“Lo sendiri mau pesen apa?” tanya Hasan kepada teman Anha itu. Tidak enak juga memanggil dengan sebutan aku-kamu dengan sesama lelaki. Geli rasanya.
“Terserah, sih. Samain aja kayak kalian.”
Hasan mengangguk dan berjalan untuk memesan menu di depan. Anha sebenarnya hendak memanggil Hasan namun Hasan sudah keburu melangkah untuk memesan makanan di sana.
“Sama sashimi, deh,” tambah Angga sebelum Hasan berlalu.
Kini tinggallah Anha dengan Angga di meja itu. Saling berseberangan dan hanya terpisah jarak dengan meja yang menjadi pembatas antara mereka berdua.
Anha risau, tangannya terasa basah akan beringat dingin. Hasan seolah meninggalkannya sendiri di sini bersama singa yang akan menerkamnya.
Angga tersenyum miring melihat Anha yang duduk sambil tertunduk di depannya tersebut. Sepertinya wanita itu ketakutan sampai tidak berani untuk beradu pandang dengan dirinya.
“Gimana kabar, lo?” tanya Angga berbasa-basi. Tetapi Anha tetap mengacuhkannya dan pura-pura sibuk menatap layar ponselnya padahal ibu jarinya menggulir layer ponsel secara acak. Agar dikiranya sibuk.
Angga semakin tersenyum menyeringai. Luar biasa sekali, bisa-bisanya Anha bersikap seperti itu kepadanya.
“Lo sekarang tambah cantik, ya, An,” pancingnya lagi.
Dua kali, Angga kini masih diacuhkan olehnya. Tetapi entah mengapa Angga malahan merasa semakin tertantang saja untuk menarik perhatian Anha dari ponsel sialannya itu. Dia jauh-jauh datang dari Bali ke sini tetapi Anha sebegitu sombongnya sampai tidak mau menatap dirinya.
Angga menatap Anha lamat-lamat. Kedua matanya memindai tubuh Anha dengan saksama. Wanita di depannya itu tidak berbah sama sekali. Dia masih cantik seperti terakhir kali dikenalnya ketika mereka masih duduk di bangku SMA dulu.
Bahkan sudah bertahun-tahun lamanya Angga tidak bertemu dengan Anha tapi rasanya Anha lebih cantik karena sudah bertumbuh menjadi wanita dewasa yang matang.
Hidungnya yang mancung dan bengir, mata indahnya dengan bulu mata yang lentik, bibir merah yang bagian bawahnya lebih tebal daripada bagian atas benar-benar mengundang Angga untuk mengecupnya, menggigit ataupun mengisap seperti yang biasanya mereka lakukan ketika masih berpacaran kala sekolah dulu. Serta tubuh indahnya itu benar-benar menggoda selera. Anha lebih panas daripada sebelumnya.
Tidak heran jika waktu SMA dulu karena kecantikannya Anha sudah menjadi primadona di sekolah mereka.
Karena kesal terus-menerus diabaikan oleh Anha, akhirnya Angga memutar otak dan memakai segala cara supaya Anha mau memalingkan wajahnya kepadanya.
“Sombong banget, sih, sampai lihat gue aja nggak mau sama sekali. Nggak inget apa dulu kita pernah sampai nggak pakai baju di dalem kelas waktu pulang sekolah?” kata Angga sambil tersenyum miring. Menikmati wajah Anha yang nahan ketakutan dan tubuhnya gemetar.
Kata-kata Angga benar-benar tidak sopan sama sekali! Bahkan saat ini terbesit pemikiran di benak Anha jika pasti pertemuan ini tidak mungkin apabila murni tanpa ketersengajaan.
Anha bergidik ngeri. Jangan sampai Angga mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Hasan. Apalagi hari perniakahan mereka tinggal dua minggu lagi. Tahu begitu tadi Anha ikutan memesan makanan saja dengan Hasan agar tidak terjebak di sini dengan mantan pacarnya itu.
Angga masih menatap Anha dengan lamat-lamat. Hebat sekali wanita ini bisa megacuhkannya sampai di tahapan yang seperti ini. Menganggapnya seperti tidak ada.
Angga kembali berpikir, cara apa lagi yang bisa ia gunakan untuk menarik perhatian Anha agar melihat dirinya? Apakah Anha sebegitu takutnya kepada dirinya?
Angga menatap calon suami Anha yang dari kejauhan yang saat ini masih mengantre untuk memesan makanan.
“Lo yang sekarang tambah seksi aja, ya. Tambah gede, gue jadi pengin lagi nikmatin tubuh lo, An,” kata Angga tidak sopan sambil mengusap bibir bawahnya sendiri dan menatap ke bagian pribadi milik Anha bagian atas.
