Teror

Beberapa hari kemudian, Diana kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA yang dia uji pada Hengki dan bayi itu. Diana sudah tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. Meski ada sedikit ketakutan jika saja anak itu benar-benar anak Hengki, tetapi Diana tetap memberanikan diri untuk mengambil hasilnya sendiri.

Kini Diana tengah bertemu dengan dokter yang melakukan tugas memeriksa DNA. Keduanya sedang berhadapan dengan sebuah amplop di tangan si dokter.

"Bagaimana, Dok?" tanya Diana sedikit ragu.

Si dokter mulai membuka amplop di tangannya, lalu membaca tulisan yang berada di kertas tersebut. Si dokter menggeleng pelan ketika Diana menatapnya lekat.

"DNA ini tidak cocok, Bu."

"Itu artinya anak itu bukan anak suami saya, Dok?" tanya Diana memastikan.

"Iya, Bu. Di sini tertulis jelas bahwa keduanya tidak memiliki kecocokan sama sekali," jelas si dokter, sambil menyodorkan kertas berisi DNA itu.

Diana menerima uluran kertas tersebut, kemudian membacanya dengan teliti. Begitu melihatnya sendiri, Diana tersenyum senang. 'Ternyata apa yang aku curigai selama ini memang benar.'

Diana kembali ke apartemennya. Dia sudah sangat ingin membalas dendamnya pada Tsabina. Wanita itu mulai merencanakan balas dendam yang tidak akan pernah dilupakan oleh orang-orang yang telah menyakitinya.

"Untuk permulaan mungkin aku harus mengirimkan ini untuk maduku itu," ucap Diana tersenyum licik.

*****

Esok harinya di rumah Hengki ada seorang kurir paket yang datang mengantar sebuah kotak berwarna merah muda. Seorang satpam yang menerima bingkisan tersebut. Si satpam pun bergegas menemui majikannya untuk menyerahkan bingkisan itu.

"Ini paket dari siapa, Pak?" tanya Tsabina heran.

"Tidak tahu, Bu. Tadi seorang kurir yang datang dan memberikan itu. Mungkin kiriman dari kerabat Bu Tsabina," jawab si satpam sopan.

Tsabina mengangguk kecil, meski sebenarnya dia masih ragu terhadap bingkisan asing itu. "Ya sudah kalau begitu. Bapak boleh lanjut bekerja," ucap Tsabina.

Si satpam pun keluar dari rumah dan kembali ke pos jaga. Kini di ruang tamu hanya tinggal Tsabina seorang. Wanita dengan dress kupu-kupu itu menatap heran pada bingkisan yang berada di meja.

"Dari siapa, ya?" Tsabina bergumam, sambil memperhatikan kotak berwarna merah muda itu. "Buka aja, deh! Daripada penasaran."

Tsabina membuka bingkisan itu perlahan-lahan, ketika kotak itu sudah terbuka sempurna, mata Tsabina tercengang melihat isi di dalamnya. Diraihnya isi di dalam bingkisan tersebut. Bibir Tsabina bergemelatuk, dadanya pun naik turun. Dia menoleh ke segala arah untuk memastikan tidak ada orang lain di sana.

"Kurang aj*r!" maki Tsabina kepada si pengirim yang entah siapa orangnya.

Terlalu fokus pada gambar dirinya bersama seorang pria membuat Tsabina tidak sadar akan kedatangan seseorang di sana. Bibir tipis itu masih saja mengumpat dengan kata-kata kasar.

"Sayang!"

Tubuh Tsabina menegang ketika mendengar suara seorang lelaki yang begitu familiar di telinganya. Buru-buru dia merem*s kertas bergambar itu dan menyembunyikannya dalam genggaman.

"Iya, Sayang," jawab Tsabina sedikit gugup.

Hengki menatap heran sang istri yang terlihat tegang. "Kamu kenapa?"

"A-aku en-ggak apa-apa," jawab Tsabina gagap.

"Kamu yakin?" tanya Hengki memastikan.

"Iya, Sayang. Aku yakin," jawabnya singkat.

*****

Teror itu tidak berhenti di sana. Diana terus mengirimkan segala bukti-bukti yang dia miliki untuk membalas rasa sakitnya pada Tsabina. Wanita cantik itu tidak memiliki rasa belas kasih lagi terhadap wanita yang telah menghancurkan mahligai pernikahannya.

Sudah lebih dari satu pekan Tsabina selalu mendapat teror itu. Wanita yang baru saja melahirkan itu kini mulai tertekan dengan segala bukti-bukti perselingkuhannya.

"Siapa orang yang berani mencari masalah denganku?" tanya Tsabina geram.

Belum reda rasa geram dan jengkelnya, tiba-tiba seorang asisten rumah tangga memberikan dirinya sebuah paket lagi. Kali ini hanya berbentuk pipih seperti sebuah kertas. Tsabina buru-buru membuka paket tersebut setelah si asisten pergi meninggalkannya.

Lagi, Tsabina dibuat terkejut dengan isi di dalamnya. Bagaimana tidak, surat ini ternyata adalah bukti tes DNA antara Hengki dan anaknya. Tidak ingin bukti tersebut sampai di tangan Hengki, Tsabina langsung merobeknya menjadi bagian kecil-kecil.

Tidak lama ponselnya berdenting. Dengan emosi yang membara Tsabina membuka ponselnya yang terdapat pesan masuk.

'Hai, pelakor. Apa kabar? Apakah harimu menyenangkan? Oh, iya, ternyata selain pelakor, kamu juga penipu, ya. Aku tidak bisa bayangkan jika suami yang begitu mencintaimu itu tahu tentang anak palsunya itu.'

Dada Tsabina naik turun, napasnya pun memburu. Tangannya menggenggam erat hingga buku tangannya memutih.

Emosi, Tsabina melemparkan ponselnya hingga membentur dinding dan pecah. Wanita seksi itu memegang kepalanya yang kini berdenyut akibat masalah yang akhir-akhir ini datang padanya. Tsabina semakin terpuruk ketika si ayah dari anaknya itu sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Dalam situasi seperti ini, bedeb*h itu malah menghilang." Tsabina merutuki segala yang terjadi pada dirinya saat ini.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

rasakan Tsabina

2023-12-15

0

Kenzi Alkafi

Kenzi Alkafi

slakan trtwa jika itu membuat mu bhgia

2023-11-08

1

Arkan_fadhila

Arkan_fadhila

boleh aq tertawa🤣🤣🤣🤣

2023-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!