“Saya ikut sedih kamu resign dari perusahaan ini. Kalau kamu mau, saya bisa batalin surat pengunduran diri kamu dari pihak HRD dan kamu masih bisa bekerja lagi di sini.”
Anha meringis mendengarnya. Mana bisa seperti itu. Bukannya itu sama saja bersikap tidak adil? Meskipun Anha mengenal baik keponakan dari direktur perusahaan ini—alias keponakan Pak Hans. Bukan berarti dia bisa diperlakukan dengan sepesial daripada karyawan lainnya seperti itu.
“Maaf, Pak, saya nggak bisa. Saya sudah resign dan saya juga sudah menemukan pekerjaan yang baru. Terima kasih atas kemurahan hati Bapak,” kata Anha berbohong untuk menolak halus tawaran tersebut.
Pak Hans mengembuskan napas singkat mendengar tawarannya ditolak. Apa yang terjadi jika keponakan badungnya itu sampai tahu jika tante idolanya sudah tidak bekerja di perusahaan ini? Bisa-bisa uring uringan tidak jelas dia.
Tangan Pak Hans terulur meminta sesuatu kepada sekretarisnya yang sejak tadi berdiri di sampingnya itu. Sekretarisnya tersebut dengan cekatan membuka map kerjanya dan memberikan barang yang diminta bossnya.
Pak Hans berdehem sejenak.
“Omong-omong ini buat kamu. Pesangon dari saya.”
Pak Hans mengulurkan benda tersebut kepada Anha. Anha awalnya agak terkejut, kemudian Anha menggelengkan kepalanya, menolak pemberian dari Pak Hans.
“Maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima pemberian Bapak tersebut.”
Mana bisa Anha menerimanya. Tidak ada pesangon khusus seperti itu. Apalagi ada dua karyawan lain di lift ini. Anha tidak mau sampai ada gossip yang tidak-tidak ketika dia sudah keluar dari perusahaan ini.
“Udah-udah. Ini, tuh, bayaran atas janji saya ke kamu waktu dulu karena kamu mau ngajak keponakan saya si Sean jalan-jalan sebelum dia pergi ke Singapura.”
Anha hendak menolak. Namun Pak Hans tidak mau dibantah sama sekali. Pak Hans memasukkan amplop putih tesebut ke dalam kardus yang sedang dijinjing Anha di depan tubuhnya itu.
“Tapi Pa—” perkataan Anha terputus ketika denting dari lift berbunyi, diikuti dengan pintu kotak tersebut terbuka.
Mereka sudah sampai di lantai paling bawah perusahaan ini—yaitu lobby kantor. Anha tidak sempat mengucapkan terimakasih karena Pak Hans sudah keburu berlalu keluar dari dalam lift tersebut. Ya, sudahlah. Anggap saja ini semua rezeki.
Kini yang bingung adalah Pak Hans sendiri. Lebih baik dia tidak memberitahu Sean kalau tante kesayangannya itu sudah resign dari perusahaan ini. Takutnya nanti apabila hal ini malahan mengganggu study Sean sendiri. Anak itu sebenarnya sudah dewasa, tapi emosinya terkadang tidak stabil.
Pak Hans memijit keningnya. Jangan sampai Sean juga tahu jika wanita tadi gagal menikah. Bisa-bisa Sean mengamuk dan nekat pulang dari Singapura ke Indonesia demi bertemu tante kesayangannya.
***
Anha berjalan pelan melintasi loby ini. Sambil menatap amplop putih di dalam kardusnya yang tadi diberi oleh Pak Hans. Sepertinya isinya banyak karena sampai mengembung seperti itu.
Namun ketika Anha menatap ke arah depan untuk melihat jalan. Langkahnya terhenti. Tubuh Anha diam membeku mlihat sosok di depannya kali ini.
Ia melihat Hasan yang baru datang dari luar perusahaan. Dan tak hanya itu saja, di sebelahnya… ada Bella juga.
Mata Anha mengerjab pelan. Mereka saling tatap dalam diam.
Dua minggu…
Dua minggu Hasan hilang tanpa kabar, memutuskannya sepihak di whatsapp. Tetapi ketika Anha bertemu dengannya lagi dia sudah bersama wanita lain.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Moch Rayhan
sama aja kek si ikram tuh sifatnya hah dasar
2022-11-03
0
baybay
kesel banget kalo bahas hasan
2021-10-11
0
Micke Rouli Tua Sitompul
buat hidup Hasan dan Bella tak bahagia thpr
2021-07-17
1