Terintimidasi

“Ya udah kalau kamu nggak kenapa-napa. Sini kamu duduk dulu, nanti pelayan yang nganterin makanannya ke sini,” kata Hasan sambil menggenggam tangan Anha dan menariknya secara perlahan hingga kini Anha mau tidak mau duduk kembali ke kursinya.

Anha duduk di kursi dengan raga yang terasa amat lemas, bibirnya yang dari rumah berwarna merah merona akan polesan lipstick kini terlihat mulai nampak pucat pasi, dan juga perasaannya kini terasa tidak karuan.

Sambil duduk, rasa cemas seolah menghampirinya dari segala arah. Diam-diam tanpa Hasan ketahui kini Anha sedang mereemasi jari-jemarinya yang berada di bawah meja tempat makan.

Tapi sialnya yang menyadari rasa kegelisahannya yang tak terkendalikan ini bukanlah Hasan tapi melainkan Angga yang kini tampak tersenyum mengerikan di depannya itu mengingat tempat duduk mereka berseberangan membuat Anha otomatis memandangnya.

Semoga saja Angga tidak mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Hasan. Anha berharap agar ini semua cepat berlalu. Serta semoga Angga tidak memiliki niat yang buruk kepadanya. Semua harap dipanjatkan oleh Anha, berharap semesta mengamini dan Tuhan mengabulkan.

Angga menatap Anha dalam diam, Anha saat ini sedang menunduk ketakutan.

Paras, bibir, leher, dada, tubuh, semuanya indah. Matanya jelalatan memindai. Sial, kenapa Anha bisa secantik itu? Tahu begitu dulu dia tidak akan menyia-nyiakannya.

“Kalian kenal sejak kapan?” tanya Hasan berbasa-basi untuk mencairkan suasana. Perkataan Hasan itu juga otomatis menyadarkan Angga dari lamunannya yang berfokus kepada wanita cantik yang sebentar lagi hendak menikah itu.

Sebenarnya Hasan cukup heran kenapa Anha bisa kenal dengan pria yang penampilannya seperti ini. Lihatlah dengan mata kepalamu sendiri. Lengan kanan penuh dengan tato, bibir bawah bagian kanan ditindik model anting bulat kecil, hidung serta matanya terlihat sayu agak memerah sedikit seperti orang yang sedang terkena sakit pilek. Dan sesekali orang itu juga mengusap hidungnya yang berwarna agak merah. Dia seperti pecandu nar—

Hasan menggelengkan kepala menepis sekelebat pikirannya tersebut. Sudahlah, tidak baik juga menyimpulkan seseoang padahal baru sekali lihat seperti itu. Maka dari itu Hasan ingin mendengarnya secara langsung baik dari Angga maupun dari Anha.

“Kami ini teman sejak SMA. Kami cuma deket banget dan saling mengenal satu sama lain dengan baik. Jadi lo nggak perlu khawatir atau ngerasa cemburu, ok? Iya, kan, An?” jawab Angga penuh penekanan pada kalimat ‘deket banget’ dan ‘saling mengenal satu sama lain dengan baik’.

Anha tidak bodoh, tidak perlu dijelaskan lebih rinci pun Anha juga bisa mengartikan makna tersirat dari ucapan Angga tersebut adalah sindiran untuknya.

“Iya. Dulu kami sahabat dekat waktu SMA, San,” jawab Anha semakin berdebar ketakutan. Kenapa feeling-nya kali ini mengatakan kedatangan Angga setelah sekian tahun itu memiliki tujuan yang tidak baik.

Angga hanya terkekeh mendengar jawaban dari Anha tersebut.

Apa dia bilang tadi? Sahabat? Haha, yang benar saja! Mana ada sahabat sampai pulang sekolah berakhir di ranjang atau kelas kosong tanpa busana seperti itu.

Angga tersenyum licik. Bayangkan saja seberapa murkanya lelaki polos di samping mantannya itu jika dia mengetahui rahasia kecil dirinya dengan calon istrinya. Pasti seru.

Alih-alih mengakhiri berbasa-basi, malahan kini Angga terlihat semakin menggelora dalam dada, ia hendak menguji sampai mana Anha akan kuat dengan ini semua.

“Terus… Kalian sendiri kenal sejak kapan? Gue kaget aja gitu waktu denger Anha tiba-tiba mau nikah,” kata Angga mulai memancing bahan obrolan untuk memuaskan rasa penasarannya yang sejak tadi ditahannya.

"Kami udah kenal sekitar tiga atau empat bulanan. Anha sama gue kebetulan satu kantor. Ternyata kami diam-diam saling suka satu sama lain. Akhirnya kami mutusin buat melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi yaitu menikah."

"Oh. Selamat, ya, buat kalian berdua. Gue ikut seneng," kata Angga sambil tersenyum. Senyuman penuh arti.

