Mama Anha kini berjalan mondar-mandir di ruang keluarga seperti setrikaan rusak saja.
Kini yang bingung adalah mamanya. Memangnya Ibu mana yang tidak cemas ketika anaknya tiba-tiba menangis hebat ketika pulang ke rumah dan tidak memberinya penjelasan sama sekali.
Mama sudah mendesak meminta jawaban kepada Hamkan untuk sebuah penjelasan. Sampai merecoki dan menelepon Hamkan berkali-kali dan mengiriminya pesan kepadanya, menanyai tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Anha.
Tetapi jawaban Hamkan tidak memuaskan rasa hatinya, Hamkan hanya menjawab supaya Mama tidak perlu khawatir dan tenang saja terlebih dahulu. Mungkin saat ini Anha sedang membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri sampai dia siap untuk menjelaskan semuanya nanti.
“Pasti nanti Anha bakalan cerita sendiri, kok, Tante. Maaf, ya, Tante. Hamkan nggak bermaksud buat bikin Tante khawatir atau bertanya-tanya. Hamkan sendiri juga nggak tahu kenapa Anha bisa kayak gitu. Hamkan cuma sekadar ketemu Anha di jalan terus nganterin dia pulang aja.”
Itulah pesan balasan dari Hamkan yang mamanya baca berulang-ulang.
Mama mengemuskan napas lelah, hatinya rasanya tak karuan. Mungkin bisa jadi ini yang Namanya telepati ikatan batin antara anak dan ibu kadung.
Mama menatap sekilas jam di dinding ruang keluarga ini yang kini sudah menunjukkan pukul empat sore hari. Mama teringat Anha baru makan jam dua belas siang tadi.
Meskipun Anha hanya terlihat tidur meringkuk di ranjangnya dan sesekali mamanya mendapati dirinya sedang menangis. Tetapi dua hari ini mamanya rutin untuk memberinya makanan. Mamanya itu takut apabila anaknya sampai jatuh sakit.
Dua hari ini Mamanya telaten membawakan makanan ke kamar Anha, menaruhnya di atas nakas dekat ranjang Anha berada.
Dan jika sudah pergantian jam makan mamanya mengambil piring kotor yang sudah kosong tersebut.
Dengan piring dan makanan di tangan kiri, sedangkan tangan kanan terangkat untuk mengetuk pintu kamar Anha. Hari ini… Mama memutuskan untuk menanyai Anha tentang apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Bahkan memaksa pun tak apa akan ia lakukan. Mama sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi atas hutang penjelasan Anha kepadanya.
“Anha. Kamu makan sore dulu,” kata Mama sambil mengetuk pintu kamar Anha dan menempelkan daun telinganya pada badan pintu. Tidak ada sahutan sama sekali dari dalam. Apa jangan-jangan Anha sedang tidur?
Kemudian Mama membuka pelan pintu kamar Anha yang tidak dikunci sama sekali. Seperti biasanya. Anha tampak saat ini sedang tidur meringkuk miring ke kanan sambil menenggelamkan wajahnya ke gulingnya yang berwarna kuning dengan gambar twetty.
Mama tahu, pasti Anha habis menangis. Mama berjalan dan menaruh makanan di atas nakas dan menaruh piring kotor wadah bekas makan siang di lantai dan nanti akan dibawanya keluar ketika konfrontasi dengan putrinya ini sudah selesai.
“Anha. Yuk, bangun dulu, Nak. Mama bawain makanan. Nanti tidur lagi nggak papa,” kata Mama sambil mengusap kepala Anha penuh kasih. Biasanya Mama akan meninggalkan makanan itu sendiri di atas nakas. Tetapi kali ini Mama akan menunggui Anha sampai malam tiba pun tak apa.
Meskipun Mama belum tahu apa penyebab anaknya menangis dan terpuruk seperti itu, tetapi Mama dapat merasakan kesedihan melihat putrinya yang terpuruk seperti ini. Alasan sebenarnya Anha ‘belum berani bercerita adalah karena Anha paham akan suatu hal yaitu ketika nanti mamanya mengetahui ini semua jika pernikahannya dengan Hasan batal, pasti mama akan bertambah sedih saja.
Anha memang dari dulu selalu menjaga perasaan orang lain. Seperti contohnya Anha ketika dulu meninggalkan rumah Ikram pun dia masih bisa berempati menyalami pembantu-pembantunya dan memberinya pesangon. Bahkan ketika Anha dikhianati oleh Ikram Anha menyembunyikan aib suaminya rapat-rapat—meskipun Anha tidak mengira jika mantan suaminya tersebut sampai tega membalasnya dengan cara menyuruh orang lain untuk membuka aibnya di depan umum, menelanjangi harga dirinya di depan banyak orang.
***
Bersambung cem sinetron tersanjung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rahman
pengen q santet rasanya si ikram nie
2021-08-04
1
Sri Miatun
kok ikram jahat nian ya thor
2021-07-21
0
Isnay Maulani
😭😭😭😭😭😭
2021-06-27
0