Sontak hal tersebut membuat Anha menaikkan padangannya yang semula berfokus pada ponselnya.
Anha menatap Angga dengan sorot mata tajam. Napasnya sudah kembang kempis berembus tak karuan karena emosi. Anha marah, merasa dilecehkan atas ucapan mantan pacarnya barusan.
Apa maksud dari ucapan Angga tadi? Lelaki di depannya ini benar-benar kurang ajar! Ucapan Angga tadi sudah termasuk ke dalam pelecehan seksual secara verbal.
Angga yang berhasil menarik perhatian Anha dan membuatnya marah merasa senang.
“Apa yang kamu mau dari aku! Bukannya kamu udah menetap di Bali?!” kata Anha dengan nada bicara yang sudah bergetar menahan antara marah dan ketakutan secara bersamaan.
Angga tersenyum mengejek. Bermain-main dengan Anha terasa menyenangkan baginya. Mumpung lelakinya masih lama mengantre makanan karena kebetulan tempat ini cukup ramai pengunjung.
“Gue pengin tidur dan nikmati tubuh lo lagi. Gue kangen sama lo, An,” kata Angga seolah tidak berdosa sama sekali sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya sambil mengamati Anha yang ekspresinya bercampur aduk seperti sedang marah, takut, dan berkaca seperti hendak menangis.
Jika ada air dalam gelas di atas meja ini, pastilah Anha akan menyiramkannya kepada Angga karena sudah berkata tidak sopan seperti itu.
“Tolong jaga ucapan kamu, ya!” kata Anha dengan penuh amarah tapi dia masih bisa mengontrol agar suaranya tidak terlalu keras, takut apabila pengunjung yang lainnya akan mendengarkannya.
Napasnya memburu dengan cepat.
Anha membuang muka, tidak kuat melihat wajah Angga dengan senyum mirinya itu benar-benar menakutnya. Rasanya matanya memanas, hedak menangis.
Apa dia harus memanggil Hasan?
Angga masih saja tersenyum. Kalau boleh jujur, Anha memang sudah banyak berubah dari terakhir kali dilihatnya. Selain perubahan fisik yang terlihat jelas. Anha juga sudah tidak menggunakan baju-baju sexy seperti ketika SMA dan ketika kuliah dulu.
Mungkin dia benar-benar sudah berubah dari pergaulan bebasnya dulu.
“An. Minta nomor telepon lo, dong. Buat silaturahmi,” kata Angga tidak gentar merecoki Anha. Anha masih menatap ke samping. Kenapa, sih, Hasan tidak buruan ke sini!
“Atau gue minta langsung aja ke calon suami lo sekalian gue ngomong ke dia kalau calon istrinya udah pernah gue nikmati dulu.”
“Kamu!” Anha menatapnya dengan wajah memerah karena marah bukan main. Mata Anha berkaca hendak menangis.
“Pergi nggak!” kata Anha dengan marah tapi dia mengontrol suaranya agar tidak terlalu keras.
“Kenapa? Lo nggak kangen sama gue? Nggak kangen sama punya gue? Kalau gue nggak mau pergi gimana? Lo bakalan ngomong ke calon suami lo gitu?”
Anha sudah tidak kuat lagi, ia berdiri dari posisi duduknya. Angga benar-benar kurang ajar. Lebih baik dia yang pergi dari sini.
Baru saja Anha hendak melangkah pergi untuk menghindar dari Angga. Hasan sudah kembali ke tempat duduk mereka.
“Kenapa, An?” tanya Hasan karena heran Anha hendak ke mana.
Anha menggigit kuat bibir bagian dalamnya dan meremaas celananya. Dia tidak ingin Hasan berpikiran macam-macam.
“A-aku nggak kenapa-napa, kok.”
***
Hai, jangan lupa follow instagramku @Mayangsu_ ya, buat tahu info novelku, jadwal update, visual dari para tokohku juga ada di sana. Terlebih lagi di sana aku lebih sering aktif. Makasih sudah mau mampir.
Follow akun sosmed-ku yang lain:
Waatpad: Mayangsu
Email: Mayangsusilowatims@gmail.com
Instagram: Mayangsu_ (Pakai underscore, ya)
Semua akun menulisku pakai nama pena: Mayangsu, ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
viks ikram nih yg suruh angga untuk gagalin rencana pernikahan hasan dan anha.
2022-12-02
0
Linda Z
Angga bikin jijik aja sih..... tak sumpahin ketabrak truk lu Angga.
2021-11-30
1
ginna_muchtar
Angga dateng ini rencana nya Ikram x ya..
2021-11-08
0