Terbongkar Sudah

Anha meletakkan sumpit berwarna hitam itu di atas meja. Untuk menghindari rasa kecurigaan Hasan terhadapnya, akhirnya Anha mengangkat padangannya dan berpura-pura tersenyum tipis kepada Hasan.

“Serius kamu nggak kenapa-napa? Apa kamu lagi nggak enak badan?” tanya Hasan sambil meletakkan telapak tangannya pada dahi Anha.

Hasan mengembuskan napas lega. Tidak panas. Syukurlah Anha tidak demam.

Anha melirik ke arah Angga yang saat ini sedang mengamati dirinya dengan Hasan dalam diam. Angga menyangga dagunya dengan tangan kirinya dan tangan kanannnya memasukkan makananan ke dalam mulutnya menggunakan sumpit. Tatapan Angga seolah mengejek. Antara mengatakan dalam hati, ‘So sweet-nya’ ataupun seolah secara tidak langsung mengatakan kepada Anha; ‘Sampai kapan kau akan berpura-pura seperti ini?'

“Ha-Hasan. A-aku mau ke kamar mandi bentar, ya,” kata Anha terbata kemudian berdiri dari posisi duduknya. Pergi ke kamar mandi hanya alibi untuk mengindari Angga.

Namun ketika dia hendak melangkah pergi. Angga mengatakan sesuatu yang membuat langkahnya terhenti. Membuat jantungnya terasa seolah diremaas dan ditarik keluar, tubuh Anha kaku membeku mendengar ucapan Angga tersebut.

Angga mengatakan…

“Yah, An. Padahal gue mau cerita-cerita tentang lo ke calon suamimu, lho. Nggak seru kalau lo ke belakang sekarang.”

Anha mencoba abai dan menaruh anak rambutnya ke belakang telinganya namun Angga semakin memancing saja.

“Emangnya lo nggak penasaran gitu mengenai apa aja yang mau gue omongin ke Hasan?”

Anha sebenarnya tidak ingin buang air kecil sama sekali. Alasan sebenarnya dia hendak pergi ke kamar mandi adalah karena semata-mata ingin menghindari Angga. saja

Tetapi kata-kata Angga barusan membuat Anha malahan merasa semakin tidak tenang dibuatnya.

Bagaimana jika nanti ketika Anha ke kamar mandi Angga malahan mengatakan hal ‘itu’ kepada Hasan?

“Yaudah, deh, nanti aja aku ke kamar mandinya,” kata Anha kemudian ia duduk kembali di kursinya. Lebih baik dia di sini dulu.

“Serius? Nanti kamu ngompol, lho,” ledek Hasan sambil terkekeh kepada Anha.

Jika dalam suasana normal tanpa adanya Angga di sini pastilah Anha akan memanyunkan bibirnya berpura-pura sebal kepada Hasan. Atau kadang-kadang Anha juga akan memukul pelan bahu ataupun paha Hasan karena sebal diejek seperti itu.

Tetapi kali ini Anha benar-benar tidak memiliki selera humor sama sekali, ia hanya pura-pura tersenyum membalas candaan Hasan itu.

Angga menatap mereka berdua yang saat ini terlihat mesra. Sial! Padahal sudah menjadi mantan, tetapi kenapa juga Angga masih merasa cemburu kepada Anha dan pasangannya itu?

Angga merasa cemburu, cemburu karena mereka terlihat dekat dan hangat seperti itu.

Cemburu karena lelaki di depannya ini bisa mendapatkan Anha yang cantik dan baik serta anggun itu. Anha yang berbeda jauh dari kesan buruk dan nakal seperti Anha ketika SMA dulu.

Angga tersenyum miring penuh makna ketika memikirkan suatu hal. Saking cemburunya rasanya ia ingin merusak kemesraan itu saja.

Angga mengaduk minuman di depanya dengan sedotan.

“Btw, gue penasaran sama suatu hal,” ucap Angga sambil mengamati minumannya.

“Apa?” jawab Hasan singkat.

“Oh, iya… kalian berdua udah pernah ngapain aja ketika pacaran?” celetuk Angga sambil menikmati minumannya yang rasa jeruk tersebut.

Anha dan Hasan otomatis mengeryitkan dahi mendengar ucapan Angga barusan.

Apa maksudnya itu semua?!

“Maksudnya?”

Bukan Anha yang mengatakan hal tersebut. Melainkan Hasan.

“Ya, kalian selama pacarana udah pernah ngapain aja? Gitu, doang, masak nggak ngerti, sih.”

Sumpah demi apa sebenarnya Hasan bingung apakah ucapan dari teman Anha tersebut termasuk ke dalam kategori mengusik masalah pribadi atau Hasanlah  yang saat ini sedang salah tangkap kalau sebenarnya Angga hanya sekadar bertanya tanpa indikasi seperti itu?

