutin saranku Guh." (Prapto)
"Hehe... iya mas." (Teguh)
Mereka berdua lalu melanjutkan permainan catur mereka sembari mengobrol biasa. Niat Teguh untuk menjual rumah, sepertinya harus dia urungkan. Karena dia menjadi penasaran setelah mendengar cerita Prapto. Barang kali orang tuanya menyimpan harta Karun yang selama ini tak diketahui orang lain, termasuk Teguh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
semangat ...
2020-10-01
1
SR_Muin
like
2020-08-22
0
Riyuu Way
Halo minnasan koniciwa.
Bokuwa Riyuu Way
Tulisan Kakak bagus, ceritanya pun ok, sayangnya kurang.
Kurang banyak aja😁😁😂
Salam!!..
"7Days murder : Festival killer"
Permisi.
Thank you.
2020-07-12
2