Percakapan mereka berhenti sesaat ketika pelayan membawakan pesanan makanan dan menyajikannya di atas meja.

“Oh, iya. Kalau ada waktu silakan lo datang ke acara pernikahan kami berdua, ya.”

Hasan memutus sejenak ucapannya tersebut kemudian menengok ke arah Anha yang sedang terdiam sambil menatap sushi di depannya. Kemudian Hasan melanjutkan ucapannya kembali.

“Anha. Tadi undangannya di mana?” tanya Hasan kepadanya.

“Di tasku,” jawab Anha pendek seadanya.

Kenapa, sih, Hasan malahan mengundang Angga untuk menghadiri pernikahan mereka?!

Kenapa malahan repot-repot mengundang mala petaka ke acara pernikahan mereka berdua?!

Tetapi jika saat ini Anha tiba-tiba tidak memperbolehkan Angga untuk menghadiri acara pernikahan mereka maka rasanya pasti sangat aneh.

Pasti nanti Hasan akan berpikir yang tidak-tidak mengenai dirinya apalagi tadi Anha sudah mengatakan dengan mulutnya sendiri kepada Hasan jika Angga dan dirinya adalah sahabat lama ketika SMA.

Sekarang Anha benar-benar merasa semakin tersudut.

Hasan mengambil tas Anha yang disampirkan pada sandaran kursi tempat duduknya itu.

Undangan yang mereka bawa memang ada dua jenis. Yaitu satu undangan yang sudah ada nama di sana dan satunya lagi adalah undangan yang tidak disertai dengan nama.

Hasan dan Anha berpikir untuk mencetak beberapa undangan tanpa nama untuk berjaga-jaga siapa tahu mereka melewatkan tamu penting atau bertemu dengan kerabat sebelum hari pernikahan maka mereka tetap bisa mengundangnya mengingat perniakahan yang akan mereka adakan tidak terlalu besar namun nantinya amat berkesan karena hanya dihadiri oleh tamu udangan dari sanak saudara dan orang terdekat saja.

Jadi tamu yang tidak membawa kartu undangan tidak diperbolehkan untuk masuk jadi fungsi kartu undangan ini tentunya sangat penting.

Hasan mengambil satu undangan dan memberikannya kepada Angga.  Jemari Angga mengusap tulisan pena yang timbul itu dengan perlahan. Cantik, ukiran nama mereka berdua terliat mewah pada kartu undangan tersebut membuatnya iri.

“Thanks. Gue pasti datang, kok.”

Anha menggigit bibir bagian dalamnya. Jiwanya berteriak tidak! Tetapi raganya terasa kaku mati kutu tidak dapat mengatakan apapun.

Kini mereka bertiga sibuk dengan makanannya masing-masing. Angga menikmati sashiminya, Hasan menikmati shushi miliknya, tetapi Anha terlihat hanya memegang sumpit di tangan kanannya dan makanannya tak tersentuh sama sekali.

Dia takut. Dia ingin pulang saja. Nafsu makannya hilang sudah. Tidak berselera sama sekali. Hambar.

Hasan menengok ke samping hendak memberikan suhsinya kepada Anha karena Anha memang sangat menyukai sushi, tetapi dahi Hasan mengeryit ketika mendapati Anha yang hanya terdiam saja seperti itu.

“Kenapa, An?” tanya Hasan masih terheran-heran.

“Bukannya kamu suka shushi? Kok, nggak dimakan? Apa makanannya nggak enak?” tetapi rasa kepekaan yang ditangkap Hasan malahan hanya seperti itu.

Anha menelan salivanya. Matanya mencoba untuk mengerjab beberapa kali sebagai peredam kekakuannya, dia belum berani menangkat pandangannya yang sedari tadi tertunduk ke bawah menatap makanan berbentuk bulat yang dibalut dengan nori tersebut karena saking ketakutannya terhadap Angga.

“A-aku nggak kenapa-napa, kok.”

***

Hai, jangan lupa follow instagramku @Mayangsu_ ya, buat tahu info novelku, jadwal update, visual dari para tokohku juga ada di sana. Terlebih lagi di sana aku lebih sering aktif. Makasih sudah mau mampir.

Follow akun sosmed-ku yang lain:

Waatpad: Mayangsu

Email: Mayangsusilowatims@gmail.com

Semua akun menulisku pakai nama pena: Mayangsu, ya.

 

 

Terpopuler

Comments

Qiky~

Qiky~

Novel pertama 277 bab, dan penderitaan Anha masih belum berakhir. Lanjut ke novel kedua, sampai di sini juga penderitaan Anha masih ada. Emng authornya ada dendam pribadi apa sih sama yg namanya Anha?

2021-08-25

0

sariyem_aja

sariyem_aja

kayakny ini rencana ikram

2021-06-29

0

Anonymous

Anonymous

kapan anha bahagia nyaa , kasian bgt

2021-06-27

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!