Anha mengepalkan tangan erat-erat. Tak berkomentar apapun.

“Ya, kami pacaran seperti layaknya orang-orang di luar sana. Makan bareng, kencan, bercanda, ngobrol tentang masa depan. Itu-itu aja, sih.”

Hasan mencoba untuk bersikap dewasa, dia tidak mungkin tiba-tiba marah kepada Angga mengenai pertanyaannya itu.

“Bukan gitu maksud gue. Kalau itu, mah, gue juga tau kali. Tapi yang gue tanyain kali ini lo sama Anha pernah ngapain aja?”

Hasan semakin mengeryit mendengarnya. Serius? Haruskan Hasan menceritakannya kepada Angga jika mereka pernah ciuman panas di apartement? Tidak mungkin juga Hasan mengumbar privacy mereka seperti itu. Angga ini sepertinya bukan orang yang beretika.

“Maksudnya?” tanya Hasan mulai terusik. Anha benar-benar membenci Angga. Memperbolehkan Angga untuk bergabung makan siang bersama memang benar-benar keputusan yang buruk.

“Masak, sih, kalian pacaran cuma gandengan, doang. Ayolah… kan, gue juga penasaran,” kata Angga dengan nada bicara sedikit mengejek.

Anha berdiri dari posisi duduknya dengan napas yang berembus cepat karena emosi.

“Pergi nggak!” kata Anha dengan tegas sambil menunjuk arah kanan mengusir Angga.

Hasan cukup terkejut dengan respons Anha yang seperti itu. Tapi memang temannya ini tidak dapat menjaga lisannya sama sekali.

Hasan menoleh ke arah kiri dan kanan untuk mengecek keadaan. Suara dari Anha memang tidak terlalu keras, hanya ada mbak-mbak pelanggan lain di tempat makan ini yang letak duduknya berada di dua kursi sebelah kanan Hasan yang melihat mereka bertiga saling adu mulut. Saat ini kedua wanita itu saling berbisik membicarakan kekacauan ini.

Hasan memegang baju bagian bawah Anha mencoba agar Anha tidak terlalu terbawa emosi dan agar tidak mengundang perhatian lebih banyak orang lain juga.

Angga menyeringai. Menatap  kedua netra cokelat milik Anha lamat-lamat seolah mengatakan kepada Anha dalam hati…

‘Kenapa? Kamu takut ketahuan?’

“Udah, An. Duduk dulu. Nggak enak dilihatin orang lain kayak gitu,” kata Hasan mencoba menarik tangan Anha dan menuntunnya untuk duduk kembali di kursinya.

Akhirnya Anha mau duduk kembali dengan emosi yang masih meletup-letup.

“Tolong jaga sikap, Anda,” kata Hasan dengan tegas. Tapi Angga malahan terkekeh. Teman Anha ini benar-benar sakit.

“Hasan aku mau pulang!” kata Anha sambil menyampirkan tali tasnya pada pundaknya.

Angga benar-benar berengsek!

Angga menyeringai dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini benar-benar seru!

“Kenapa buru-buru banget buat pulang. Kita, kan, baru pertama ketemu. Tapi lo nggak usah munafik kali. Lo berdua udah pernah ngapain aja? Ya, kali cewek se-sexy itu nggak lo tiduri—”

Suara gebrakan meja memutus ucapan Angga barusan.

“Yang sopan, ya, kamu!” bentak Anha sangat marah. Bibirnya membentuk garis lurus. Napasnya berembus tidak karuan karena emosi. Angga sudah keterlaluan!

Belum sempat Angga meneruskan ucapannya lagi namun mulutnya sudah terbuka sedikit karena merasa benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan menimpanya.

Angga mengusap wajahnya yang basah kuyub karena Anha menyiramnya menggunakan es miliknya yang belum habis dan menyisakan tiga perempat di gelasnya.

***

Hai, jangan lupa follow instagramku @Mayangsu_ ya, buat tahu info novelku, jadwal update, visual dari para tokohku juga ada di sana. Terlebih lagi di sana aku lebih sering aktif. Makasih sudah mau mampir.

Follow juga akun sosmed-ku yang lain:

Waatpad: Mayangsu

Email: Mayangsusilowatims@gmail.com

Instagram: Mayangsu_ (Pakai underscore, ya)

Semua akun menulisku pakai nama pena: Mayangsu, ya.

Terpopuler

Comments

RisaRis27670746

RisaRis27670746

kok mantan kurang ajar gitu sih..gak ada akhlak

2021-11-28

0

Y.S Meliana

Y.S Meliana

ih, masalah lg masalah lg 🥴 kesel bgt sm Angga! 😠

2021-06-27

0

Laras Kasih

Laras Kasih

Itu mulut kudu dilakban biar mingkem. Aib kok diumbar umbar. Cowo gilakk angga !!!😤

2021-04-17

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!